Anda di halaman 1dari 34

PEDOMAN PENGGOLONGAN

DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA

DAN MANFAATNYA TERHADAP


KEPERAWATAN

EKO SUSILO

Hp. 082191971728, e_mail : ekosusilopru@gmail.com


Faktor-faktor yang mempengaruhi sakit / tidak sakitnya,
atau keparahan penyakit seseorang

BERAT
SAKIT

TARAF
BERAT
STRESOR
TIDAK
SAKIT
RINGAN
DAYA TAHAN / PERSEPSI,
KEPRIBADIAN

KUAT RENDAH / LEMAH


PENDAHULUAN
• Banyak istilah kedokteran termasuk psikiatri yang diambil
dari dongeng / kepercayaan, sehingga tidak menimbulkan
kesepakatan arti.

• Linneacus (1707-1778) memulai klasifikasi yang teratur

• Thn 1853 dlm Kongres statistik internasional William Farr


menyusun penyebab kematian ( Klasification Bertillion )

• Setelah direvisi berulang-ulang thn 1965 WHO


mengesahkan ICD 8 (international clasification Desease 8)
PERJALANAN PPDGJ
• PPDGJ I
• Terbit tahun 1973
• Nomor kode dan diagnosis mengacu pada ICD
8 ( International Clasification of Desease -8 )
• Sistem Numerik
• Nomor kode : 290 - 315
PPDGJ II
• Diterbitkan pada tahun 1983
• Diagnosis mono aksial
• Nomor kode dan diagnosis : mengacu pada ICD-
9 ( sistem numerik )
• Konsep klasifikasi dengan kelas diagnosis
memakai kriteria diagnosis DSM (The Diagnosis
statistical manual of mental disorder)
PPDGJ III
• Diterbitkan pada tahun 1993
• Diagnosis multi-aksial
• Nomor kode dan diagnosis merujuk pada ICD-
10
• Konsep klasifikasi dengan hirarki blok
memakai pedoman diagnosis ICD-10
• Diagnosis multi aksial menurut DSM-IV (APA)
KONSEP GANGGUAN JIWA
menurut PPDGJ
• Istilah yang digunakan adalah Gangguan Jiwa atau gangguan
mental ( mental disorder ) tidak mengenal istilah penyakit jiwa
( mental illnes atau mental disease )
• Kriteria Gangguan jiwa :
• Adanya gejala klinis yang bermakna
– Sindrom atau pola perilaku
– Sindrom atau pola psikologi
• Gejala klinis menimbulkan distress ( rasa nyeri, tdk nyaman dll
)
• Gejala klinis menimbulkan disability ( ketidakmampuan dalam
perawatan diri, dll )
• PPDGJ menganut pendekatan ateoritik kecuali
pd gangguan yang telah secara jelas disepakati
penyebabnya.
• Pengelompokan diagnosis gangguan jiwa
berdasarkan gambaran kliniknya.
• PPDGJ tidak menganggap gangguan jiwa adalah
satu kesatuan yang tegas dgn batas-batas yg
jelas antara ggg jiwa tertentu dgn ggg jiwa lainya
• Anggapan salah : semua orang yang menderita
gangguan jiwayang sama akan serupa dalam
segala hal yang penting.
 PPDGJ-III mengelompokkan diagnosis
gangguan jiwa ke dalam 100 Kategori
Diagnosis, mulai dari F00 s.d F98
F99 : gangguan jiwa yg tidak tergolongkan
: untuk mengelompokkan “gangguan jiwa
tidak khas

 Penyusunan urutan blok-blok diagnosis


berdasarkan suatu hierarki, dimana suatu
gangguan yg terdapat dalam urutan hierarki yg
lebih tinggi, mungkin mempunyai ciri-ciri dari
gangguan yg terletak dalam hierarki lebih
rendah, tetapi tidak sebaliknya.
URUTAN HIRARKI BLOK DIAGNOSIS
I. Gangguan mental organik dan simptomatik
Gang mental & perilaku akibat zat psikoaktif
II. Schizofrenia, Gg schizotipal dan waham
III. Gg suasana perasaan
IV. Gg Neurotik, gg somatoform & gg stress
V. Sindrom perilaku yg berhub dg gg fisiologis
dan faktor fisik
Lanjutan

VI. Gg kepribadian dan perilaku masa Dewasa


VII.Retardasi mental
VIII.Gg perkembangan psikologis
IX. Gg perilaku dan emosional
X. Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian
klinik
Urutan Hierarki Blok Diagnosis Gangguan Jiwa
berdasarkan PPDGJ-III
I : Gangguan Mental Organik & Simtomatik
(F00-F09)
: Ggn. Mental & perilaku akibat zat psikoaktif
(F10-F19)
ciri khas : etiologi organik/fisik jelas,
primer/ sekunder

II : Skizofrenia, Ggn. Skizotipal & Ggn. Waham


(F20-F29)
ciri khas : gejala psikotik etiologi organik
tidak jelas
III : Gangguan Suasana perasaan
[mood/afektif] (F30-F39)
Gejala khas : gejala Gg. Afek (psikotik dan
non psikotik)

IV : Ggn. Neurotik, Ggn. Somatoform & Ggn.


