Anda di halaman 1dari 64

TUGAS PENGENALAN PROFESI KELOMPOK 6

BLOK XVII ANGKATAN 2015


IDENTIFIKASI DISMENORE PADA
SISWI SMP-SMA
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gejala klinis dan klasifikasi dismenore pada Siswi SMP-SMA

Apa etiologi dismenore pada Siswi SMP-SMA?

Apa faktor risiko dismenore pada Siswi SMP-SMA?

Bagaimana pemeriksaan penunjang dismenore pada Siswi SMP-SMA?

Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien dismenore pada Siswi SMP


METODE PELAKSANAAN
Jalan Merdeka No. 38
RT 023 RW 08, Talang Alat tulis, checklist serta
Semut, Bukit Kecil, daftar wawancara, dan
Kota Palembang, kamera.
Sumatera Selatan,
30121.
Jum’at, 23 Maret 2018
pukul 10.00 s.d. selesai. Pembuatan
Konsultasi kepada
Pembimbing
Meminta Surat
Pasien dismenore pada
Melaksanakan TPP
siswi SMP-SMA
Pelaksanaan TPP
Pembuatan Laporan
No. Pertanyaan Jawaban
1. Pola haid  
- Apakah siklus menstruasi setiap
bulannya teratur?
- Berapa lama jarak antar tiap datang
bulan? (<20 hari, 20-27 hari, 28 hari, >
35 hari)
- Durasi datang bulan? (> 8 hari, 5-7
hari, 3-5 hari)
- Berapa kali dalam sehari menganti
pembalut? (>5 kali, <3 kali, 3-5 kali)
2. Keluhan utama:  
- Nyeri/kram perut saat menstruasi
 Sejak kapan
 Hilang timbul/menetap
 Lokasi
 Kualitas nyeri: tumpul, tajam, seperti tertusuk jarum,
tertekan, terasa berat.
 Penjalaran
 Faktor yang memperberat dan memperingan keluhan?
 Durasi setiap kali merasakan nyeri
 Dari nilai 1-10, terletak pada angka berapa tingkatan
nyeri yang dirasakan
(Wiknjosastro, 2011).
3. Keluhan tambahan:  
- Pusing
- Mual muntah
- Diare
- Perubahan suasana hati
- Jantung berdebar-debar
- Nyeri pada payudara
(Wiknjosastro, 2011).
4. Apakah sedang dalam keadaan  
hamil?
5. Apakah keluhan tersebut  
mempengaruhi aktivitas sehari-
hari?
6. Apa faktor yang memperingan  
keluhan?
7. Apa faktor yang memperberat  
keluhan?
8. Apakah keluhan hilang timbul  
9. Apa faktor risiko timbulnya penyakit?  
- Menarche usia dini
- Riwayat keluarga dengan keluhan
dismenore
- Indeks massa tubuh yang tidak normal
- Kebiasaan makan-makanan cepat saji
- Durasi perdarahan saat haid
- Terpapar asap rokok
- Stress
10. Apakah pernah melakukan pemeriksaan  
penunjang seperti pemeriksaan ginekologi,
USG?
11. Apa saja terapi yang pernah dilakukan?  
Non-Farmakologi:
- Diet vegetarian rendah lemak
- Meningkatkan aktivitas fisik dan olahraga teratur
Farmakologi:
a. NSAIDs (non steroidal anti-inflammatory drugs)
- Asam diklofenak
- Ibuprofen
- Ketoprofen
- Meclofenamate
- Asam mefenamate
- Naproxen
b. Kontrasepsi Oral
Berapa dosis obat yang dikonsumsi?
Berapa lama obat tersebut dikonsumsi?
Apakah terdapat efek samping yang dirasakan setelah mengonsumsi
obat? (keluhan gastrointestinal)
12. Apakah ada riwayat keluarga  
mengalami keluhan yang sama?
HASIL DAN PEMBAHASAN
GEJALA KLINIS DAN KLASIFIKASI
DISMENORE PADA SISWI SMP-SMA
HASIL

