SINDROM NEFROTIK
Disusun oleh :
Risya Nur Fadillah Sapitri, S.Ked J510170071
Ellya Alfiani, S.Ked J510170049
Pembimbing
Dr. Eko Jaenudin, Sp. A
Pasien SN
biasanya datang
Di Indonesia dengan edema
dilaporkan 6 per palpebra atau
Sindrom nefrotik Etiologi SN dibagi pretibia. Bila lebih
100.000 per tahun
(SN) pada anak 3 yaitu kongenital, berat akan disertai
pada anak berusia
merupakan primer/idiopatik, asites, efusi
kurang dari 14 dan sekunder pleura, dan edema
penyakit ginjal
tahun.3 mengikuti genitalia. Kadang-
anak yang paling
Perbandingan penyakit sistemik kadang disertai
sering ditemukan.
anak laki-laki dan oliguria dan gejala
perempuan 2:1. infeksi, nafsu
makan berkurang,
dan diare.
DEFINISI
• Sindrom nefrotik merupakan
suatu kumpulan gejala-gejala Remisi
klinis yang terdiri dari
edema, proteinuria masif,
hipoalbuminemia, dan Resisten
Relaps
hiperkolesterolemi. steroid
batasan yang
• Selain gejala-gejala klinis di dipakai pada
atas, kadang-kadang Sindrom
Nefrotik, antara
dijumpai hipertensi, lain:
hematuri dan azotemia.
Dependen Relaps
steroid jarang
Relaps
sering
(frequent
relapse)
pria > wanita (2:1)
Relapses (60-80%)
problems
Haycook GB, Clinical Pediatric Nephrology, 2003
ETIOLOGI
Berdasarkan
Etiologi
respon terapi
Sindrom nefrotik
primer
• Tidak diketahui SNSS
Sindrom nefrotik
sekunder
SNRS
• Malaria, SLE,
Glumerulonefritis
PATOFISIOLOGI
etiologi
Proteinuria masif
Merangsang hati :
Hipoalbuminemia Sintesa protein , lipid dan
gangguan transportasi
partikel lipid dalam sirkulasi
Tekanan onkotik plasma menurun
Edema
PROTEINURIA
Jumlah albumin → ditentukan oleh masukan dari sintesis hepar & pengeluaran akibat degradasi
metabolik, eksresi renal & gastrointestinal.
Anak dengan SN → terdapat hubungan terbalik antara laju sekresi protein urin dan derajat
hipoalbuminemia.
Untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma maka hati berusaha meningkatkan sintesis albumin
Pada status
nefrosis, Hipoproteinemia
Lipoprotein lipase Lipoprotein lipase
hampir semua menstimulus
→ enzim utama serum ↓ →
kadar lemak sintesis protein
yang berguna katabolisme lipid ↓
(kolesterol,trigl dalam hati,
mengambil lipid → hiperlipidemia /
iserida) dan termasuk
dari plasma. hiperkolesterolemia.
lipoprotein lipoprotein lipase.
serum ↑.
EDEMA
Albuminuria
Hipoalbuminemia
Volume plasma ↑
Edema
TEORI OVERFILLED
• ↑ volume plasma dengan tertekannya aktivitas
renin plasma & kadar aldosteron.
Edema
GEJALA KLINIS
GANGGUAN
EDEMA PERNAPASAN
GI
• Awal intermitten • Diare karena edema • Asites retriksi
(preorbital, scrotalis, mukosa usus pernapasan
labia), • Hepatomegali takipneu
• Edema masif karena sintesis • Efusi pleura/ edema
(anasarka) albumin meningkat pulmonal
• Lunak, pitting • Nafsu makan
berkurang
• asites
Ekstravasasi Retensi cairan
cairan ke di rongga perut
ekstraseluler
Ascites
Ekspansi otot
Mual, muntah pernapasan tdk
optimal
Nafsu makan
↓ Nafas tdk
adekuat
Ggn pemenuhan
kebutuhan nutrisi Ggn pola
Kondisi tubuh nafas
lemah Daya tahan tubuh ↓
Pemeriksaan darah
• hipoalbuminemia (< 2,5 g/dl)
• hiperkolesterolemia (> 200 mg/dL)
• LED meningkat
• Globulin normal/sedikit meninggi (rasio albumin :
globulin terbalik)
• Kadar ureum dan kreatinin umumnya normal
Diuretik
• Biasanya diberikan loop diuretic seperti
furosemid 1-3 mg/kgbb/hari, bila perlu
dikombinasikan dengan spironolakton
(antagonis aldosteron, diuretik hemat
kalium) 2-4 mg/kgbb/hari.
TERAPI KORTIKOSTEROID
Adalah sindrom nefrotik yang kambuh > 2 kali dalam masa 6 bulan
atau > 4 kali dalam masa 12 bulan. Dependent steroid apabila terjadi
2 kali kambuh berturut-turut selama masa tapering terapi steroid,
atau dalam waktu 14 hari setelah terapi steroid dihentikan.
TATA LAKSANA KOMPLIKASI SINDROM NEFROTIK :
1. INFEKSI
Pasien SN sangat rentan terhadap infeksi → antibiotik.
Infeksi yang terutama → selulitis dan peritonitis primer.
Bila terjadi peritonitis primer (biasanya disebabkan oleh
kuman Gram negatif dan Streptococcus pneumoniae)→
Penisilin parenteral dikombinasi dengan Sefalosporin
generasi ketiga yaitu Cefotaksim atau Ceftriakson→10-
14 hari.
Infeksi lain → pnemonia dan ISPA karena virus.
2. TROMBOSIS
• Bila diagnosis trombosis telah ditegakkan dengan
pemeriksaan fisis & radiologis → diberikan heparin / SC →
dilanjutkan dengan warfarin selama 6 bulan atau lebih.
• Pencegahan tromboemboli → aspirin dosis rendah → tidak
dianjurkan.
3. HIPERLIPIDEMIA
• Pada SN sensitif steroid, karena peningkatan zat-zat tersebut
bersifat sementara dan tidak memberikan implikasi jangka
panjang, maka cukup dengan pengurangan diit lemak. .
• Dapat dipertimbangan pemberian obat penurun lipid seperti
inhibitor HMgCoA reduktase (statin).
4. HIPOKALSEMIA
• Pada SN dapat terjadi hipokalsemia karena: penggunaan steroid
jangka panjang yang menimbulkan osteoporosis dan osteopenia
• Terapi steroid jangka lama (lebih dari 3 bulan) → dianjurkan
pemberian suplementasi kalsium 250-500 mg/hari dan vitamin D
(125-250 IU).
5. HIPOVOLEMIA
• Pemberian diuretik yang berlebihan atau dalam keadaan SN relaps
dapat terjadi hipovolemia dengan gejala hipotensi, takikardia,
ekstremitas dingin, dan sering disertai sakit perut.
• Pasien harus segera diberi infus NaCl fisiologis dengan cepat
sebanyak 15-20 mL/kgbb dalam 20-30 menit, dan disusul dengan
albumin 1 g/kgbb atau plasma 20 mL/kgbb (tetesan lambat 10 tetes
per menit)
• Bila hipovolemia telah teratasi dan pasien tetap oliguria, diberikan
furosemid 1-2 mg/kgbb intravena.
6. HIPERTENSI
• Hipertensi dapat ditemukan pada awitan penyakit atau dalam
perjalanan penyakit SN akibat toksisitas steroid.
• Pengobatan hipertensi diawali dengan inhibitor ACE (angiotensin
converting enzyme), ARB (angiotensin receptor blocker) calcium
channel blockers, atau antagonis β adrenergik, sampai tekanan
darah di bawah persentil 90.
PROGNOSIS