Stres (F40-F48)
ciri khas : gejala non psikotik, etiologi non
organik
V : Sindrom perilaku yg berhubungan dg. Ggn.
Fisiologis & faktor fisik (F50-F59)
ciri khas : gejala disfungsi fisiologis,
etiologi non organik
VI : Ggn. Kepribadian & perilaku masa dewasa
(F60-F69)
ciri khas : gejala perilaku, etiologi non
organik

VII : Retardasi Mental (F70-F79)


ciri khas : gejala perkembangan IQ, onset
masa kanak

VIII : Ggn. Perkembangan psikologis (F80-F89)


ciri khas : gejala perkembangan khusus,
onset masa kanak
IX : Ggn. Perilaku & emosional dg onset masa
kanak & remaja (F90-F98)
ciri khas : gejala perilaku/ emosional,
onset masa kanak

X : Kondisi lain yg menjadi fokus perhatian


klinis (kode Z)
ciri khas : tidak tergolong gangguan jiwa
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I : Gangguan klinis
Kondisi lain yang menjadi fokus
perhatian klinik
AKSIS II : Gangg kepribadian
Retardasi mental
AKSIS III : Kondisi Medik Umum
AKSIS IV : Masalah psikososial dan Lingkungan
AKSIS V : Penilaian Fungsi Secara Global
Catatan :
• Antara aksis I, II dan III tidak selalu ada
hubungan etiologik atau patogenesisi
• Hubungan antara aksis I, II, III dan aksis IV
dapat timbal balik saling mempengaruhi
AKSIS I (RPS )
F 00 – F 09 : Gangg mental organik (+simptomatk)
F 10 – F 19 : Gang mental & perilaku  zat
psikoaktif
F 20 – F 29 : Schizofrenia, schizotipal & gg waham
F 30 – F 39 : Gg suasana perasaan (mood/afektif)
F 40 – F 49 : Gg neurotik, somatoform-> gg
terkait stress
F 50 – F 59 : sindroma perilaku  gg fisiologis
dst…..F 99
AKSIS II (RPS & RPD )
• F 60 : Gg Kepribadian khas
• F 60.0 : Gg kepribadian paranoid
• F 60.1 : Gg kepribadian schizoid
• F 60.2 : Gg kepribadian disosial
• F 60.3 : Gg kepribadian emosional tak stabil
• F 60.4 : Gg kepribadian histrionik
• F 60.5 : Gg kepribadian anankastik
• dst …..F 70 : RM
AKSIS III (RPS )
• Bab I A00 – B99 : Peny infeksi & parasit
• Bab II C00 – D 99 : Neoplasma
• Bab IV E00 – G 99 : peny endokrin, nutrisi dan
endokrin
• Bab VI G00 – G59 : peny susunan syaraf
• Bab VII H00 – H 59 : peny mata dan adneksa
• Bab VIII H60-H99 : Peny telinga dan proses
mastoid dst
AKSIS IV
• Masalah dengan primery support group
• Masalah berkaitan lingkungan sosial
• Masalah pendidikan
• Masalah pekerjaan
• Masalah Perumahan
• Masalah ekonomi
• Masalah akses dan pelayanan kesehatn dst
AKSIS V
( Global Assesment of Functioning scale)

• 91-100 : Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak


ada masalah yang tidak tertanggulangi
• 81-90   : Gejala minimal, fungsi baik, cukup puas,
tidak lebih dari masalh harian biasa
• 71-80   : Gejala sementara dan dapat diatasi, disabili-
tas ringan dalam sosial
• 61-70   : Beberapa gejala ringan dan menetap, disabi-
litas ringan dalam fungsi, secara umum baik
• 51-60   : Gejala dan disabilitas sedang
• 41-50    : Gejala dan disabilitas berat
• 31-40   : Beberapa disabilitas dalam hubungan
dengan realita dan komunikasi, disabilitas
berat dalam beberapa fungsi
• 21-30   : Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya
nilai, tidak mampu berfungsi dalam hampir
semua bidang
• 11-20   : bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas
sangat berat dalam komunikasi dan mengurus
diri
• 1-10    : Persisten dan  lebih serius
• 0           : Informasi tidak adekuat
KASUS 1