Nn.S, 11 tahun,
siswi SMP
Nn.S mengalami nyeri saat menstruasi sejak menstruasi
pertamanya pada bulan Januari 2018, dengan siklus menstruasi
yang tidak teratur, durasi terjadinya menstruasi biasanya 1
minggu, dan mengganti pembalutnya 2x dalam sehari. Nyeri
yang dirasakan pada saat menstruasi tekadang muncul dan
terkadang menghilang, nyeri tajam dirasakan pada regio
hypogastrica, dan tidak menjalar ke bagian tubuh lainnya. Nyeri
yang dirasakan tidak bertambah berat saat melakukan aktivitas
dan berkurang saat beristirahat. Nyeri yang dirasakan
berlangsung selama kurang dari 1 jam, dan nyeri yang dirasakan
Pada saat menstruasi biasanya keluhan nyeri juga disertai
pusing, tidak disertai gejala lain seperti mual muntah, diare,
perubahan suasana hati, jantung yang berdebar-debar, dan
payudara yang terasa nyeri. Nn.S juga merasa badannya lemas
sehingga kesulitan untuk melakukan aktivitas atau hal lain.
Nn.N, 13 tahun,
siswi SMP
Nn. N mengeluh nyeri saat menstruasi setelah melewati enam
kali menstruasi, dengan siklus yang tidak teratur, lama jarak
antar tiap datang bulan yaitu >35 hari, mendapatkan menstruasi
tiap 2 bulan sekali, dengan durasi yaitu 5 hari, namun durasinya
pernah panjang hingga 12 hari, dan mengganti pembalut 4 kali
sehari.
Nyeri ini dirasakan saat menstruasi, nyeri tajam dirasakan
hilang timbul dan dirasakan di regio iliaca dextra hingga ke
regio umbilicus, dan tidak terdapat penjalaran. Nyeri ini
berkurang jika Nn. N beristirahat dan meminum obat. Nyeri
dirasakan selama dua sampai tiga jam, dengan tingkatan nyeri
yang dirasakan yaitu 5. Tidak ada keluhan lain yang menyertai,
kecuali perubahan suasana hati dari Nn. N. Keluhan ini
terkadang mengganggu aktivitas sehari-hari, yaitu tidak masuk
sekolah. Keluhan tersebut hilang timbul, dan keluhan akan
berkurang jika beristirahat dan minum obat.
Nn.Nd, 16 tahun,
siswi SMA
Nn.Nd mengeluh nyeri saat menstruasi sejak pertama kali
mengalami haid pada usia 14 tahun, nyeri dirasakan lebih parah
sejak tahun 2017 karena haid yang tidak berhenti selama lebih
dari 10 hari. Nyeri dirasakan pada regio hypogastrica, sifat
seperti ditusuk-tusuk dengan VAS bernilai 8, nyeri menetap pada
hari awal siklus menstruasi, dan nyeri tidak menjalar.
Keluhan nyeri saat menstruasi juga disertai mual dan muntah.
Keluhan tersebut mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Keluhan
dirasakan membaik saat beristirahat dan meminum obat. Nn.Nd
memiliki siklus menstruasi 28-35 hari, dengan durasi 5-7 hari
bahkan pernah sampai 10 hari bahkan lebih, dan mengganti
pembalut sebanyak 3x sehari.
Nn.MT, 17 tahun,
siswi SMA
Nn.MT mengeluh nyeri saat menstruasi sejak Nn.MT duduk di
kelas VIII, nyeri tajam dirasakan pada regio iliaca dextra, regio
hypogastrica, regio iliaca sinistra, dan menjalar hingga ke regio
lumbalis dextra et sinistra. Keluhan nyeri dirasa semakin berat
ketika bergerak dan merasa ringan ketika berbaring terlentang,
beristirahat, dan setelah minum obat. Nyeri dirasakan sepanjang
hari terutama pada hari pertama hingga kedua siklus menstruasi.
Menurut Nn.MT nyeri yang dirasakan memiliki nilai 7. Keluhan
juga disertai dengan nyeri pada payudara dan perubahan suasana
hati.
Nn.MT mengaku keluhan nyeri saat menstruasi ini
mengganggu aktivitas pasien yang menyebabkan ia tidak
bersekolah pada hari pertama dan kedua siklus menstruasi.
Nn.MT memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur dengan
jarak antar tiap siklus tidak menentu, durasi perdarahan
menstruasi 5-7 hari, dan mengaku mengganti pembalut sebanyak
3-5 kali dalam sehari.
PEMBAHASAN

Pada keempat subjek Tugas Pengenalan Profesi ini,


berdasarkan hasil wawancara didapatkan adanya keluhan berupa
nyeri pada saat haid di perut bagian bawah disertai pusing,
perubahan suasana hati, nyeri pada payudara, serta mual dan
muntah. Keluhan ini menganggu aktivitas sehari-hari keempat
subjek sehingga tidak bersekolah dan membutuhkan obat untuk
meringankan keluhan.

Kemungkinan keluhan yang dialami merupakan


gejala dismenore.
Menurut Wiknjosastro (2011) dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit
atau rasa tidak enak diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai
dapat menggangu aktivitas sehari-hari yang paling sering ditemui pada
wanita muda dan reproduktif.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa keempat
subjek mengalami dismenore yang termasuk ke dalam
klasifikasi dismenore primer.

Dismenore primer adalah


nyeri haid yang dijumpai
tanpa di adanya kelainan pada
alat- alat genital yang nyata.
ETIOLOGI DISMENORE PADA SISWI
SMP-SMA
Pada hasil wawancara keempat subjek Tugas Pengenalan
Profesi ini, etiologi dismenore yang dialami tidak diketahui
dengan jelas.
Menurut Varney et al (2006) penyebab utama dismenore
primer adalah adanya prostaglandin F2α (PGF2α), yang
dihasilkan di endometrium.

Pada remaja, jumlah


produksi PGF2α lebih
tinggi di atas normal

Stimulasi kontraksi
berlebihan uterus
selama menstruasi Menurut Judha (2012) penyebab
dismenore primer juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor endokrin,
faktor organik, faktor psikologis, faktor
konstitusi, dan faktor alergi.
FAKTOR RISIKO DISMENORE PADA
SISWI SMP-SMA
HASIL

Nn.S, 11 tahun,
siswi SMP
Pada Nn.S juga ditemukan beberapa faktor risiko timbulnya
nyeri saat menstruasi seperti adanya kelurga yang mengalami hal
serupa (ibu dan kakak perempuan), sering mengkonsumsi
makanan cepat saji, dan sering terpapar asap rokok dari
lingkungan sekitar.
Menurut Novia dan Puspitasari (2008) terdapat korelasi yang
kuat antara predisposisi familial dengan dismenore. Hal ini
disebabkan adanya faktor genetik yang memperngaruhi sehingga
apabila ada keluarga yang mengalami dismenore cenderung
mempengaruhi psikis wanita tersebut.
Pada penelitian Mool Raj et al. pada wanita dengan riwayat
anggota keluarga (ibu atau saudara) dengan keluhan dismenore
memiliki 3 kali kesempatan lebih besar mengalami dismenore
dibandingkan wanita tanpa riwayat keluarga dismenore. Riwayat
keluarga (ibu atau saudara kandung) merupakan salah satu faktor
risiko dismenore. Kondisi anatomi dan fisiologis dari seseorang
pada umumnya hampir sama dengan orang tua dan saudara-
saudaranya.
Makanan cepat saji memiliki
kandungan gizi yang tidak
seimbang yaitu tinggi kalori,
tinggi lemak, tinggi gula, dan
rendah serat.
Kandungan asam lemak yang terdapat
di dalam makanan cepat saji dapat
mengganggu metabolisme progesteron
pada fase luteal dari siklus menstruasi.

peningkatan kadar
prostaglandin

dismenore
Wanita yang terpapar asap rokok secara pasif menderita
dismenore dengan waktu yang lebih lama dibandingkan yang
tidak tepapar. Pengaruh merokok pasif pada dismenore diamati
terjadi peningkatan sebesar 30% dibandingkan dengan yang
tidak merokok pasif.
Nikotin

vasokonstrikt
or

Berkurangnya aliran
darah menuju
endometrium

dismenore
HASIL

Nn.N, 13 tahun,
siswi SMP
Pada Nn.N faktor risiko dismenore yang dialami adalah IMT
yang tidak normal (gemuk), durasi perdarahan saat haid yang
lama, dan faktor stres.
Menurut Wiknjosastro (2011) pada wanita dengan kelebihan
berat badan cenderung memiliki lemak yang berlebih yang dapat
memicu timbulnya hormon yang dapat mengganggu sistem
reproduksi pada saat haid sehingga dapat menimbulkan nyeri.
Ditemukan bahwa kelebihan berat badan memiliki frekuensi
dismenore primer dua kali lebih besar dibandingkan dengan
kekurangan berat badan dan memungkinkan mengalami nyeri
yang lebih lama.
HASIL

