Nn.S, 11 tahun,
siswi SMP
Nn.S mengalami nyeri saat menstruasi sejak menstruasi
pertamanya pada bulan Januari 2018, dengan siklus menstruasi
yang tidak teratur, durasi terjadinya menstruasi biasanya 1
minggu, dan mengganti pembalutnya 2x dalam sehari. Nyeri
yang dirasakan pada saat menstruasi tekadang muncul dan
terkadang menghilang, nyeri tajam dirasakan pada regio
hypogastrica, dan tidak menjalar ke bagian tubuh lainnya. Nyeri
yang dirasakan tidak bertambah berat saat melakukan aktivitas
dan berkurang saat beristirahat. Nyeri yang dirasakan
berlangsung selama kurang dari 1 jam, dan nyeri yang dirasakan
Pada saat menstruasi biasanya keluhan nyeri juga disertai
pusing, tidak disertai gejala lain seperti mual muntah, diare,
perubahan suasana hati, jantung yang berdebar-debar, dan
payudara yang terasa nyeri. Nn.S juga merasa badannya lemas
sehingga kesulitan untuk melakukan aktivitas atau hal lain.
Nn.N, 13 tahun,
siswi SMP
Nn. N mengeluh nyeri saat menstruasi setelah melewati enam
kali menstruasi, dengan siklus yang tidak teratur, lama jarak
antar tiap datang bulan yaitu >35 hari, mendapatkan menstruasi
tiap 2 bulan sekali, dengan durasi yaitu 5 hari, namun durasinya
pernah panjang hingga 12 hari, dan mengganti pembalut 4 kali
sehari.
Nyeri ini dirasakan saat menstruasi, nyeri tajam dirasakan
hilang timbul dan dirasakan di regio iliaca dextra hingga ke
regio umbilicus, dan tidak terdapat penjalaran. Nyeri ini
berkurang jika Nn. N beristirahat dan meminum obat. Nyeri
dirasakan selama dua sampai tiga jam, dengan tingkatan nyeri
yang dirasakan yaitu 5. Tidak ada keluhan lain yang menyertai,
kecuali perubahan suasana hati dari Nn. N. Keluhan ini
terkadang mengganggu aktivitas sehari-hari, yaitu tidak masuk
sekolah. Keluhan tersebut hilang timbul, dan keluhan akan
berkurang jika beristirahat dan minum obat.
Nn.Nd, 16 tahun,
siswi SMA
Nn.Nd mengeluh nyeri saat menstruasi sejak pertama kali
mengalami haid pada usia 14 tahun, nyeri dirasakan lebih parah
sejak tahun 2017 karena haid yang tidak berhenti selama lebih
dari 10 hari. Nyeri dirasakan pada regio hypogastrica, sifat
seperti ditusuk-tusuk dengan VAS bernilai 8, nyeri menetap pada
hari awal siklus menstruasi, dan nyeri tidak menjalar.
Keluhan nyeri saat menstruasi juga disertai mual dan muntah.
Keluhan tersebut mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Keluhan
dirasakan membaik saat beristirahat dan meminum obat. Nn.Nd
memiliki siklus menstruasi 28-35 hari, dengan durasi 5-7 hari
bahkan pernah sampai 10 hari bahkan lebih, dan mengganti
pembalut sebanyak 3x sehari.
Nn.MT, 17 tahun,
siswi SMA
Nn.MT mengeluh nyeri saat menstruasi sejak Nn.MT duduk di
kelas VIII, nyeri tajam dirasakan pada regio iliaca dextra, regio
hypogastrica, regio iliaca sinistra, dan menjalar hingga ke regio
lumbalis dextra et sinistra. Keluhan nyeri dirasa semakin berat
ketika bergerak dan merasa ringan ketika berbaring terlentang,
beristirahat, dan setelah minum obat. Nyeri dirasakan sepanjang
hari terutama pada hari pertama hingga kedua siklus menstruasi.
Menurut Nn.MT nyeri yang dirasakan memiliki nilai 7. Keluhan
juga disertai dengan nyeri pada payudara dan perubahan suasana
hati.
Nn.MT mengaku keluhan nyeri saat menstruasi ini
mengganggu aktivitas pasien yang menyebabkan ia tidak
bersekolah pada hari pertama dan kedua siklus menstruasi.
Nn.MT memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur dengan
jarak antar tiap siklus tidak menentu, durasi perdarahan
menstruasi 5-7 hari, dan mengaku mengganti pembalut sebanyak
3-5 kali dalam sehari.
PEMBAHASAN
Stimulasi kontraksi
berlebihan uterus
selama menstruasi Menurut Judha (2012) penyebab
dismenore primer juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor endokrin,
faktor organik, faktor psikologis, faktor
konstitusi, dan faktor alergi.
FAKTOR RISIKO DISMENORE PADA
SISWI SMP-SMA
HASIL
Nn.S, 11 tahun,
siswi SMP
Pada Nn.S juga ditemukan beberapa faktor risiko timbulnya
nyeri saat menstruasi seperti adanya kelurga yang mengalami hal
serupa (ibu dan kakak perempuan), sering mengkonsumsi
makanan cepat saji, dan sering terpapar asap rokok dari
lingkungan sekitar.
Menurut Novia dan Puspitasari (2008) terdapat korelasi yang
kuat antara predisposisi familial dengan dismenore. Hal ini
disebabkan adanya faktor genetik yang memperngaruhi sehingga
apabila ada keluarga yang mengalami dismenore cenderung
mempengaruhi psikis wanita tersebut.
Pada penelitian Mool Raj et al. pada wanita dengan riwayat
anggota keluarga (ibu atau saudara) dengan keluhan dismenore
memiliki 3 kali kesempatan lebih besar mengalami dismenore
dibandingkan wanita tanpa riwayat keluarga dismenore. Riwayat
keluarga (ibu atau saudara kandung) merupakan salah satu faktor
risiko dismenore. Kondisi anatomi dan fisiologis dari seseorang
pada umumnya hampir sama dengan orang tua dan saudara-
saudaranya.
Makanan cepat saji memiliki
kandungan gizi yang tidak
seimbang yaitu tinggi kalori,
tinggi lemak, tinggi gula, dan
rendah serat.
Kandungan asam lemak yang terdapat
di dalam makanan cepat saji dapat
mengganggu metabolisme progesteron
pada fase luteal dari siklus menstruasi.
peningkatan kadar
prostaglandin
dismenore
Wanita yang terpapar asap rokok secara pasif menderita
dismenore dengan waktu yang lebih lama dibandingkan yang
tidak tepapar. Pengaruh merokok pasif pada dismenore diamati
terjadi peningkatan sebesar 30% dibandingkan dengan yang
tidak merokok pasif.
Nikotin
vasokonstrikt
or
Berkurangnya aliran
darah menuju
endometrium
dismenore
HASIL
Nn.N, 13 tahun,
siswi SMP
Pada Nn.N faktor risiko dismenore yang dialami adalah IMT
yang tidak normal (gemuk), durasi perdarahan saat haid yang
lama, dan faktor stres.
Menurut Wiknjosastro (2011) pada wanita dengan kelebihan
berat badan cenderung memiliki lemak yang berlebih yang dapat
memicu timbulnya hormon yang dapat mengganggu sistem
reproduksi pada saat haid sehingga dapat menimbulkan nyeri.
Ditemukan bahwa kelebihan berat badan memiliki frekuensi
dismenore primer dua kali lebih besar dibandingkan dengan
kekurangan berat badan dan memungkinkan mengalami nyeri
yang lebih lama.
HASIL
Nn.Nd, 16 tahun,
siswi SMA
Pada Nn.Nd faktor risiko dismenore yang dialami adalah
kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji serta durasi
perdarahan haid yang lama.
Menurut Sari, et al (2015: 569) wanita dengan perdarahan
durasi lebih dari 5 sampai 7 hari memiliki 1,9 kali lebih banyak
kesempatan untuk menderita dismenore. Lama durasi haid dapat
disebabkan oleh faktor psikologis maupun fisiologis.
Sensitivitas terhadap hormon
meningkat
Kontraksi uterus
semakin sering
dismenore
HASIL
Nn.MT, 17 tahun,
siswi SMA
Pada Nn. MT faktor risiko dismenore yang dialami adalah
kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji, gorengan, dan
jarang makan sayur. Faktor lain yaitu faktor stres dan sering
terpapar asap rokok. Selain itu, dalam keluarga Nn.MT ada yang
memiliki riwayat penyakit ginekologi berupa mioma.
Menurut Sari et al (2015: 569) faktor stres dapat menurunkan
ketahanan terhadap rasa nyeri.
Stres
dismenore
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DISMENORE PADA SISWI SMP-SMA
HAS
IL
Nn. S dan Nn.N tidak pernah melakukan pemeriksaan apapun.