Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin
Case Report
Tuberkulosis pada pasien
wanita usia 29 tahun
dengan pendekatan
Kedokteran Keluarga
KELOMPOK 3
Yustika Amalia Putri Katili C014182252
Dzakiyyah Marsuqah N C014182253
Zulwafiah C014182254
Diana Marshanda Nur C014182255
Azizah Haq C014182258
Pembimbing :
drg. A. Erny Aryani, MARS
Dr.dr. Sri Ramadhany , M.Kes
Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang merupakan penyebab utama dari masalah
kesehatan, salah satu dari 10 penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Sulawesi Puskesmas
Global Indonesia Makassar
Selatan Tamalanrea
Kemenkes RI,2018. Kemenkes RI, Dinkes Sulsel,2017 Dinkes Sulsel,2017 Total sebanyak 43
Tahun 2016, 2018. Jumlah kasus baru Jumlah kasus baru kasus baru pada
dilaporkan terdapat Sebanyak 420.994 TB Paru di TB Paru di tahun 2019.
10,4 juta kasus kasus pada tahun Sulawesi Selatan Makassar tahun
insiden TB atau 2017 (data per 17 dilaporkan 2017 sebanyak
setara dengan 120 Mei 2018). sebanyak 7,914 1951 kasus
kasus per 100.000 kasus pada tahun
penduduk. 2017.
IDEN TITA S
PASIEN
NAMA : NY. A
UMUR : 29 TAHUN
ALAMAT : TAMALANREA
PENYAKIT : LIMFADENITIS TB
Anamnesis
Pasien perempuan usia 29 tahun dengan keluhan terdapat benjolan di leher sebelah kanan
yang dialami kurang lebih sejak 7 tahun yang lalu. Benjolan dirasakan semakin hari
semakin membesar, tidak ada benjolan di bagian tubuh yang lain dari pasien. keluhan
disertai penurunan berat badan secara drastis kurang lebih 12 kg dalam beberapa bulan.
Keluhan lemas ada, Keluhan batuk ada sesekali, tidak disertai lendir, tidak ada darah.
Kemudian diperiksakan ke dokter dan di diagnosis dengan TB kelenjar, dan mendapatkan
pengobatan TB selama 6 bulan dan pengobatan tuntas, serta benjolan menghilang.
Namun Saat ini, benjolan muncul kembali di leher sebelah kanan dengan konsistensi
yang lunak tidak nyeri yang semakin hari semakin membesar, tidak ada benjolan di tempat
yang lain. Benjolan tersebut sudah di operasi. Pasien mengaku tidak demam. Pasien
mengaku tidak ada keringat malam, tidak ada demam, tidak ada sesak.
BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Saat ini sementara melakukan pengobatan bulan ke 7. Pasien saat ini mengonsumsi obat
kombinasi tablet setiap hari rabu dan jumat. Pengobatan dibantu oleh suami beliau untuk
diingatkan agar rutin minum obat. Suami pasien yang membantu pasien untuk mengambil
obat di puskesmas.
Riwayat penyakit hipertensi dan diabetes disangkal. Riwayat kontak dengan penderita
sebelumnya ada yaitu paman yang tinggal serumah.
Pemeriksaan Fisis
• Gejala klinik tuberkulosis secara umumnya yaitu batuk ≥ 3 minggu, batuk darah, sesak napas,
nyeri dada, gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun.
Kasus: penurunan berat badan secara drastis kurang lebih 12 kg (Mansjoer, et all. 2001)
• Angka kejadian limfadenitis tuberkulosis terbanyak pada usia 20–50 tahun dan perbandingan
jumlah pasien limfadenitis tuberkulosis pria dengan wanita sebanyak 1:2. Kasus: Wanita usia
29 tahun (Tubillah H, et Al. 2016)
Diskusi
• Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terkena tuberkulosis ekstraparu, antara
lainfaktor sosiodemografis, riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis sebelumnya, riwayat imunisasi
Bacillus Calmette-Guérin (BCG), dan riwayat tuberkulosis paru.Kasus: Riwayat kontak dengan
penderita sebelumnya ada yaitu paman yang tinggal serumah (Tubillah H, et Al. 2016)
• Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2 bulan) dan fase lanjutan 4 bulan.
1. Tahap Intensif: mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah
terjadinya resistensi obat. Bila diberikan dengan tepat maka pasien menular menjadi tidak menular
dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif dalam 2 bulan.
2. Tahap lanjutan: tahap yang sangat penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
Diskusi
Kesimpulan
Pasien Tuberkulosis Ny. A ini mendapat intervensi menggunakan edukasi sebagai peranan yang
paling penting agar persepsi terhadap penyakitnya dipahami secara komprehensif dan semakin
sadar akan pentingnya proses perawatan yang sementara dijalani. Tidak hanya pasien sendiri,
edukasi melibatkan seluruh anggota keluarga juga orang-orang di lingkungan sekitar dalam
upaya meningkatkan perawatan TB. Dari berbagai aspek, dimulai dari gaya hidup yang sehat
berupa aktivitas sampai dengan pengawasan konsumsi obat oral. Selain itu, edukasi kepada
pasien untuk monitoring yang rutin dalam masa pandemi dapat berjalan secara berkelanjutan dan
menghindari komplikasi dengan morbiditas serta mortalitas tinggi.
Daftar Pustaka
Bahar A, Amin Z. 2009. Tuberkulosis Paru. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2017. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.
Fatmala, K. and Satyabakti, P., 2017. Hubungan Pengetahuan, Stigma, Dan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Minum Obat Kusta Di Puskesmas Pragaan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada, 6(1), pp.67-
78
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardani WI, Setiowulan W. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III.
Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Daftar Pustaka
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. 2011 Perhimpunan dokter paru
Indonesia.
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. 2016 Perhimpunan dokter paru
Indonesia.
Tubillah H, Triyani Y, Rachmi A, Herawati R, Gunardi E. 2016. Artikel Penelitian “Karakteristik Pasien
Limfadenitis Tuberkulosis di Rumah Sakit Al-Islam Bandung Periode Tahun 2016” ; Balai Penerbit FK UIB.
WHO ,2019. Global tuberculosis report 2019. World Health Organization, Geneva.
THANK YOU