Anda di halaman 1dari 58

ANAK PEREMPUAN USIA 4 TAHUN DENGAN

ASMA BRONKHIAL SERANGAN RINGAN-SEDANG

Wahyu Dwi Tanjung Sari J510170109


Hany Desi wahyuning Dwi J510170111

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : An. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Ponorogo, 01 Januari 2014
Umur : 4 tahun
Nama Ayah : Tn. M
Pekerjaan ayah : Swasta
Nama ibu : Ny. T
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Wonokerto – Jetis, Ponorogo
Masuk RS tanggal : 06/08/2018
Diagnosis masuk : Asma Bronkiale serangan ringan-sedang
Dokter yang merawat : dr. Sudarmanto, Sp.A
Keluhan Utama
Sesak Nafas sejak 4 jam SMRS.
Keluhan tambahan : Batuk dan demam

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien dibawa ke IGD RSUD dr. Harjono Ponorogo dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasaka
n sejak 4 jam SMRS. Saat datang ke ruang Delima Pasien datang dengan badan lemah dan nafas deng
an cepat. Menurut orang tua, An. A ini merupakan sesak yang pertama, sebelumnya belum pernah meng
alami sesak nafas. Saat sesak, sesak mengganggu aktifitas & pasien tidak dapat berbicara utuh, jika be
rbicara tampak sesak dan saat berkata sepenggal-sepenggal seperti memanggil mama- mama dan pasi
en bisa berbaring namun lebih suka duduk, nyeri dada disangkal.
Pasien juga dikatakan batuk sejak 2 hari SMRS. Batuk terus menerus dengan sedikit dahak tidak ber
warna. Pasien juga demam sejak 3 hari SMRS. Mual dan muntah disangkal. BAB dan BAK lancar, tidak
ada keluhan.
Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga

• Riwayat DM • Riwayat sakit serupa


: disangkal : disangkal
• Riwayat hipertensi • Riwayat batuk pilek
: disangkal : diakui
• Riwayat jantung • Riwayat asma
: disangkal : disangkal
• Riwayat asma • Riwayat alergi
: disangkal : disangkal
• Riwayat alergi
: disangkal
Genogram
 
  
 
 
 
 
 

 
 
 
 
Riwayat persalinan ibu pasien / NC Riwayat paska lahir pasien / PNC

• Ibu melahirkan dengan cara Sectio • Bayi berjenis kelamin perempuan.


Sesaria. Umur kehamilan 37 minggu. Setelah lahir langsung menangis, gerak
Air ketuban jernih, proses persalinan pasien aktif, dengan warna kulit
selama kurang lebih 1 jam. Bayi lahir kemerahan. Demam (-), kejang (-), ASI
langsung menangis. Berat bayi lahir keluar sejak hari pertama
2300 gram, dan tidak ditemukan cacat
bawaan saat lahir.
Riwayat Makanan
0- 6 bulan : ASI
6 bulan- 12 bulan : ASI, susu formula, bubur susu, buah (pisang), diselin
gi nasi tim kuah sayur
1 tahun- 4 tahun : susu formula, diselingi nasi, lauk, dan kuah sayur
Kesan :
Pasien mendapat ASI eksklusif, kualitas makanan baik, kuantitas makan
cukup.
Riwayat Vaksinasi

Vaksin I II III IV V VI
Hepatitis B 0 hari 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -
BCG 1 bulan - - - - -

DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -

Polio 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan 18 bulan

Campak 9 bulan - - - - -

Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai dengan


PPI.
Sosial, Ekonomi, dan lingkungan

Sosial ekonomi
Ayah berusia 42 tahun pekerjaan swasta dengan penghasilan 2.000.000 per/bulan dan ibu berusia 4
1 tahun bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Keluarga merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan seh
ari-hari.