Sdr. Z, Usia 21 tahun, dibawa ke rumah sakit jiwa PROF. Dr. V. L


RATUMBUYSANG, dari hasil pengkajian diperoleh data pasien
dirumah selalu menyendiri, suka berbicara sendiri, menyatakan
mendengar suara-suara yang memerintahkan untuk tidak keluar
kamar, prilaku pasien sering berdiri mematung, pasien menjadi tidak
merawat diri. Perubahan prilaku pasien mulai muncul setelah
permintaan dibelikan motor kepada orang tua belum dikabulkan.
Diagnosis medik : F20.2 (Skizofrenia Katatonik) dan pasien juga
mengalami gangguan Kepribadian Paranoid (F60.0). Bila dilihat dari
keseluruhan gejalanya masuk pada gejala dan disabilitas berat.
Saat ini pasien juga mengalami diare dan didiagnosis Gastroenteritis.
• Aksis I : F20.2 (skizofernia katatonik)
• Aksis II : F60.0 (gangguan kepribadian
paranoid)
• Aksi III : Gastroentritis
• Aksis IV : minta di belikan motor tapi belum di
penuhi
• Aksis V : GAF 41 - 50
KASUS 2
Pasien A dibawa ke rumah sakit jiwa PROF. Dr. V.L RATUMBUYSANG,
dari hasil pengkajian diperoleh data pasien dirumah selalu
menyendiri, suka berbicara sendiri, menyatakan mendengar suara-
suara yang memerintahkan untuk memukul, prilaku pasien sering
ngamuk tanpa sebab, pasien menjadi tidak merawat diri. Perubahan
prilaku pasien mulai muncul setelah pacarnya membatalkan
pertunangan. Diagnosis medik yang ditetapkan Herbefrenik (F20.1)
dan gangguan kepribadian emosional tak stabil (F60.3). Bila dilihat
dari keseluruhan gejalanya bahaya mencederai diri/orang lain,
disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri. Saat
ini pasien juga mengalami batuk-batuk dan didiagnosis Bronkhitis
kronis.
Penulisan Diagnosa Multiaksial

• Aksis I : Skizofrenia heber frenik (F20.1)


• Aksis II : gangguan kepribadian emosional tak
stabil (F60.3)
• Aksis III : Bronhkitis Kronis
• Aksis IV : perubahan perilaku karena di batal
pertunangan
• Aksis V : GAF 11-20ncederai diri/orang lain,
disabilitas sangat berat dala
Contoh : diagnosa gang jiwa yg sering ditemukan di RSJ

GANGGUAN MENTAL ORGANIK


Gambaran Utama :
• Gangguan kognitif ( memori, intelektual, learning )
• Gangguan sensorium ( kesadaran, perhatian)
• Sindrom dengan manifestasi yg menonjol spt :
• Persepsi : Halusinasi
• Isi pikir : waham
• Alam perasaan : depresi
F. 00 – F 09
GANGGUAN MENTAL ORGANIK

• F.00 : Dimentia pd penyakit alzaimer


• F.01 : Dimentia vaskuler
• F.02 : Dimentia pada penyakit lain YDT
(yang tidak ditentukan)
• F.03 : Dimentia YTT
• F.04 : Sindrom amnestik organik bukan
karena alkohol dan zat psikoaktif lain
• F.05 : Delirium organik bukan karena alkohol
dan zat psikoaktif lain ---dst
F 20 ( SCHIZOFRENIA )
• Gangguan dasarnya adalah gejala psikotik :
halusinasi, waham, perilaku kataton, perilaku
kacau, pembicaraan kacau yang pada
umumnya (tidak selalu) disertai tilikan yang
buruk.
• F20.0: schizofrenia paranoid
• F20.1: schizofrenia hebifreni
• F20.2: schizofrenia katatonik
• F20.3: schizofrenia tak terinci
• F 20.4 : Deprsi pasca schizofrenia
• F20.5: schizofrenia Residual
• F20.6: schizofrenia Simpleks
• F20.8: schizofrenia lainya
• F20.9: schizofrenia YTT
MANFAAT PPDGJ
• Penyeragaman kode membantu dalam
pencatatan, dokumentasi dan statistik kesehatan
• Keseragaman diagnosa merupakan acuan untuk
tata laksana therapi
• Sebagai alat komunikasi team kesehatan
termasuk perawat
• Penelitian : memberikan batasan operasional
diagnosa gangguan jiwa.
MANFAAT PPDGJ BAGI PERAWAT
• Perawat akan lebih cepat mengantisipasi respon
klien berdasarkan diagnosa klien
• Membantu perawat dalam merencanakan
tindakan perawatan
• Sebagai bahan untuk memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga
• Sebagai bahan diskusi dengan team medis karena
perawat mempunyai waktu interaksi yang lebih
lama, sehingga perawat dapat mengumpulkan
informasi gejala klien lebih banyak.
• Membantu managemen perawatan dalam
mendesign ruang perawatan.
Contoh : Ruang UPIP, Ruang Gangg jiwa organik
• Membantu managemen perawatan dalam
menyiapkan Sumber Daya Perawat
Misal : pelatihan
• Menjadi rujukan untuk pengembangan
penelitian dan pengembangan ilmu perawatan

Anda mungkin juga menyukai