Anda di halaman 1dari 20

Kuliah Pengantar Praktikum

dr. Putu Asih Primatanti, SpKJ


STATUS MENTAL PSIKIATRI
&
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

 Hasil wawancara dan pemeriksaan psikiatri dibuat dalam


status mental psikiatri
 Kesimpulan dari status mental menghasilkan diagnosis
lengkap  diagnosis multiaksial
 Diagnosis multiaksial berguna untuk memahami pasien
secara menyeluruh, dari beberapa aspek seperti adanya
gangguan jiwa, adanya gangguan kepribadian, adanya
kondisi medik/fisik, adanya problem psikososial dan
lingkungan, serta fungsinya sebagai mahluk psikososial
secara menyeluruh
1. Penampilan

Merupakan gambaran tampilan dan kesan keseluruhan


terhadap pasien yang direfleksikan dari postur, sikap, cara
berpakaian, dan berdandan. Apakah pasien berdandan rapi
atau lusuh, apakah sikapnya tegang atau santai, perhatikan
wajah dan tatapan matanya. Terminologi yang sering
digunakan adalah untuk menggambarkan penampilan pasien
adalah tampak sehat, tampak sakit, tampak tenang, tampak
lebih tua/lebih muda, tidak rapi, kekanak-kanakan, dan lain-
lain
2. Sensorium & Kognisi

Ditujukan untuk penilaian fungsi otak organik, tingkat


intelegensia, dan kapasitas berpikir abstrak. Pasien yang
mengalami perubahan kesadaran biasanya ditandai dengan
gangguan orientasi. Tingkat kesadaran adalah berkabut,
somnolen, stupor, koma, letargi, alert, dan fugue state. Kalau
kesadaran baik biasa disebut dengan jernih. Penilaian orientasi
terhadap waktu, tempat, dan orang dapat terganggu dan
disebut adanya disorientasi. Untuk pemeriksaan kognisi dapat
dilakukan penilaian memori, konsentrasi, perhatian, dan
berpikir abstrak.
3. Mood & Afek

Mood didefinisikan sebagai suasana perasaan yang bersifat


pervasif dan bertahan lama. Pemeriksa menilai suasana
perasaan pasien dari pernyataan yang disampaikan oleh
pasien, dari ekspresi wajah, perilaku motorik, atau secara
langsung ditanyakan tentang suasana perasaan yang dialami
olehnya. Mood dapat digambarkan dengan mood yang depresi,
putus asa, iritabel, cemas, marah, euphoria, dan lain-lain.
Mood dapat labil, berfluktuasi, atau berubah-ubah dengan
cepat dan ekstrem.
 Afek merupakan respon emosional saat sekarang, yang
dapat dinilai lewat ekspresi wajah, pembicaraan, sikap dan
gerak gerik tubuh pasien (bahasa tubuh). Afek
mencerminkan situasi emosi sesaat, dapat bersesuaian
dengan mood ataupun tidak. Penilaian terhadap afek dapat
berupa afek normal, terbatas, tumpul, atau mendatar
4. Proses pikir

Proses pikir terdiri dari beberapa hal yang diamati yaitu


bentuk pikiran, isi pikiran, dan pembicaraan (arus pikiran).
Bentuk pikiran (form of thought) adalah cara bagaimana
buah pikiran terhubungkan. Pikiran yang normal adalah
bertujuan dan terangkai berurutan dengan hubungan yang
logis. Gangguan bentuk pikiran ditunjukkan pasien sepanjang
wawancara. Penilaian dilakukan berdasarkan observasi ciri-ciri
dan aliran respons pasien selama wawancara.
 Isi pikiran dapat mengalami gangguan, termasuk delusi,
preokupasi (waham), obsesi, fobia, dan ide berulang tentang
bunuh diri.
 Deskripsikan pembicaraan pasien yang menggambarkan
kuantitas, kecepatan produksi, dan kualitas bicara. Amati
cara pasien berbicara, seperti banyak bicara, mengomel,
diam, atau berespon normal terhaap hal yang disampaikan
pemeriksa. Pembicaraan dapat cepat atau lambat, ragu-ragu,
emosional, dramatik, berbisik, cadel, atau terpatah-patah.
Ada juga hendaya berbicara seperti stuttering dan irama
bicara yang tidak lazim (disprosodi).
5. Persepsi

Gangguan persepsi seperti halusinasi dan ilusi dapat dihayati


pasien terhadap diri dan lingkungannya. Gangguan persepsi
melibatkan sistem sensorik seperti auditorik, visual, olfaktorik,
atau taktil. Isi halusinasi atau ilusi perlu digambarkan. Dapat
dijumpai halusinasi yang tidak bermakna yaitu halusinasi
hipnagogik yang muncul saat mulai tidur, atau halusinasi
hipnopompik yang muncul saat bangun tidur. Halusinasi dapat
muncul saat timbul stress. Contoh gangguan persepsi lainnya
adalah derealisasi dan depersonalisasi.
6. Perilaku & aktivitas psikomotor

 Pengamatan terhadap aspek kualitas dan kuantitas aktivitas


psikomotor, adanya perilaku stereotipi, hiperaktivitas,
stereotipi, rigiditas, dan disebutkan apabila ada peningkatan
atau perlambatan psikomotor
7. Tilikan
Menilai pemahaman pasien terhadap penyakit yang dideritanya.
Tilikan 1: Penyangkalan penuh terhadap penyakit
Tilikan 2: Mempunyai sedikit pemahaman terhadap penyakit tetapi juga
sekaligus menyangkalnya pada waktu yang bersamaan
Tilikan 3: Sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan orang lain, factor luar,
atau factor organic
Tilikan 4: Pemahaman bahwa dirinya sakit, tetapi tidak mengetahui
penyebabnya
Tilikan 5: Tilikan intelektual: mengetahui bahwa dirinya sakit dan tahu bahwa
penyebabnya adalah perasaan irasional atau gangguan-gangguan yang dialami,
tetapi tidak memakai pengetahuan tersebut untuk pengalaman di masa datang
Tilikan 6: Tilikan emosional sejati: pemahaman emosional terhadap motif dan
perasaaan pada diri pasien dan orang penting dalam kehidupan pasien, yang
dapat membawa perubahan mendasar pada perilaku pasien
Aksis 1
 Terdiri dari semua jenis gangguan jiwa yang terdapat pada
blok F0-F9, kecuali F60 gangguan kepribadian khas dan F61
gangguan kepribadian campuran, karena keduanya
tercantum dalam aksis 2
 Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis (Kode Z),
yaitu problem kehidupan yang tidak memenuhi kriteria
gangguan jiwa tetapi membuat orang tersebut datang untuk
meminta pertolongan, atau kondisi medis yang memerlukan
perhatian/terapi
Aksis 2

Gangguan kepribadian (F60) dan F61 atau ciri kepribadian


(tidak menggunakan kode diagnostik)
Retardasi mental (F7)
Aksis 3

Kondisi medis umum


Aksis 4

Problem psikososial dan lingkungan


Aksis 5
Penilaian fungsi secara global (Global Assessment of
Functioning/GAF)
100-91 gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah
yang tak tertanggulangi
90-81 gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih
dari masalah harian yang biasa
80-71 gejala sementara & dapat diatasi, disabilitas ringan
dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll.
70-61 beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik
60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
50-41 gejala berat (serious), disabilitas berat
 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita
& komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi
 30-21 disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak
mampu berfungsi hampir semua bidang
 20-11 bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat
berat dalam komunikasi & mengurus diri
 10-1 seperti diatas  persisten & lebih serius
 0 informasi tidak adekuat
Selamat berlatih
SALAM SEHAT JIWA
Diagnosis Multiaksial
 Aksis I : Episode Depresi Berat dengan gejala psikotik
 Aksis II: Ciri kperibadian Cemas Menghindar
 Aksis III : tidak ada diagnosis
 Aksis IV : masalah primary support group
 Aksis V : GAF 20-11

Anda mungkin juga menyukai