Lingkungan
Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, dan satu dapur dengan disertai 1 kamar mandi yang
berada didalam rumah. Rumah berlantai keramik dengan ventilasi yang cukup (terdapat 1 jendela tia
p ruangan). Rumah ditempati oleh ayah, ibu, kakak pasien dan pasien.
Anamnesis sistem
Cerebrospinal : kejang (-)
Kardiovaskuler : sianosis (-), keringat dingin (-)
Respiratori : batuk (+), pilek (-), sesak (+)
Gastrointestinal : muntah (-), BAB(+)
Urogenital : BAK (+),
Muskuloskeletal : kelainan bentuk (-), bengkak (-)
Integumentum : bintik merah pada ekstremitas/petekiae (-)
PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN KHUSUS
• Keadaan Umum : Tampak sesak, Lemah • Kulit : petekiae (-), erosi mukosa (-), ikterik (-),
• Vital Sign turgor kulit berkurang (-)
• SpO2 : 94% • Kepala : ukuran normocephal (+), rambut panjang
• HR : 130 x/menit (+), bergelombang (+), berwarna hitam kemerahan (+)
• RR : 44 x/menit, cepat, dangkal, regular, disertasi • Mata : ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (+/+),
retraksi suprasternal & intercostal pupil isokor (3mm/3mm), mata cekung(-)
• Suhu : 38,6ºC • Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping
• Keadaan umum tampak sesak , lemah, takikardi disertai hidung (-/-)
nafas takipneu dengan retraksi suprasternal & • Mulut : berdarah (-), sianosis (-), lidah tifoid (-)
intercostal • Leher : pembesaran limfonodi leher (-), massa (-)
• Status Gizi kaku kuduk (-)
• BB/TB : 10 kg / 80cm • Thorax : simetris, retraksi (+), ketinggalan gerak (-)
• BMI : 16,04 kg/m2
• Z scores : gizi baik
• Kesimpulan : Status gizi pasien baik menurut WHO
Pemeriksaan Fisik Paru
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Depan Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)
Retraksi suprasternal & Retraksi suprasternal &
intercostal (+) intercostal (+)

Palpasi Fremitus (n) massa (-) Fremitus (n) massa (-)

Perkusi Sonor Sonor


Auskultasi SDV (+), Rh kasar (+), Wh (+) SDV (+), Rh kasar(+), Wh (+)

Inspeksi Simetris Simetris


Belakang Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)

Palpasi Fremitus (n) Fremitus (n)


massa (-) massa (-)
Perkusi Sonor (+) Sonor (+)
Auskultasi SDV (+), Rh kasar (+), Wh (+) SDV (+), Rh kasar(+), Wh (+)
Abdomen
Inspeksi : distended (-), ruam (-)
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : turgor kulit baik
Hepar : tidak teraba membesar
Lien : tidak teraba membesar
Anogenital : tidak ada kelainan

Kesan : Paru terdapat retraksi suprasternal & inter costal, ronkhi kasar pada daera
h hilus sinistra dan dextra disertai whezzing yang lebih dominan dan abdomen dbn

.
Ekstremitas
Akral hangat (+), deformitas (-), kaku sendi (-), sianosis (-), edema (-), bintik merah
(-)
 
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan : bebas bebas bebas bebas
Tonus : normal normal normal normal
Trofi : eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi

Meningeal Sign :
kaku kuduk (-), brudzinski I (-), brudzinski II (-), brudzinski III (-) brudzinski IV (-)

Kesan : ekstremitas dalam batas normal, status neurologis dalam batas normal
Laboratorium Darah Lengkap
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. Leukosit 12.400 uL 4000-10,000 /uL
2. Eritrosit 5.03 uL 3,50-7,00 / uL
3. Hemoglobin 12.6 gr/dl 11-16 g/dl
4. Hematokrit 38.0 % 37-54%
5. MCV 75.5 femtoliter 95-125 fl
6. MCH 25.0 Pikograms 27-31 pg
7. MCHC 33.2 g/dl 30-34 g/dl
8. Trombosit 236.000 uL 150.000-450.000/uL
9. Limfosit 26.2 % 20-40%

Kesan : leukositosis akan tetapi tidak terlalu signifikan.


