Anda di halaman 1dari 20

Misnar Syam, SH. MH.

PENGERTIAN WARGANEGARA DAN


KEWARGANEGARAAN

Secara umum, warganegara dapat diartikan sebagai anggota


negara.

Warganegara adalah anggota negara, yaitu anggota dari suatu


organisasi kekuasaan yang dinamai negara.

Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menyebut


warganegara adalah citizen, national, subject, onderdaan atau
kaula.
Istilah Warganegara
Istilah warganegara yang dipakai di Indonesia merupakan
terjemahan dari bahasa :
Belanda : staatsburger.
Inggris : citizen
Perancis : citoyen.

Istilah citizen dan citoyen tersebut secara harafiah


artinya adalah warga kota. Itu berarti istilah tersebut
dipengaruhi oleh konsep polis (negara kota) yang
berkembang pada jaman Yunani Purba.
LANJUTAN :

Aristoteles, mengartikan warganegara adalah


orang yang secara aktif ikut ambil bagian
dalam kegiatan hidup bernegara, yaitu orang
yang bisa berperan sebagai “yang diperintah”
dan orang yang bisa berperan sebagai “yang
memerintah.”

Jean Jaques Rousseau , menganggap


warganegara sebagai peserta aktif yang
senantiasa mengupayakan kesatuan komunal,
yang memiliki jiwa publik, yaitu partisipan dan
penanggung jawab publik.
Lanjutan :

Kewarganegaraan memiliki
pengertian lebih luas dari
warganegara.

Kewarganegaraan memiliki
pengertian tidak sebatas keanggotaan
seseorang dari organisasi negara,
tetapi meluas kepada hal-hal yang
terkait dengan warganegara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengertian kewarganegaraan
Ditilik dari dua perspektif yaitu :
 perspektif ide kewarganegaraan dan
 perspektif warganegara sebagai subjek politik.
Pertama, ditilik dari perspektif ide kewarganegaraan, maka dapat dipilah
pengertian kewarganegaraan menjadi enam, yaitu :
 (a) kewarganegaraan sebagai konstruksi legal (hukum);
 (b) kewarganegaraan diartikan sebagai posisi netralitas;
 (c) kewarganegaraan sebagai keterlibatan dalam kehidupan komunal
(bersama, bermasyarakat);
 (d) kewarganegaraan dikaitkan dengan upaya pencegahan (amilioration)
terhadap konflik-konflik berdasarkan perbedaan kelas;
 (e) kewarganegaraan sebagai upaya pemenuhan diri (self-sufficiency); dan
 (f) kewarganegaraan sebagai proses “hermeneutik” yang berupa dialog
dengan tradisi, hukum, dan institusi.
Hak-hak Warganegara
Masyarakat politik pada dasarnya merupakan
perkembangan dari masyarakat alamiah (natural society),
dengan hak-hak alamiah berkembang menjadi masyarakat
politik.

Pada umumnya hak-hak alamiah dikuatkan oleh negara


dalam konstitusinya, sehingga hak-hak alamiah atau hak
asasi manusia yang memiliki sanksi moral, telah diakui
sebagai hak warganegara yang memiliki sanksi hukum
dan politik.
HAK-HAK WARGANEGARA YANG SUBSTANSIAL

hak untuk memilih/memberikan suara;


hak kebebasan berbicara;
hak kebebasan pers;
hak kebebasan beragama;
hak kebebasan bergerak;
hak kebebasan berkumpul; dan
hak kebebasan dari perlakuan sewenang-
wenang oleh sistem politik atau hukum.
Lanjutan :
Kebebasan memberikan suara (no.1), merupakan hak yang
benar-benar harus ditegakkan dalam negara demokrasi, sebab
hak tersebut merupakan jaminan keluasan individu.

Kemudian kebebasan berbicara, pers, beragama, dan


berkumpul (no.2, 3, 4, dan 6) merupakan bidang-bidang
pembuatan keputusan individu/ pribadi.

Sedangkan kebebasan bergerak (no.5), akan dapat menunjang


kebebasan yang lain .

Kebebasan dari perlakuan sewenang-wenang oleh sistem


politik dan hukum (no.7), sebagai pelindung utama bagi
kebebasan yang lain.
Secara khusus hak-hak yang menyangkut HAM
Hak atas kedudukan yang sama dalam hukum (pasal 27
ayat 1).
Hak atas kedudukan yang sama dalam pemerintah (pasal
27 ayat 1).
Hak atas penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2).
Hak bela negara (pasal 27 ayat 3).
Hak untuk hidup (pasal 28A).
Hak membentuk keluarga (pasal 28B, ayat 2).
Hak atas kelangsungan hidup dan perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi bagi anak (pasal 28B, ayat 2).
Hak pemenuhan kebutuhan dasar (pasal 28C, ayat 1)
Hak untuk memajukan diri (pasal 28C, ayat 2).
Hak memperoleh keadilan hukum (pasal 28D, ayat 1).
Lanjutan :
 Hak untuk bekerja dan imbalan yang adil (pasal 28D, ayat 2).

 Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan (pasal 28D,


ayat 3).

 Hak atas status kewarganegaraan (pasal 28D ayat 2).

 Kebebasan memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih


pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara, dan meninggalkannya serta berhak
kembali (pasal 28E, ayat 1).
Lanjutan :
Hak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran, dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya (pasal
28E, ayat 2).

Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan


mengeluarkan pendapat (pasal 28E, ayat 3).

Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi


(pasal 28F).

Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,


martabat, dan harta benda (pasal 28G, ayat 1).
Lanjutan :
Hak pemenuhan kebutuhan dasar (pasal 28C, ayat 1)

Hak untuk memajukan diri (pasal 28C, ayat 2).

Hak memperoleh keadilan hukum (pasal 28D, ayat 1).

Hak untuk bekerja dan imbalan yang adil (pasal 28D, ayat
2).

Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam


pemerintahan (pasal 28D, ayat 3).
Lanjutan :
Hak atas status kewarganegaraan (pasal 28D ayat 2).

Kebebasan memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,


memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara, dan meninggalkannya serta berhak kembali (pasal 28E,
ayat 1).

Hak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan
pikiran, dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya (pasal 28E,
ayat 2).

Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan


pendapat (pasal 28E, ayat 3).
Lanjutan :
Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi (pasal
28F).

Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,


martabat, dan harta benda (pasal 28G, ayat 1).

Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang


merendahkan derajat dan martabat manusia (pasal 28G, ayat 2).

Hak memperoleh suaka politik dari negara lain (pasal 28G, ayat
2).

Hak hidup sejahtera lahir dan batin (pasal 28H, ayat 1).
Lanjutan :
Hak mendapatkan kemudahan dan memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama (pasal 28H, ayat 2).

Hak atas jaminan sosial (pasal 28H, ayat 3).

Hak milik pribadi (pasal 28H, ayat 4).

Hak untuk tidak diperbudak (pasal 28I,ayat 1).

Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku


surut (pasal 28I, ayat 1).
KEWAJIBAN WARGANEGARA
menjunjung tinggi hukum/peraturan baik yang tertulis
maupun tidak tertulis, baik peraturan pemerintah pusat
maupun daerah, baik hukum privat maupun publik;

menjunjung tinggi pemerintah, baik dalam arti sempit


maupun dalam arti luas, baik pemerintah pusat maupun
daerah;

memberikan suara dalam pemilu, meskipun merupakan


hak politik, tetapi jika dilihat dari kepentingan
kelangsungan hidup bernegara menjadi kewajiban politis
(demokrasi) bagi setiap warganegara;
Lanjutan :
Generasi muda harus senantiasa terdorong untuk menuntut ilmu dan
menguasai teknologi, tetapi juga meningkatkan iman dan takwa
sesuai ajaran agama dan kepercayaannya.

menjaga dan membela kemerdekaan, nama baik serta kehormatan


bangsa dan negara; menuntut ilmu pengetahuan, tanpa kewajiban ini
mustahil warganegara yang baik dan bertanggung jawab dapat
dikembangkan; dan

mengembangkan iman dan taqwa (IMTAQ) bagi setiap warganegara.


Kewajiban ini bersifat pribadi yang merupakan konsekuensi
penganut agama yang baik, tetapi kewajiban ini sangat penting
sumbangannya bagi kepentingan politik, karena dapat memotivasi
kewajiban-kewajiban di atas untuk bisa menjadi kenyataan.
Sekian..
Tugas Kelompok 5
Topik tentang hak dan kewajiban bidang Pendidikan di di
perguruan tinggi dikaitkan dengan pandemi covid 19

Anda mungkin juga menyukai