Riwayat persalinan ibu pasien / NC Riwayat paska lahir pasien / PNC
Vaksin I II III IV V VI
Hepatitis B 0 hari 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -
BCG 1 bulan - - - - -
Campak 9 bulan - - - - -
Sosial ekonomi
Ayah berusia 42 tahun pekerjaan swasta dengan penghasilan 2.000.000 per/bulan dan ibu berusia 4
1 tahun bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Keluarga merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan seh
ari-hari.
Lingkungan
Rumah terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, dan satu dapur dengan disertai 1 kamar mandi yang
berada didalam rumah. Rumah berlantai keramik dengan ventilasi yang cukup (terdapat 1 jendela tia
p ruangan). Rumah ditempati oleh ayah, ibu, kakak pasien dan pasien.
Anamnesis sistem
Cerebrospinal : kejang (-)
Kardiovaskuler : sianosis (-), keringat dingin (-)
Respiratori : batuk (+), pilek (-), sesak (+)
Gastrointestinal : muntah (-), BAB(+)
Urogenital : BAK (+),
Muskuloskeletal : kelainan bentuk (-), bengkak (-)
Integumentum : bintik merah pada ekstremitas/petekiae (-)
PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN KHUSUS
• Keadaan Umum : Tampak sesak, Lemah • Kulit : petekiae (-), erosi mukosa (-), ikterik (-),
• Vital Sign turgor kulit berkurang (-)
• SpO2 : 94% • Kepala : ukuran normocephal (+), rambut panjang
• HR : 130 x/menit (+), bergelombang (+), berwarna hitam kemerahan (+)
• RR : 44 x/menit, cepat, dangkal, regular, disertasi • Mata : ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (+/+),
retraksi suprasternal & intercostal pupil isokor (3mm/3mm), mata cekung(-)
• Suhu : 38,6ºC • Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping
• Keadaan umum tampak sesak , lemah, takikardi disertai hidung (-/-)
nafas takipneu dengan retraksi suprasternal & • Mulut : berdarah (-), sianosis (-), lidah tifoid (-)
intercostal • Leher : pembesaran limfonodi leher (-), massa (-)
• Status Gizi kaku kuduk (-)
• BB/TB : 10 kg / 80cm • Thorax : simetris, retraksi (+), ketinggalan gerak (-)
• BMI : 16,04 kg/m2
• Z scores : gizi baik
• Kesimpulan : Status gizi pasien baik menurut WHO
Pemeriksaan Fisik Paru
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Depan Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)
Retraksi suprasternal & Retraksi suprasternal &
intercostal (+) intercostal (+)
Kesan : Paru terdapat retraksi suprasternal & inter costal, ronkhi kasar pada daera
h hilus sinistra dan dextra disertai whezzing yang lebih dominan dan abdomen dbn
.
Ekstremitas
Akral hangat (+), deformitas (-), kaku sendi (-), sianosis (-), edema (-), bintik merah
(-)
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan : bebas bebas bebas bebas
Tonus : normal normal normal normal
Trofi : eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi
Meningeal Sign :
kaku kuduk (-), brudzinski I (-), brudzinski II (-), brudzinski III (-) brudzinski IV (-)
Kesan : ekstremitas dalam batas normal, status neurologis dalam batas normal
Laboratorium Darah Lengkap
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. Leukosit 12.400 uL 4000-10,000 /uL
2. Eritrosit 5.03 uL 3,50-7,00 / uL
3. Hemoglobin 12.6 gr/dl 11-16 g/dl
4. Hematokrit 38.0 % 37-54%
5. MCV 75.5 femtoliter 95-125 fl
6. MCH 25.0 Pikograms 27-31 pg
7. MCHC 33.2 g/dl 30-34 g/dl
8. Trombosit 236.000 uL 150.000-450.000/uL
9. Limfosit 26.2 % 20-40%
DIAGNOSA KERJA
Asma Bronkhial serangan ringan-sedang
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Rencana Terapi
Oksigenasi nasal 3 liter
Nebulizer (salbutamol 0,1 mg/kg)
Maintenance nebulizer salbutamol 3x5 menit
Inf. RL 15 tpm
Inj. Cefotaxim 3 x 400 mg
Inj. Dexametason 3 x ½ mg
Per oral
Pamol syr 4x ½ cth
Salbutamol syr 3 x ½ cth
OBH syr 3 x ½ cth
Evaluasi tanda sianosis dan respirasi
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Asma
Penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi kronik yang
mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran respiratori dengan
derajat bervariasi
Manifestasi klinis
batuk, mengi, sesak nafas, dada tertekan yang timbul secara kronik
dan atau berulang, reversibel, cenderung memberat pada malam atau
dinihari, dan biasanya timbul jika ada pencetus.