Foto Rontgen
COR : tidak membesar
Pulmo :
Corakan bronkovaskuler meningkat
Terdapat bercak kesuraman pada para kardial
dan para hiler
Hilus paru kanan dan kiri tidak melebar
Diafragma dan sinus baik
Kesan :
gambaran hiperiplasi
 
Ringkasan Pemeriksaan
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN LAB
1.Sesak nafas sejak 4 1.KU: Pasien tampak • Hasil laboratorium
darah rutin
jam SMRS, sesak, lemah menunjukkan
2.sesak saat beraktifitas, 2. Vital sign : Nadi leukositosis yang
pasien bisa berbaring takikardi, RR Takipneu tidak signifikan
namun lebih suka 3. Pemeriksaan thorax :
duduk dan pertama kali Terdapat rhonki kasar di
ini mengalami sesak para hiler dextra dan
nafas. sinistra, wheezing
3. Saat sesak mampu yang dominan dan
berbicara dalam retraksi
penggalan kalimat. suprasternal dan
4. Pasien diawali batuk, incercostal
pasien rewel dan  
DAFTAR MASALAH
AKTIF INAKTIF
1. Pasien batuk sejak 2 hari SMRS -
2. Sesak nafas sejak 4 jam SMRS, bisa berbaring namun
lebih suka duduk
3. Bicara sepenggal
4. Pasien lemah dan tampak sesak
5. Vital sign Nadi takikardi, RR Takipneu
6. Pemeriksaan thorax terdapat rhonki kasar di para hiler
dextra dan sinistra, dan wheezing yang dominan dan
retraksi suprasternal dan incercostal
7. Rontgen Thorax gambaran hiperiplasi
8. Hasil laboratorium darah rutin : leukositosis
Kemungkinan penyebab masalah
:
•Asma Bronkhial
•bronkopneumonia
•Dd/ TB paru

DIAGNOSA KERJA
Asma Bronkhial serangan ringan-sedang
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Rencana Terapi
Oksigenasi nasal 3 liter
Nebulizer (salbutamol 0,1 mg/kg)
Maintenance nebulizer salbutamol 3x5 menit
Inf. RL 15 tpm
Inj. Cefotaxim 3 x 400 mg
Inj. Dexametason 3 x ½ mg
Per oral
Pamol syr 4x ½ cth
Salbutamol syr 3 x ½ cth
OBH syr 3 x ½ cth
Evaluasi tanda sianosis dan respirasi
 
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Asma
Penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi kronik yang
mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran respiratori dengan
derajat bervariasi

Manifestasi klinis
batuk, mengi, sesak nafas, dada tertekan yang timbul secara kronik
dan atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada malam atau
dinihari, dan biasanya timbul jika ada pencetus.
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
Karakteristik yang mengarah ke asma adalah:

Episodisitas : gejala timbul episodik/berulang


Faktor pencetus (Hiperreaktivitas)
– Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat
nyamuk, suhu dingin, udara kering, makanan m
inuman dingin
– Alergen: debu, tungau, rontokan hewan, serbuk sari
– Infeksi respiratori, selesma
– Aktivitas fisis: berlarian, berteriak, menangis, atau
tertawa berlebihan
Anamnesis
Riwayat alergi pada pasien atau riwayat asma dalam keluarga

Reversibilitas:
• gejala dapat membaik secara spontan atau pemberian obat pereda asma

Variabilitas:
• intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya malam hari lebih
berat (nokturnal)
Pemeriksaan Fisik Allergic shiner
Keadaan:
– Stabil : tanpa gejala
– Gejala batuk atau sesak napas :
• Wheezing
Gejala lain alergi
– Dermatitis atopik, rhinitis alergi
– Allergic shiners, geographic tongue Geographic tongue
Pemeriksaan Penunjang
Uji fungsi paru dengan spirometri
– Peak flow meter
Uji cukit kulit (skin prick test),
eosinofil total darah), pemeriksaan
Peak flow meter
IgE spesifik
Uji inflamasi respiratori:
FeNO (fractional exhaled nitric oxide), eosi
nofil sputum
Uji provokasi bronkus dengan
exercise, metakolin, hipertonik salin Spirometri
Pemeriksaan Penunjang
Mencari diagnosis banding:

•Uji tuberkulin
•Foto sinus paranasalis
•Foto toraks
•Uji refluks gastroesofagus
•Uji keringat
•Uji gerakan silia
•Uji defisiensi imun
•CT-scan toraks
•Endoskopi respiratori (rinoskopi, laringoskopi, bronkoskopi)
Kriteria Diagnosis Asma
Gejala Karakteristik
Wheezing , batuk , sesak  Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
napas, dada tertekan,  Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring waktu
produksi sputum  Gejala memberat pada malam atau dinihari
 Gejala timbul bila ada pencetus

Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi


Gambaran obstruksi saluran FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
respiratori FEV1 / FVC ≤ 90%
Uji reversibilitas (pasca-
bronkodilator) Peningkatan FEV1 >12%
Variabilitas Perbedaan PEFR harian >13% 
Uji provokasi Penurunan FEV1 >20%, atau PEFR >15%
Alur Diagnosis Asma
Diagnosis Banding
Inflamasi: infeksi, alergi
Rinitis, rinosinusitis
Chronic upper airway cough syndrom
Infeksi respiratori berulang
Bronkiolitis
Aspirasi berulang
Defisiensi imun
Tuberkulosis

Obstruksi mekanis
Laringomalasia, trakeomalasia
Hipertrofi timus
Pembesaran KGB
Aspirasi benda asing
Vascular ring, laryngeal web
Disfungsi pita suara
Malforasi kongenital saluran respiratori
Diagnosis Banding
Patologi bronkus
Bronkopulmonary dysplasia
Bronkiektasis
Diskinesi silia primer
Fibrosis kistik

Kelainan sistem organ lain


Penyakit refluks gastro-esofagus (GERD)
Penyakit jantung bawaan
Gangguan neuromuskular
Batuk psikogen
Klasifikasi
Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala

Asma intermiten
Asma persisten ringan
Asma persisten sedang
Asma persisten berat

Dalam pedoman ini, klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala dipakai


sebagai dasar penilaian awal pasien. Ini berubah dari PNAA
sebelumnya yang membagi asma menjadi asma episodik jarang,
asma episodik sering, dan asma persisten.
Klasifikasi
Kekerapan Uraian kekerapan gejala asma

Intermiten Episode gejala asma <6x/tahun atau jarak antar serangan ≥6 minggu

Persisten ringan Episode gejala asma >1x/bulan, <1x/minggu

Persisten sedang Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak setiap hari

Persisten berat Episode gejala asma terjadi hampir tiap hari

Jika ada keraguan dalam menentukan derajat kekerapan,


masukkan ke dalam derajat yang lebih berat.
Klasifikasi Baru vs Lama
Kesetaraan klasifikasi PNAA 2004 dengan PNAA 2015 adalah :
•Asma intermiten setara dengan asma episodik jarang.
•Asma persisten ringan setara dengan asma episodik sering.
•Asma persisten sedang dan asma persisten berat setara dengan
asma persisten.
Klasifikasi
Berdasarkan derajat beratnya serangan
Asma serangan ringan-sedang
Asma serangan berat
Asma dengan ancaman gagal napas

Dalam pedoman ini klasifikasi derajat serangan


digunakan sebagai dasar penentuan tatalaksana.
Klasifikasi
Berdasarkan derajat kendali 1,2,4
Asma terkendali penuh (well controlled)
Asma terkendali sebagian (partly controlled)
Asma tidak terkendali (uncontrolled)

Dalam pedoman ini, klasifikasi derajat kendali dipakai untuk menilai


keberhasilan tatalaksana yang tengah dijalankan dan untuk
penentuan peningkatan (step-up),
pemeliharaan (maintenance) atau
penurunan (step-down) tatalaksana yang akan diberikan.
Klasifikasi
Berdasarkan keadaan saat ini:
Tanpa gejala
Gejala
Serangan ringan-sedang
Serangan berat
Ancaman gagal napas
DIAGNOSIS ASMA
Dalam deskripsi diagnosis asma harus mencakup ketiga aspek tersebut :

•Derajat keparahan asma


•Derajat kondisi saat ini
•Derajat kendali asma
Apa yang dimaksud serangan asma?
• Adalah episode peningkatan yang progresif (perburukan)
dari gejala-gejala batuk, sesak napas, mengi, rasa dada
tertekan, atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala
tersebut
• Mencerminkan gagalnya tata laksana asma jangka
panjang, atau adanya pajanan dengan pencetus
•Derajat ringan hingga berat mengancam nyawa
Tujuan tata laksana serangan asma
•Mengatasi penyempitan saluran respiratori secepat mungkin
•Mengurangi hipoksemia
•Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya
•Mengevaluasi dan memperbarui tata laksana jangka panjang untuk mencegah
kekambuhan
Parameter klinis, fungsi paru,       Ancaman
Laboratorium Ringan Sedang Berat henti
napas
Sesak napas (breathless) Berjalan Berbicara Istirahat  
     
Bayi: Bayi: Bayi:
Menangis keras - tangis pendek Tidak mau minum / makan
dan lemah
-sulit menetek/makan

Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang lengan  


Bicara Kalimat Potongan kalimat Kata-kata Tidak dapat bicara
Kesadaran Mungkinirritable Biasanya irritable Biasanyairritable Kebingungan
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
Wheezing Sedang, sering Nyaring, Sangat nyaring, Sulit/tidak
hanya pada akhir ekspirasi sepanjang ekspirasi terdengar tanpa terdengar
+inspirasi stetoskop
Penggunaan otot bantu Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradoks
respiratori torako-abdominal
Retraksi Dangkal, Sedang, Dalam, Dangkal/hilang
retraksi intercostal ditambah retraksi ditambah napas cuping hidung
suprasternal
Frekuensi pernapasan + Takipnea Takipnea Takipnea Bradipnea
Frekuensi nadi ++ Normal Takikardi Takikardi Bradikardi
PEF* >80% 60−80% <60%,  
Pascabronkodilator Respons <2 jam
SaO2* >95% 91−95% < 90%  
PaO2* Normal (biasanya tidak perlu >60 mmHg <60 mmHg  
diperiksa)
PaCO2* <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg  
Patofisiologi serangan asma
TATALAKSANA
SERANGAN
ASMA
Pasien risiko tinggi
Pasien dengan riwayat:
Serangan asma yang mengancam nyawa
Intubasi karena serangan asma
Pneumotoraks dan/atau pneumomediastinum
Serangan asma berlangsung dalam waktu yang lama
Penggunaan steroid sistemik (saat ini atau baru berhenti)

Kunjungan ke UGD atau perawatan rumah sakit (RS) karena asma dalam setahun terakhir
Tidak teratur berobat sesuai rencana terapi
Berkurangnya persepsi tentang sesak napas
Penyakit psikiatrik atau masalah psikososial.
Alergi makanan

Steroid sistemik (oral atau parenteral) perlu diberikan pada


awal penanganan meskipun pada penilaian awal serangannya
masih ringan
Tahapan tata laksana serangan asma

• Di rumah • Di rumah sakit


Tata laksana serangan asma di rumah
Oleh pasien atau keluarga dengan riwayat terapi teratur & pendidikan cukup
Inhalasi β2-agonis kerja pendek 2 kali  respon tidak baik  dokter

Tidak boleh tata laksana di rumah, harus segera dibawa fasyankes:

– Risiko tinggi
– Distres respirasi
Tata laksana serangan asma di rumah
Berikan inhalasi β2-agonis kerja cepat

Via MDI + spacer


• Via nebulizer
• Berikan 2-agonis kerja cepat, lihat re Berikan serial β2 agonis kerja c
sponnya.  gejala menghilang  cuk epat via spacer dengan dosis: 2
up diberikan satu kali – 4 semprot
• Jika gejala belum membaik dalam 30
Berikan satu semprot diikuti 6 –
8 tarikan napas, lalu diberikan s
menit  ulangi pemberian sekali lagi emprotan berikutnya dengan sikl
• Jika dengan 2 kali pemberian 2-agon us yang sama
is kerja cepat via nebuliser belum me Jika membaik dengan dosis mini
mbaik  segera bawa ke fasyankes mal, inhalasi dihentikan.
Jika gejala tidak membaik deng
an dosis maksimal, segera ba
wa ke fasyankes
Efektivitas pemberian 2 agonis kerja cepat vi
a MDI + spacer
 Pemberian 2-agonis kerja cepat via MDI dan spacer
mempunyai efektivitas yang sama dengan pemberian
via nebulizer, dengan catatan:
 Pasien tidak dalam serangan asma berat atau
ancaman henti napas
 Pasien bisa menggunakan MDI dengan spacer
 Sebaiknya menggunakan spacer yang baru atau
sebelumnya dicuci dengan air deterjen dan
dikeringkan di udara kamar
 Bila tidak tersedia spacer, bisa digunakan botol
plastik 500 ml sebagai pengganti spacer
Tata laksana serangan asma di fasyankes & RS/UGD
Tata laksana serangan asma di Fasyankes

Tindak lanjut
Bila pasien memenuhi kriteria untuk dipulangkan, obat yang
dibawakan pulang:
– β2-agonis kerja cepat (bila tersedia sangat dianjurkan pe
mberian inhalasi daripada pemberian preparat oral)
– Kortikosteroid oral, 3-5 hari lalu dapat dihentikan tanpa
– tappering-off
Jika pasien dengan asma persisten, berikan obat pengendali. Apab
ila pasien sebelumnya sudah diberi obat pengendali, evaluasi
dan sesuaikan ulang dosisnya
Jika obat diberikan dalam bentuk inhaler, sebelum pasien dipulang
kan, pastikan teknik pemakaian inhaler sudah tepat
Kontrol ulang ke fasyankes 3-5 hari kemudian
Tata laksana di ruang rawat inap
Pemberian oksigen diteruskan
Jika ada dehidrasi dan asidosis maka berikan cairan intravena dan koreksi asidosisnya
Steroid intravena diberikan secara bolus, setiap 6-8 jam. Dosis steroid intravena adalah 0,5-1 mg/
kgBB/hari
Nebulisasi 2-agonis + antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan setiap 1−2 jam. Jika dalam 4-6 k
ali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis, jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam
.
Aminofilin diberikan secara intravena dengan dosis:
– Bila pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya, aminofilin dosis awal (inisial) se
besar 6-8 mg/kgBB, yang dilarutkan dalam dekstrosa atau garam fisiologis sebanyak
20 ml, dan diberikan selama 30 menit, dengan infusion pump atau mikroburet
– Bila, respons belum optimal dilanjutkan dengan pemberian aminofilin dosis rumatan
sebanyak 0,5-1 mg/kgBB/jam
– Jika pasien telah mendapat aminofilin (kurang dari 8 jam), dosis diberikan separuhn
ya, baik dosis awal (3-4 mg/kgBB) maupun rumatan (0,25-0,5 mg/kg/jam)
– Bila memungkinkan, sebaiknya kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mc
g/ml
Tata laksana di ruang rawat inap
Bila telah terjadi perbaikan klinis, nebulisasi diteruskan setiap 6 jam hingga
mencapai 24 jam, dan steroid serta aminofilin diganti dengan pemberian peroral
Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan dibekali
obat:

– 2-agonis (hirupan atau oral) setia


p 4-6 jam selama 24-48 jam
– Selain itu, steroid oral dilanjutkan h
ingga pasien kontrol ke klinik rawa
t jalan dalam 24-48 jam untuk reev
aluasi tata laksana
Tata laksana di ruang rawat intensif
Ancaman henti napas
 Hipoksemia tetap terjadi meskipun sudah diberi oksigen

 Tidak ada respons sama sekali terhadap tata laksana awal di UG


D dan atau perburukan asma yang cepat
 Adanya kebingungan, disorientasi, dan tanda lain ancaman hent
i napas, atau hilangnya kesadaran.
 Tidak ada perbaikan dengan tata laksana baku di ruang rawat i
nap
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai