FARMAKOTERAPI Asma2
FARMAKOTERAPI Asma2
ASMA
negara maju.
Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian oleh ahli asma di Asia Pasfik dalam studi
Asthma Insight & Reality in Asia Pasific (AIRIAP 2) tahun 2007, ada 64
% dari 400 orang penyandang asma di Indonesia tidak terkontrol.
Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit
sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study
on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 melaporkan prevalensi asma sebesar
Hasil survey asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia (Medan,
menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara 3,7-
Berdasarkan gambaran tersebut, terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan
pada malam hari yang sering disertai batuk. Pada pemeriksaan fisik,
tanda yang sering ditemukan adalah mengi.
Ciri-ciri utama fisiologis adalah episode obstruksi saluran napas, yang
kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan spasme
otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran napas.
Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera
Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervus
dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih
Kerusakan epitel bronkus oleh mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan
reaksi asma dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi,
Faktor Genetik
4. Ras
5. Obesitas
Faktor lingkungan
1. Alergen makanan (susu, telur, udang, kepiting, ikan laut, kacang tanah, coklat, kiwi,
7. Perubahan cuaca
Tanda dan simptom
Batuk dengan atau tanpa dahak. Ia akan bertambah parah pada waktu
Dada menjadi ketat dan sesak seperti ada sesuatu menekan pada bagian
Pemeriksaan fisikal.
Ada beberapa hal yang harus diketahui dari pasien asma antara lain:
eksem atopi,
riwayat keluarga (riwayat asma, rinitis atau alergi lainnya dalam keluarga),
Spirometry test.
Methacholine Challenge Test.
Exercise Challenge Test.
Pemeriksaan arus puncak ekspresi dengan Peak
Expirometry Flow Rate (PEFR).
Uji Alergi (untuk menilai adanya alergi)
Foto Thorax (untuk menyingkirkan penyakit selain asma)
Klasifikasi Asma
II. Persisten Ringan Siang hari > 2 kali per minggu, Variabilitas APE 20 - 30% Step 2
tetapi < 1 kali per hari FEV1 > 80% nilai prediksi
Malam hari > 2 kali per bulan – (3- APE > 80% nilai terbaik
4 kali)
Serangan dapat mempengaruhi
aktifitas
Klasifikasi Asma
III. Persisten Siang hari ada gejala Variabilitas APE > 30% Step 3
Sedang Malam hari > 1 kali per minggu FEV1 60-80% nilai prediksi
Serangan mempengaruhi aktifitas APE 60-80% nilai terbaik
Serangan > 2 kali per minggu
Serangan berlangsung berhari-hari
Sehari-hari menggunakan inhalasi
β2-agonis short acting
IV. Persisten Berat Siang hari terus menerus ada gejala Variabilitas APE > 30% Step 3
Setiap malam hari sering timbul FEV1 < 60% nilai prediksi
gejala APE < 60% nilai terbaik
Aktifitas fisik terbatas
Sering timbul serangan
5. Mempertahankan aktivitas normal termasuk latihan jasmani dan aktivitas lainnya ----tidak ada
obstruksi ini. Yang penting lagi adalah menjelaskan bahwa asma adalah penyakit
kronis yang tidak bisa sembuh total. Pasien harus tahu bahwa gejala akan sering
muncul dan adanya eksaserbasi harus sudah dipikirkan. Harus diyakinkan juga bahwa
obat asma, juga efek sampingnya. Pengenalan tentang obat pengontrol dan pelega juga
harus diberikan. Yang terpenting adalah untuk mengenali dan menangani eksaserbasi
sedini mungkin sehingga menghindari morbiditas yang lebih serius, bahkan kematian.
B. Menilai dan Memonitor Derajat Asma dengan Pengukuran Gejala dan
obat reliever dan seberapa seringkah penderita mengalami gejala malam hari seperti batuk, mengi
dan sesak. Juga penting ditanyakan seberapa sering penderita membatasi aktivitas normalnya.
Sedangkan pengukuran fungsi paru bisa memakai spirometri ataupun peak expiratory flow (PEF).
Adalah penting untuk menilai derajat penyakit, menilai besarnya variasi diurnal dari fungsi paru,
monitor respon terapi selama eksaserbasi akut, mendeteksi perburukan faal paru yang asimtomatis
dan mencegahnya untuk menjadi lebih berat, memonitor respon terhadap pengobatan kronis dan
identifikasi triger.
C. Menghindari Atau Mengontrol Pencetus Asma.
Dengan cara menghindari segala bentuk alergen seperti alergen indoor ( kutu, alergen binatang,
kecoa, jamur), menghindari alergen diluar rumah, menghindari polusi udara di dalam dan di
luar rumah, menghindari pajanan di tempat kerja, menghindari alergen makanan dan obat,
Hal diatas dapat mencegah eksaserbasi, mengurangi kebutuhan obat. Kebanyakan pasien
dengan asma kronis mempunyai bermacam pencetus, sehinga dengan menghindari satu macam
pencetus saja, manfaatnya sangat berbeda pada satu pasien dengan pasien lain.
Vaksinasi influenza dapat menyebabkan pengurangan insiden infeksi saluran nafas atas,
sehingga menurunkan kejadian eksaserbasi, walaupun hal ini masih memerlukan penelitian
lebih lanjut.
Pengobatan Asma Kronik
D. Penggunaan obat-obatan
Derajat Asma Pengobatan
I. Intermitten -Tidak di butuhkan pengobatan harian
-Eksaserbasi akan terjadi dalam waktu lama dengan fungsi paru normal dan tidak ada
gejala. Ketika terjadi eksaserbasi cukup diberi Short acting β agonis
II. Persisten Ringan Pengobatan utama
Dosis rendah inhalasi kortikosteroid
Alternatif pengobatan
Kromolin, Leukotrien, nedocromil atau Teofilin SR dengan konsentrasi serum 5-15
mcg/ml
III. Persisten Sedang Pengobatan Utama
Dosis rendah-menengah inhalasi kortikosteroid dan inhalasi long –acting β agonis
Alternatif Pengobatan
-Meningkatkan inhalasi kortikosteroid dengan range dosis sedang atau
- Dosis rendah sampai tinggi inhalasi kortikosteroid dan salah satu modifikasi leukotrien
atau teofilin
pernafasan (Reliever)
Obat-Obatan pelega serangan asma (reliever)
bronkokonstriksi episodik.
Kortikosteroid Sistemik
Walaupun onset dari obat ini adalah 4-6 jam, obat ini penting untuk
Aminofilin atau teofilin short acting tidak efektif untuk mengontrol gejala asma persisten karena
fluktuasi yang besar didalam konsentrasi teofilin serum. Obat ini dapat diberikan pada pencegahan
exercise induced asthma dan menghilangkan gejalanya. Perannya dalam eksaserbasi masih
kontroversi. Pada pemberian beta2-agonis yang efektif, obat ini tidak memberi keuntungan dalam
bronkodilatasi, tapi berguna untuk meningkatkan respiratory drive atau memperbaiki fungsi otot
respirasi dan memperpanjang respon otot polos terhadap beta2-agonis short acting.
Merupakan bronkodilator yang merelaksasi otot polos saluran nafas. Dapat dipakai pada pasien
Rute pemberian bisa secara inhalasi ataupun sistemik (oral atau parenteral).
mencegah migrasi dan aktivasi sel radang dan meningkatkan respon reseptor
beta pada otot polos saluran nafas. Efek sampingnya antara lain: oral
candidiasis
Obat-obatan kortikosteroid.
Sodium Kromoglikat dan Sodium Nedokromil
Sodium kromoglikat adalah antiinflamasi non steroid, dan mekanisme kerja yang pasti
belum diketahui.
Obat ini terutama menghambat pelepasan mediator yang dimediasi oleh IgE dari sel mast
dan mempunyai efek supresi selektif terhadap sel inflamasi yang lain (makrofag, eosinofil,
monosit).
Obat ini diberikan untuk pencegahan karena dapat menghambat reaksi asma segera dan
reaksi asma lambat akibat rangsangan alergen, latihan, udara dingin dan sulfur dioksida.
Pemberian jangka panjang menyebabkan penurunan nyata dari jumlah eosinofil dan
Obat ini merupakan golongan metilxantin utama yang dipakai pada penatalaksanaan asma.
Mekanisme kerja teofilin sebagai bronkodilator masih belum diketahui, tetapi mungkin karena
teofilin menyebabkan hambatan terhadap phospodiesterase (PDE) isoenzim PDE IV, yang
bronkodilatasi.
antiinflamasi. Teofilin secara bermakna menghambat reaksi asma segera dan lambat segera
setelah paparan dengan alergen. Beberapa studi mendapatkan teofilin berpengaruh baik
lambat efektif dalam mengontrol gejala asma dan memperbaiki fungsi paru. Karena
mempunyai masa kerja yang panjang, obat ini berguna untuk mengontrol gejala
Efek sampingnya adalah intoksikasi teofilin, yang dapat melibatkan banyak sistem
organ yang berlainan. Gejala gastrointestinal, mual dan muntah adalah gejala awal
yang paling sering. Pada anak dan orang dewasa bisa terjadi kejang bahkan kematian.
pernafasan.
Beta2-Agonis Long Acting
kerja panjang lebih dari 12 jam. Cara kerja obat beta 2-agonis adalah melalui
dan dapat mengatur pelepasan mediator dari sel mast dan basofil. Juga
menghambat reaksi asma segera dan lambat setelah terjadi induksi oleh alergen,
Asma yang tidak terkontrol dapat berlanjut menjadi akut dimana inflamasi,
edema jalan udara, akumulasi mukus berlebihan, dan bronkospasmus parah
menyebabkan penyempitan jalan udara yang serius yang tidak responsif
terhadap terapi bronkodilator biasa
Terdengar bunyi ketika dilakukan auskultasi saat inspirasi dan ekspirasi, batuk
kering yang berulang, takhipnea, kulit pucat atau kebiruan dan dada yang
mengembang.
Perkiraan keparahan
Penentuan APE: Nilai < 50 % kemampuan terbaik
atau prediksi normal menandakan keparahan
tertinggi
Penanganan Awal
Inheler Short acting β2 agonis: Dgn MDI 2-4 puff 3
kali dengan interval 20 menit atau sekali
menggunakan nebulizer
Seorang lelaki datang ke klinik dengan keluhan terasa ketat pada dada (sesak
nafas) yang dirasakannya 4 kali dalam seminggu ini. Ketika itu dia merasa sulit
untuk bernafas dan batuk yang tidak dapat dikontrol. Dan dalam seminggu ini
2 kali terbangun malam karena keluhan yang sama. Selalunya ketika dia duduk
beberapa menit, simpom yang dia rasa akan berkurang. Sebelumnya pasien
mempunyai sejarah sesak nafas sesekali dan berselang selama 3 bulan.
Berdasarkan test fungsi paru didapati nilai FEV1 adalah 68 %. Berdasarkan uji
fisik didapati regular rate dan ritma, dengan bunyi wheezes ketika dilakukan
auscultasi pada paru-paru.
Berdasarkan keterangan diatas, apa klasifikasi pasien asma tersebut? Jelaskan
Berikan management pengobatan yang tepat bagi pasien diatas.