Anda di halaman 1dari 76

Peran Mammografi dan Breast

MRI pada Deteksi Dini dan


Penegakan Diagnosis Kanker
Payudara
Dr. dr. Lina Choridah, Sp.Rad (K)
Departemen Radiologi
FK UGM / RSUP Dr. Sardjito
Pendahuluan
• Kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh
perubahan dan pertumbuhan sel yang tak terkontrol.
• Terjadi pada jaringan payudara. Sebagian besar sel kanker
membentuk suatu benjolan / massa yang dikenal sebagai
tumor
Insidens & Mortalitas (Dunia, 2012)
Insidens & Mortalitas (Indonesia, 2012)
Faktor Risiko
• Usia
• Riwayat keluarga dengan kanker payudara
• Usia kehamilan pertama >30 th
• Menarche dini
• Menopause lambat
• Breast density

FAKTOR RESIKO YG DAPAT DIMODIFIKASI


• Post menopausal obesity
• Penggunaan hormone postmenopouse
• Konsumsi alkohol
• Kekurangan aktivitas fisik
Anatomi Payudara
Anatomi Payudara
Tanda dan Gejala
 Benjolan payudara
 Keluarnya cairan dari putting
 (baru dan spontan) berdarah, encer
 Putting tertarik ke dalam
 Retraksi kulit
 Peau d’orange (kulit jeruk)
 Tanpa tanda dan gejala (terdeteksi pada
screening)
Tanda dan Gejala
PERMASALAHAN DI INDONESIA
Metode Deteksi Dini

• BSE (Breast Self Examination)/ SADARI)


• CBE (Clinical Breast Examination)
• Mammography
• Ultrasonografi
• MRI
Deteksi Dini
 mendeteksi kanker pada
stadium dini
 Deteksi dini sangat
menentukan kesuksesan
terapi.
 Guideline American Cancer
Society (ACS) 2015
Mammografi
 Screening payudara yang dilakukan secara reguler
pada perempuan tanpa keluhan/gejala
 Manfaat:
 Mammogram dapat menemukan BC sebelum
teraba
 Pada saat ini satu-satunya imaging yang dapat
mendeteksi BC yang tersembunyi
 Satu-satunya yang dapat mendeteksi
mikrokalsifikasi cluster, yang merupakan indikasi
BC intra duktal
Keuntungan Deteksi dini
Mammografi di Belanda
• Setelah 15 th, Screening nasional angka
kejadiaan pada perempuan 55-74 th
menurun 25.5% pada th 2004 dibanding
saat dimulainya program

• Sejak 2002 BC angka kematian menurun


signifikan pada perempuan usia 75-84.
PERSIAPAN MAMMOGRAFI

• Jangan menggunakan deodoran/talk/losion


, dapat mengganggu hasil

• Terangkan keluhan yang ada (bila ada)


pada petugas

• Melepas perhiasan dan pakaian


Posisi Standard
BI-RADS Assessment Code
Assessment Management Likelihood of Cancer
Category 0: Incomplete – Need Additional Recall for additional imaging N/A
Imaging Evaluation and/or Prior Mammograms and/or comparison with prior
for Comparison examination(s)
Category 1: Negative Routine mammography Essentially 0% likelihood of
screening malignancy
Category 2: Benign Routine mammography Essentially 0% likelihood of
screening malignancy
Category 3: Probably Benign Short-interval (6-month) follow- > 0% but ≤ 2% likelihood of
up or continued surveillance malignancy
mammography
Category 4: Suspicious Tissue diagnosis
A. Category 4A: Low suspicion for > 2% to ≤ 10% likelihood of
malignancy malignancy
B. Category 4B: Moderate suspicion for > 10% to ≤ 50% likelihood of
malignancy malignancy
C. Category 4C: High suspicion for > 50% to < 95% likelihood of
malignancy malignancy
Category 5: Highly Suggestive of malignancy Tissue diagnosis ≥ 95% likelihood of malignancy
Category 6: Known Biopsy-Proven malignancy Surgical excision when N/A
`01
clinically appropriate
Penilaian Mammografi
 Komposisi Payudara  Morfologi
 Massa  distribusi
 Bentuk  Distorsi arsitektural
 Batas  Asimetri
 Densitas  Nodus limfatik
 Lokasi  Lesi kulit
 Ukuran  Dilatasi duktus soliter
 Kalsifikasi
Komposisi Mammae
A. Hampir seluruhnya lemak
B. Beberapa area dengan densitas
fibroglandular yang tersebar
C. Padat secara heterogen, yang dapat
menyamarkan massa kecil
D. Sangat padat, sehingga menurunkan
sensitivitas mammografi
Massa (bentuk)

1. Bulat 2. Oval 3. Irregular

`02
Massa (batas)
 Circumscribed
 Obscured
 Microlobulated
 Indistinct
 Spiculated

`01
Massa (batas)

`07, `05
Massa (densitas)
1. High Density
2. Equal density
3. Low Density
4. Fat-Containing

`01, `03, `05, `06


Kalsifikasi
Typically benign
1. Skin
2. Vascular
3. Coarse or “popcorn-like”
4. Large rod-like
5. Round
6. Rim
7. Dystrophic
8. Milk of calcium
9. Suture
kalsifikasi
Suspicious morphology
1. Coarse heterogeneous
2. Amorphous
3. Fine pleomorphic
4. Fine linear or fine-linear
branching
kalsifikasi

Distribusi
 Diffuse
 Regional
 Grouped
 Linear
 Segmental

`01
Architectural distortion
 Distorsi dari arsitektur normal jaringan payudara
 Massa menarik parenkim sekitarnya ke arah massa tersebut

`01 `05
Asymmetries

1. Asymmetry: area of fibroglandular tissue on 1 projection


2. Global Asymmetry: asymmetry ≥ ¼ mammae
3. Focal Asymmetry: 2 projection
4. Developing Asymmetry: new/larger asymmetry
ASIMETRIC DENSITY
CONTOH LESI JINAK
FAM
FAM dengan kalsifikasi
Kista
Papilloma
Lipoma
Hamartoma
HASIL MAMMOGRAFI YANG
DICURIGAI KEGANASAN:

• Adanya area dengan peningkatan densitas,


batas tak tegas, irreguler, stellat

• Adanya Cluster microcalcification

• Filling defect / irregularitas pada duktus


laktiferus (galactography)
KANKER PAYUDARA
MRI
MRI
 Sensitivitas tinggi (94 – 100%) untuk Ca mammae invasif.
 Teknik pilihan untuk menilai integritas implan payudara
Rekomendasi American Cancer
Society, 2007
Teknik
 Membutuhkan minimal 1.5 T & breast coil
 Beberapa breast coil memiliki alat kompresi untuk stabilisasi
& mengurangi jumlah irisan
 Posisi pronasi dengan payudara menggantuk ke dalam
breast coil
 Injeksi intravena kontras berbahan gadolinium
 Fat suppresion
 Aktif : menggunakan sekuens pulse dengan spektrum selektif
 Pasif : substraksi gambar nonkontras dari gambar menyangat
kontras
 Diffusion-weighted imaging  difusi pada sel kanker rendah
(ADC ↓ pada keganasan)
 Spectroscopy  choline meningkat pada sel yang cepat
membelah
Komposisi Umum mammae
 Jumlah Fibroglandular tissue (FGT)
A. Hampir seluruhnya lemak
B. Jaringan fibroglandular tersebar
C. Jaringan fibroglandular heterogen
D. Jaringan fibroglandular ekstrem
 Jumlah Background parenchymal enhancement (BPE)
A. Minimal
B. Mild
C. Moderate
D. Marked
 Keberadaan Implan (komposisi dan jumlah lumen)

`18, `20
Fibroglandular
tissue

A B

C D

`18
Background
parenchymal
enhancement

A B

C D

`18
Deskripsi Temuan
1. Artefak 1. Skin Lesion
2. Fokus 2. Temuan tidak menyangat
 Titik penyangatan yang tidak 3. Temuan terkait
jelas menunjukkan massa 4. Lesi mengandung lemak
3. Massa 5. Stabilitas
4. Non Mass enhancement 6. Kinetic curve assessment
(NME)
7. Implan
 Pola penyangatan dengan
pola MRI spesifik
5. Intramammary lymph
node

`18
Massa
I. Bentuk:
 Oval
 Bulat
 Ireguler (sugestif keganasan)
II. Batas
 Tegas
 Tidak tegas (ireguler, spiculated) (sugestif keganasan)
III. Karakteristik penyangatan internal
 Homogen
 Heterogen
 Rim
 Septa internal gelap

`18, `21
Penyangatan non-massa
I. Distribusi
 Fokal
 Linear
 Segmental
 Regional
 Multiple regions
 Diffuse
II. Pola penyangatan internal
 Homogen
 Heterogen
 Clumped (sugestif keganasan)
 Clustered ring

`18, `21
Temuan tidak menyangat
 Ductal precontrast high signal on T1W
 kista
 Postoperative collections (hematoma/seroma)
 Post-therapy skin thickening and trabecular thickening
 Non-enhancing mass
 Architectural distortion
 Signal void from foreign bodies, clips, etc.

`18
Associated features
 Nipple retraction
 Nipple invasion
 Skin retraction
 Skin thickening
 Skin invasion
 Direct invasion
 Inflammatory cancer
 Axillary adenopathy
 Pectoralis muscle invasion
 Chest wall invasion
 Architectural distortion

`18
Lesi mengandung lemak
 Lymph nodes
 Normal
 Abnormal
 Fat necrosis
 Hamartoma
 Postoperative seroma/hematoma with fat

`18
Interpretasi pencitraan
 Morfologi lesi
 Lesi jinak: batas tegas
 Lesi malignan: batas tidak tegas, spiculated, deformitas parenkim
 Enhancement kinetic
 Lesi malignan: menyangat dengan cepat, ring enhancement,
washout/plateau pada periode intermediate/lambat
 Lesi jinak: penyangatan stabil
Infiltrating ductal carcinoma
Ductal Carcinoma In Situ
Intramammary Lymph Node

Lesi Kulit
Ductal High Signal Intensity Hematoma Post Op
 precontrast T1-weighted image  Fat-saturated T2-weighted (left)
 Non–fat-saturated T1-weighted
(right) images
KISTA
 fat-saturated T2-weighted image Posttreatment Skin Thickening &
Trabecular Thickening
 non–fat-saturated (left)
 contrast-enhanced fat-saturated
NONENHANCING MASS (straight arrow) ARCHITECTURAL DISTORTION (arrow)
 contrast-enhanced fat-saturated delayed  contrast-enhanced fat-saturated delayed
image image
Nipple Retraction & Invasion SKIN RETRACTION
 Axial contrast-enhanced fat-
saturated delayed images
ADENOPATI AKSILARIS
 Axial T2-weighted MR subtraction INVASI DINDING DADA, ditandai
image dengan penyangatan M. Pectoralis
(curved arrow) dan M. Interkostal
(straight arrow)
 Axial contrast-enhanced fat-saturated
MRI
MR Spectroscopy
Invasive ductal Carcinoma
Kesimpulan
 Kanker Payudara merupakan keganasan dengan insidens
dan mortalitas tertinggi pada wanita di Indonesia
 American Cancer society merekomendasikan untuk skrining
mammografi teratur mulai usia 45 tahun.
 Mammografi dan MRI memiliki peran penting dalam deteksi
dini dan penegakkan diagnosis kanker payudara untuk
menurunkan mortalitas pada penderita kanker payudara
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai