Wb
Kelompok 4
• Dara Rosita 1819101087
• Hasya Tazgia F 1819101094
• Intan Krisnita M 1819101095
• Resti Sri Rahayu 1819101106
• Sepia Nuraini 1819101112
• Susanti Nurliawati S 1819101113
• Syahra Gutriani 1819101114
• Zein Siva Zettira 1819101117
Benigna Prostat Hyperplasia
(BPH)
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan diluar
saluran kemih. Menurut Purnomo (2011) dan tanda dan gejala dari BPH yaitu : keluhan pada
saluran kemih bagian bawah, gejala pada saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar saluran
kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
a. Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahan dikandung kemih sehingga urin
tidak bisa keluar), hesitansi (sulit memulai miksi), pancaran miksi lemah, Intermiten
(kencing terputus-putus), dan miksi tidak puas (menetes setelah miksi)
b. Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi yang sangat
mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi).
Lanjutan…
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat hiperplasi prostat pada sluran
kemih bagian atas berupa adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang, benjolan
dipinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda
infeksi atau urosepsis.
3. Gejala diluar saluran kemih Pasien datang diawali dengan keluhan penyakit hernia
inguinalis atau hemoroid. Timbulnya penyakit ini dikarenakan sering mengejan pada
saan miksi sehingga mengakibatkan tekanan intraabdominal. Adapun gejala dan tanda
lain yang tampak pada npasien BPH, pada pemeriksaan prostat didapati membesar,
kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan, anoreksia, mual dan muntah, rasa tidak
nyaman pada epigastrik, dan gagal ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis dan
volume residual yang besar
klasifikasi
Menurut R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong ( 2010 ), klasifikasi BPH meliputi :
1. Infark jantung
2. Aterosclerosis
3. Haemoragik post operasi
4. Fistula
5. Infeksi saluran kemih
6. Penyalit batu kandung kemih
7. Kerusakan kandung kemih dan ginjal
8. Sistitis, pielonefritis
9. Hernia, hemoroid
Pemeriksaan diagnostik
1. Laboratorium: Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin Tes urine,
untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi atau kondisi lain yang memiliki gejala mirip dengan
pembesaran prostat jinak.
2. Tes darah, untuk memeriksa kemungkinan gangguan pada ginjal.
3. Tes pengukuran kadar antigen (PSA) dalam darah. PSA dihasilkan oleh prostat dan kadarnya
dalam darah akan meningkat bila kelenjar prostat membesar atau mengalami gangguan.
4. Radiologis: USG, Ct Scanning cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras
dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau
trans rectal (TRUS Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat
ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan
patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu
5. Prostatektomi Retro Pubis: Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak
dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula
prostat.
6. Prostatektomi Parineai: Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.
Pengobatan
1. Penanganan BPH Gejala Ringan
Untuk kasus BPH ringan biasanya cukup ditangani dengan obat-obatan, terapi
menahan berkemih, dan perubahan gaya hidup seperti:
a. Mulai berolahraga secara teratur, misalnya berjalan kaki hingga satu jam tiap
hari.
b. Mulai mengurangi atau berhenti mengonsumsi kafein dan minuman keras.
c. Mencari jadwal minum obat yang tepat agar terhindari dari nokturia atau
meningkatnya frekuensi buang air kecil sepanjang malam.
d. Biasakan untuk tak mengonsumsi minum apa pun dua jam sebelum tidur.
Tujuannya agar tehindari dari berkemih sepanjang malam (nokturia).
2. Penanganan BPH Gejala Menengah dan Parah
Satu-satunya cara menangani BPH dengan gejala menengah hingga parah adalah
melalui operasi.
Pencegahan
1. Berhenti merokok
2. Biasan hidup sehat
3. Makan makanan yang banyak mengandung vitamin dan hindari minuman
beralkohol
4. Berolahraga secara rutin dan berusaha untuk mengendalikan stres
5. Menurut penelitian, risiko terkena pembesaran prostat jinak (BPH) dapat
dicegah melalui konsumsi makanan yang kaya akan serat dan protein, serta
rendah lemak. Hindari juga konsumsi daging merah. Makanan berserat tinggi
antara lain kacang hijau, beras merah, brokoli, gandum, kubis, lobak, bayam,
apel dan gandung. Sedangkan, makanan berprotein tinggi antara lain ikan,
telur, kacang kedelai, dada ayam, susu rendah lemak dan keju.
Pengkajian
Keluhan Utama
pada klien post operasi BPH biasanya muncul keluhan nyeri, sehingga yang perlu
dikaji untk meringankan nyeri (provocative/ paliative), rasa nyeri yang dirasakan
(quality), keganasan/intensitas (saverity) dan waktu serangan, lama, (time) (Judha, dkk.
2012)
P: saat ditekan dan beraktivitas
Q: seperti ditusuk jarum
R: dibagian abdomen bawah (kandung kemih) luka operasi
S: 5-6
T: intermitten
Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang sering dialami klien BPH dengan istilah LUTS (Lower Urinary Tract
Symtoms). Antara lain: hesistansi, pancaran urin lemah, intermittensi, ada sisa urine
pasca miksi, frekuensi dan disuria (jika obstruksi meningkat).
Lanjutan...
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.E
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. AMIR MAHMUD NO.40
Data Subjektif 1. Pasien mengeluh jarang Buang Air Kecil padahal
sering minum
2. Pasien mengatakan Buang Air Kecilnya terkadang
terdapat darah
3. Pasien mengeluh sakit bila bergerak
4. Pasien mengeluh sakit bila sedang buang air kecil