Nn.Nd, 16 tahun,
siswi SMA
Pada Nn.Nd faktor risiko dismenore yang dialami adalah
kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji serta durasi
perdarahan haid yang lama.
Menurut Sari, et al (2015: 569) wanita dengan perdarahan
durasi lebih dari 5 sampai 7 hari memiliki 1,9 kali lebih banyak
kesempatan untuk menderita dismenore. Lama durasi haid dapat
disebabkan oleh faktor psikologis maupun fisiologis.
Sensitivitas terhadap hormon
meningkat

Kontraksi uterus berlebihan

Endometrium dalam fase sekresi


memproduksi PG yang lebih tinggi

Durasi haid lama

Kontraksi uterus
semakin sering

dismenore
HASIL

Nn.MT, 17 tahun,
siswi SMA
Pada Nn. MT faktor risiko dismenore yang dialami adalah
kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji, gorengan, dan
jarang makan sayur. Faktor lain yaitu faktor stres dan sering
terpapar asap rokok. Selain itu, dalam keluarga Nn.MT ada yang
memiliki riwayat penyakit ginekologi berupa mioma.
Menurut Sari et al (2015: 569) faktor stres dapat menurunkan
ketahanan terhadap rasa nyeri.
Stres

Peningkatan produksi PG dan


Peningkatan hormon
estrogen berlebihan
adrenalin

Peningkatan kontraksi uterus secara Penegangan miometrium


berlebihan

dismenore
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DISMENORE PADA SISWI SMP-SMA
HAS
IL
Nn. S dan Nn.N tidak pernah melakukan pemeriksaan apapun.

Nn.Nd pernah melakukan pemeriksaan penunjang USG sebagai


pemeriksaan penunjang untuk mengetahui penyebab menstruasi
dengan durasi panjang yang dialami.

Nn.MT pernah melakukan pemeriksaan penunjang berupa USG


karena dicurigai adanya kista atau tumor solid mengingat
Nn.MT memiliki riwayat keluarga dengan mioma uteri, namun
pada hasil pemeriksaan didapatkan normal.
Riwayat keluarga dengan kejadian mioma uteri berisiko
terhadap generasi selanjutnya, ada sebagian besar orang secara
genetik lebih kecenderungannya untuk menderita penyakit yang
sama. Tetapi adapula orang yang secara genetik lebih kecil
kemungkinannya. Sebab itu, jika dalam riwayat kesehatan
keluarga ada beberapa orang yang diketahui menderita mioma
harus menghindari faktor-faktor yang dapat memicu mioma
(Manuaba, 2010).
Menurut Calis (2017) tidak ada tes yang spesifik untuk
diagnosis dismenore primer. Diagnosis dibuat atas temuan
klinis, pemeriksaan laboratorium dapat diindikasikan untuk
menjelaskan penyebab dismenore sekunder. Studi noninvasif
dapat mencakup ultrasonografi abdomen dan transvaginal. Studi
lain yang lebih invasif termasuk hysterosalphingography,
mungkin diperlukan. Untuk investigasi lebih lanjur mungkin
termasuk histeroskopi atau laparoskopi.
Dalam kasus dismenore primer, studi pencitraan memiliki
pengaruh yang kecil. Namun, jika terdapat kecurigaan patologi
panggul, ultrasonografi abdomen dan transvaginal adalah
modalitas yang efisien dan efektif. Ultrasonografi relatif tidak
invasif, dapat dengan mudah dilakukan di bagian gawat darurat,
dan mengungkapkan patologi panggul yang paling relevan.
Misalnya endometriosis, kehamilan ektopik, kista ovarium,
fibroid, dan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) (Calis, 2017).
TATALAKSANA DISMENORE PADA
SISWI SMP-SMA
HASIL

Berdasarkan hasil wawancara, tatalaksana non-farmakologi


dismenore yang dilakukan oleh keempat subjek TPP adalah
dengan tirah baring. Sedangkan tatalaksana farmakologi pada
Nn. S tidak menggunakan analgetik untuk meringankan keluhan.
Sedangkan pada ketiga subjek lainnya menggunakan obat untuk
meringankan keluhan nyeri.
Ketiga subjek tidak mengetahui obat yang dikonsumsi karena
langsung diberikan oleh orang tua nya. Obat dikonsumsi 2-3 kali
dalam sehari dan setelah mengonsumsi obat tersebut ketiga
subjek merasa keluhannya berkurang.

Kemungkinan obat yang dikonsumsi adalah obat


analgesik yaitu NSAIDs.
NSAIDs atau obat anti inflamasi non steroid merupakan pilihan
utama terapi pada dismenore primer dan sekunder. Obat ini
menurunkan nyeri menstruasi dengan menurunkan tekanan
intrauterin dan menurunkan kadar prostaglandin F2 alfa
(PGF2alfa) dalam cairan menstruasi.
NSAIDs yang menghambat sintetase prostaglandin tipe I dan
menekan produksi dari cylic endoperoxidase (misalnya
fenamate, agen selektif siklooksigenase 2, asam proprionik, dan
asam indole asetat) meringankan gejala dengan menurunkan
konsentrasi prostaglandin plasma endometrium dan cairan
menstruasi (Calis, 2017).
KESIMPULAN
Gejala klinis dismenore pada siswi SMP-SMA adalah nyeri
saat menstruasi yang bersifat tajam, hilang timbul, dirasakan
pada regio hypogastrica dengan atau tanpa penjalaran ke regio
lumbalis dextra et sinistra, disertai pusing, badan lemas, mual,
muntah, perubahan suasana hati, nyeri pada payudara, serta
terganggunya aktivitas sehari-hari. Dismenore pada siswi SMP-
SMA termasuk ke dalam klasifikasi dismenore prime, di mana
dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di
adanya kelainan pada alat- alat genital yang nyata.
Etiologi dismenore primer pada siswi SMP-SMA tidak
diketahui dengan jelas.
Faktor risiko dismenore pada Nn.S adalah riwayat keluarga
dengan dismenore, riwayat konsumsi makanan cepat saji, dan
sering terpapar asap rokok. Pada Nn.N faktor risiko dismenore
yang dialami adalah IMT yang tidak normal (gemuk), durasi
perdarahan saat haid yang lama, dan faktor stres. Pada Nn.Nd
faktor risiko dismenore yang dialami adalah kebiasaan
mengonsumsi makanan cepat saji serta durasi perdarahan haid
yang lama. Pada Nn. MT faktor risiko dismenore yang dialami
adalah kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji, faktor stres,
dan sering terpapar asap rokok.
Pemeriksaan penunjang dismenore pada Nn.Nd dan Nn.MT
adalah USG (ultrasonografi) abdomen, dan dinyatakan normal.
Sedangkan Nn.S dan Nn.N tidak pernah melakukan pemeriksaan
penunjang apapun.
Tatalaksana non-farmakologi dismenore yang dilakukan oleh
keempat subjek TPP adalah dengan tirah baring. Sedangkan
tatalaksana farmakologi pada ketiga subjek lainnya
menggunakan obat untuk meringankan keluhan nyeri.
Kemungkinan obat yang dikonsumsi adalah obat analgesik yaitu
NSAIDs. Pada Nn. S tidak menggunakan analgetik untuk
meringankan keluhan.
SARAN
Bagi mahasiwa, sebelum melakukan tugas pengenalan profesi
hendaknya mempelajari terlebih dahulu materinya agar proses
tugas di lapangan mencapai sasaran yang diinginkan.

Bagi siswi SMP-SMA, hendaknya selalu memperhatikan


kemungkinan faktor risiko yang dapat menimbulkan atau
memperberat dismenore yang diderita, mengatur pola makan
gizi seimbang, berolahraga, dan memperhatikan kebersihan
organ genitalia untuk mencegah terjadinya infeksi selama
menstruasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai