1. Infeksi Tropis
2. Endokrin dan metabolik
3. Gastroentrohepatologi
4. Hematoimunologi
5. Ginjal hipertensi
6. Kardiologi
7. Pulmonologi
Infeksi Tropis
Demam Dengue
DEFINISI KASUS
–Tersangka – Terbukti
• Demam mendadak tinggi dengan 2 atau • Identifikasi virus dan atau
lebih manifesatsi di bawah ini: serologi
– Sakit kepala –HI >1280 atau IgM/IgG serum
– Nyeri retro-orbita konvalesen
– Mialgia
– Artralgia/ nyerin otot
Pada KLB:
– Ruam
•Demam tinggi
– Manifestasi perdarahan (uji Tourniquet,
•Tourniquet positif atau petekie
petekie, epistaksis)
•Leukopenia (<5000)
– Leukopeni
PPV 83%
Definisi Kasus Klinis
Demam Berdarah Dengue
Sumber: CDC
Malaria
●
Plasmodium: vivax/ovale tiap 48 jam (tertiana), malariae tiap 72 jam (kuartana), dan
●
falciparum sepanjang hari/tidak teratur.
• Falciparum
– Lini ke-1: artesunat + amodiakuin
– Lini ke-2: kina + tetrasiklin/doksisiklin
• Vivax/ovale
– Lini ke-1: klorokuin + primakuin
– Lini ke-2: kina + primakuin
• Malaria berat
– Lini ke-1: artemeter IM
– Lini ke-2: kina IV
Thypoid
• Gejala khas pada typhoid
– Stepwise fever pattern pola demam dimana suhu akan turun di pagi dan
suhu semakin tinggi dari hari ke hari.
– Minggu pertama: gejala gastrointestinal (nyeri perut, konstipasi), batuk,
sakit kepala.
– Akhir minggu pertama: suhu masuk fase plateau (39-400C), muncul rose
spot (salmon-colored, blanching, truncal, maculopapules)
– Minggu kedua: gejala di atas meningkat, dapat ditemukan splenomegali.
Bradikardi relatif, dicrotic pulse (double beat, the second beat weaker than
the first)
– Minggu ketiga:takipnue, distensi perut, diare hijau-kuning (pea soup
diarrhea), dapat masuk thypoid state(apatis, confusion, psychosis), dapat
terjadi perforasi usus dan peritonitis
– Minggu keempat: jika individu tersebut bertahan, gejala akan membaik
• Pemeriksaan tifoid: pada minggu pertama
dapat dilakukan pemeriksaan tubex atau
kultur empedu dimana kuman tersekuestrasi
di empedu
• Pada minggu kedua, mengalami bakteremia
sehingga dapat diperiksa menggunakan widal
– Hasil positif jika terjadi kenaikan titer 4x lipat atau
Anti-O 1/320 atau anti-H 1/640
ENDOKRIN DAN METABOLIK
Diabetes Mellitus
Sumber: Konsensus DM Indonesia 2011 (Perkeni)
Sumber: Konsensus DM Indonesia 2011 (Perkeni)
Diagnosis hipertiroid
Diagnosis hipertiroid
Penyakit Tiroid: Klasifikasi
• Pembesaran tiroid semata • Hipertiroidisme
– Defisiensi yodium (struma difusa – Penyakit Graves
nontoksik/goiter endemik) – Struma nodular nontoksik yang
• Bisa berkembang menjadi struma nodular
nontoksik menjadi toksik
– Goiter sporadik (jarang) – Adenoma toksik
– Lain-lain (mis. tiroiditis
• Hipotiroidisme destruktif, hormon tiroid
– Defisiensi yodium yang lebih berat
ekstratiroidal, tumor hipofisis)
– Tiroiditis Hashimoto, tiroiditis subakut
(awal hipertiroid namun berkembang • Neoplasma
menjadi hipotiroid
– Iatrogenik – Pada pemeriksaan dapat
– Lain-lain (mis. obat, kongenital, ditemukan massa terfiksir,
hipopituitarisme, kelainan hipotalamus) cepat membesar
* Tiroiditis subakut (pada tipe Subacute granulomatous thyroiditis ) : dapat ditemukan
keluhan demam, nyeri pada kelenjar
Gastroenterohepatologi
Dalam menangani paparan darah terhadap hepatitis B perlu diperhatikan:
1. Status hepatitis SUMBER
2. Status Vaksinasi YANG TERPAPAR
3. Respons Imun YANG TERPAPAR (Kadar anti HBs)
Pada kasus ini:
1. Tertusuk jarum pasien dengan hepatitis B Status sumber HbsAg (+)
2. Koas sudah divaksin 1 tahun lalu Pihak terpapar sudah vaksinasi (+)
3. Titer anti HBs yang terpapar Belum diketahui Periksa!
Penunjang
• USG
• Laboratorium: leukosit, bilirubin, SGOT/SGPT
Tata laksana
• Kolelitiasis: kolesistektomi
• Kolesistitis: NPO, cairan IV, analgesik, antibiotik,
kolesistektomi
• Koledokolitiasis: ERCP diikuti oleh kolesistektomi
• Kolangitis: antibiotik. Kalau tidak ada respons, maka dilakukan
dekompresi bilier darurat dengan ERCP.
Derajat Hemorrhoid Interna
I. Berdarah saja
II. Masuk sendiri
III. Dimasukkan dengan tangan
IV. Tidak dapat dimasukkan
IBD - Klasifikasi
Ulcerative Colitis (UC) Chron’s Disease (CD)
Temuan sendi khusus Nodus Bouchard, Deviasi ulnar, swan Kristal urat
nodus Heberden neck, boutonniere
Perubahan tulang Osteofit Osteopenia, erosi Erosi
Fitur ekstra-artikular Nodul SC, pulmonal, Tofus, bursitis
kardiak, splenomegali olecranon, batu ginjal
Sumber: Daga LC, Kaul U, Mansoor A. Approach to STEMI and NSTEMI. JAPI. 2012;59:19-25
Dasar Teori
• Henti jantung sirkulasi darah berhenti karena
kontraksi jantung yg tidak efektif.
• Disebabkan:
– VF
– VT
– PEA
– Asistol
• Gambaran Klinis:
– Henti jantung
– Henti napas/gasping
– Tidak sadar
Pulseless Electric Activity (PEA) VT
Asystole
• EKG menunjukkan asistol lakukan CPR atau
lanjutkan CPR.
• Shock (defibrilasi) kontra indikasi pada asistol, PEA,
VT dengan nadi.
• Pemberian epinefrin dilakukan seiring dengan CPR
• Anamnesis keluarga dilakukan seiring dengan CPR
• Cek refleks batang otak dilakukan seiring dengan CPR
• Keyword: DO LIFE SAVING FIRST
2 Anterior V1 – V4 LAD
3 Anterior ekstensif V1 – V6 proximal left
coronary artery
4 Anterolateral V5 dan V6; I dan aVL left circumflex
coronary artery
5 Inferior II, III, avF right coronary artery
Asianotik Sianotik
Hipertensi Emergensi
Obat Dosis Awitan Lama Kerja
Furosemid 20-40 mg (hanya bila ada retensi 5-15 menit 2-3 jam
cairan)
Nitrogliserin Infus 5-100 mcg/menit 2-5 menit 5-10 menit
Diltiazem Bolus IV 10 mg (0,25mg/kgBB)
dilanjutkan infus 5-10 mg/jam
Klonidin 6 ampul dalam 250 ml cairan
infus, dosis titrasi
Nitropusid Infus 0,25-10 mcg/kgBB/menit Segera 1-2 menit
(maks 10 menit)
• Syok kumpulan gejala akibat perfusi selular
tidak cukup asupan O2 tidak cukup utk
metabolisme
• Keyword:
– Bising diastolik, kemungkinan: stenosis mitral, stenosis
trikuspidal, regurgitasi aorta, atau regurgitasi pulmonal
– Lokasi bising berpusat di apex Katup mitral
– EKG didapat sumbu ke kanan (RAD) dan LAA (left atrium
abnormality) Tanda adanya hipertensi pulmonal
• Diagnosis: mitral stenosis (katup mitral tidak dapat
membuka maksimal)
– Katup mitral tidak menutup adekuat mitral regurgitasi
– Katup trikuspid tidak membuka secara maksimal trikuspid
regurgitasi
• Penyebab tersering stenosis mitral:Rheumatic fever
• Penyebab lain:
– congenital mitral valve stenosis, cor triatriatum, mitral
annular calcification, systemic lupus erythematosus,
rheumatoid arthritis, left atrial myxoma, dan infective
endocarditis with large vegetations.
• Komplikasi:
– Cardiac Output menurun pada MS berat
– Hipertensi pulmonal, akibat:
• Tekanan backward akibat tingginya tekanan di atrium kiri
• Edema pada dinding pembuluh darah jaringan paru
– Hipertensi pulmonal lalu menyebabkan:
• Pembesaran Ventrikel Kanan
• Regurgitasi pulmonal dan tricuspid sekunder
• Gagal jantung kanan
Sumber: Harisson 17th
Sumber: JNC 7
Regurgitasi Mitral
• Keyword:
– Lokasi: ICS IV linea midclavicularis sinistra,
menjalar ke lateral kiri katup mitral
– murmur sistolik di katup mitral regurgitasi
• Diagnosis: mitral regurgitasi
Murmur Sistolik
• Systolic ejection murmur
– Stenosis aorta: Terdengar paling baik di area aorta
(ICS 2-3) menjalar ke arah leher
– Stenosis pulmonal: Paling baik di ICS 2-3 kiri,
penjalaran bisa ke arah leher atau bahu kiri, tidak
seluas stenosis aorta
Murmur Sistolik
• Holosistolik murmur
– Regurgitasi mitral: Terdengar paling baik di apex
menjalar ke axilla kiri
– Regurgitasi trikuspid: Terdengar paling balik di linea
sternalis kiri bawah, menjalar ke kanan sternum
– VSD: Paling baik di ICS 4-6, tidak ada penjalaran ke
axilla
• Late systolic murmur
– Regurgitasi oleh prolaps mitral
Murmur Diastolik
• Early diastolik
– Regurgitasi aorta: Di linea sternal kiri ICS 3-4
– Regurgitasi pulmonal: Di area pulmonal
• Mid to late diastolik
– Stenosis mitral: Di apex
– Stenosis trikuspid: Di bawah sternum, dekat
prosesus xifoideus
Murmur Kontinu
• Pada Patent Ductus Arteriosus
Stable angina pectoris
• Keyword:
– Nyeri ulu hati, semakin sering bila pasien beraktivitas
ringan dan berkurang saat istirahat nyeri khas
jantung (angina pectoris), berkurang saat istirahat
(stabil)
• Diagnosis: Stable angina pectoris
– Unstable angina pectoris, ACS nyeri tidak hilang
dengan istirahat
– Gastritis akut, ulkus duodenum keluhan
berhubungan dengan makanan
• Angina Nyeri dada akibat iskemia otot
jantung
– Stable angina: nyeri saat aktivitas dan stress,
membaik dengan istirahat dan nitrogliserin
– Unstable angina
• Sindrom Koroner Akut (Unstable angina,
NSTEMI, STEMI)
– Angina timbul > 20 menit
– Timbul saat aktivitas ringan
– Meningkat dalam intensitas, frekuensi, durasi
• Ada 3 kriteria nyeri tipikal angina pada
angina stabil/Stable angina: Nyeri dada
substernal, semakin nyeri saat aktivitas,
hilang dengan istirahat/nitrogliserin
Sumber: ESC guideline 2006
Pulmonologi
TB Paru – Klasifikasi Pasien
Klasifikasi kasus TB berdasarkan riwayat Hasil pemeriksaan dahak tetap positif atau kembali
pengobatan sebelumnya (tipe pasien): menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan
• Kasus baru • Kasus Pindahan (Transfer In)
Belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Adalah pasien yang dipindahkan keregister lain untuk
melanjutkan pengobatannya
Pemeriksaan BTA bisa positif atau negatif.
• Kasus kambuh (Relaps) • Kasus lain
Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas,
Belum pernah mendapat pengobatan TB dan telah seperti yang:
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur) i. tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya,
ii. pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil
• Kasus setelah putus berobat (Default ) pengobatannya,
Telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih iii. kembali diobati dengan BTA negative.
dengan BTA positif
• Kasus setelah gagal (Failure)
TB Paru – Tatalaksana
Paduan OAT lini pertama
• Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
– Pasien baru TB paru BTA positif.
– Pasien baru TB paru BTA negatif foto toraks positif
– Pasien baru TB ekstra paru
• Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
– Pasien kambuh
– Pasien gagal
– Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
• Kategori Anak (2RHZ/4RH)
• OAT Sisipan (RHZE)
TB Paru – Algoritme tambahan
Jangan lupa diberikan tambahan cotrimoxazole profilaksis PCP
Pasien TB hamil dengan CD4 < 350/mm3 harus segera memulai pengobatan ARV
Pendekatan Klinis – Efusi Pleura, Pneumotoraks
& Atelektasis
Sisi sakit
Efusi pleura Melemah Redup Menurun
tertinggal
Trakea terdorong
Pneumotoraks Melemah Hipersonor Menurun
ke sisi sehat