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
Karakteristik yang mengarah ke asma adalah:
Reversibilitas:
• gejala dapat membaik secara spontan atau pemberian obat pereda asma
Variabilitas:
• intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya malam hari lebih
berat (nokturnal)
Pemeriksaan Fisik Allergic shiner
Keadaan:
– Stabil : tanpa gejala
– Gejala batuk atau sesak napas :
• Wheezing
Gejala lain alergi
– Dermatitis atopik, rhinitis alergi
– Allergic shiners, geographic tongue Geographic tongue
Pemeriksaan Penunjang
Uji fungsi paru dengan spirometri
– Peak flow meter
Uji cukit kulit (skin prick test),
eosinofil total darah), pemeriksaan
Peak flow meter
IgE spesifik
Uji inflamasi respiratori:
FeNO (fractional exhaled nitric oxide), eosi
nofil sputum
Uji provokasi bronkus dengan
exercise, metakolin, hipertonik salin Spirometri
Pemeriksaan Penunjang
Mencari diagnosis banding:
•Uji tuberkulin
•Foto sinus paranasalis
•Foto toraks
•Uji refluks gastroesofagus
•Uji keringat
•Uji gerakan silia
•Uji defisiensi imun
•CT-scan toraks
•Endoskopi respiratori (rinoskopi, laringoskopi, bronkoskopi)
Kriteria Diagnosis Asma
Gejala Karakteristik
Wheezing , batuk , sesak Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
napas, dada tertekan, Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring waktu
produksi sputum Gejala memberat pada malam atau dinihari
Gejala timbul bila ada pencetus
Obstruksi mekanis
Laringomalasia, trakeomalasia
Hipertrofi timus
Pembesaran KGB
Aspirasi benda asing
Vascular ring, laryngeal web
Disfungsi pita suara
Malforasi kongenital saluran respiratori
Diagnosis Banding
Patologi bronkus
Bronkopulmonary dysplasia
Bronkiektasis
Diskinesi silia primer
Fibrosis kistik
Asma intermiten
Asma persisten ringan
Asma persisten sedang
Asma persisten berat
Intermiten Episode gejala asma <6x/tahun atau jarak antar serangan ≥6 minggu
Persisten sedang Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak setiap hari
Kunjungan ke UGD atau perawatan rumah sakit (RS) karena asma dalam setahun terakhir
Tidak teratur berobat sesuai rencana terapi
Berkurangnya persepsi tentang sesak napas
Penyakit psikiatrik atau masalah psikososial.
Alergi makanan
– Risiko tinggi
– Distres respirasi
Tata laksana serangan asma di rumah
Berikan inhalasi β2-agonis kerja cepat
Tindak lanjut
Bila pasien memenuhi kriteria untuk dipulangkan, obat yang
dibawakan pulang:
– β2-agonis kerja cepat (bila tersedia sangat dianjurkan pe
mberian inhalasi daripada pemberian preparat oral)
– Kortikosteroid oral, 3-5 hari lalu dapat dihentikan tanpa
– tappering-off
Jika pasien dengan asma persisten, berikan obat pengendali. Apab
ila pasien sebelumnya sudah diberi obat pengendali, evaluasi
dan sesuaikan ulang dosisnya
Jika obat diberikan dalam bentuk inhaler, sebelum pasien dipulang
kan, pastikan teknik pemakaian inhaler sudah tepat
Kontrol ulang ke fasyankes 3-5 hari kemudian
Tata laksana di ruang rawat inap
Pemberian oksigen diteruskan
Jika ada dehidrasi dan asidosis maka berikan cairan intravena dan koreksi asidosisnya
Steroid intravena diberikan secara bolus, setiap 6-8 jam. Dosis steroid intravena adalah 0,5-1 mg/
kgBB/hari
Nebulisasi 2-agonis + antikolinergik dengan oksigen dilanjutkan setiap 1−2 jam. Jika dalam 4-6 k
ali pemberian mulai terjadi perbaikan klinis, jarak pemberian dapat diperlebar menjadi tiap 4-6 jam
.
Aminofilin diberikan secara intravena dengan dosis:
– Bila pasien belum mendapat aminofilin sebelumnya, aminofilin dosis awal (inisial) se
besar 6-8 mg/kgBB, yang dilarutkan dalam dekstrosa atau garam fisiologis sebanyak
20 ml, dan diberikan selama 30 menit, dengan infusion pump atau mikroburet
– Bila, respons belum optimal dilanjutkan dengan pemberian aminofilin dosis rumatan
sebanyak 0,5-1 mg/kgBB/jam
– Jika pasien telah mendapat aminofilin (kurang dari 8 jam), dosis diberikan separuhn
ya, baik dosis awal (3-4 mg/kgBB) maupun rumatan (0,25-0,5 mg/kg/jam)
– Bila memungkinkan, sebaiknya kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mc
g/ml
Tata laksana di ruang rawat inap
Bila telah terjadi perbaikan klinis, nebulisasi diteruskan setiap 6 jam hingga
mencapai 24 jam, dan steroid serta aminofilin diganti dengan pemberian peroral
Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan dibekali
obat: