Anda di halaman 1dari 18

Assalamualaikum Wr.

Wb
Kelompok 4
• Dara Rosita 1819101087
• Hasya Tazgia F 1819101094
• Intan Krisnita M 1819101095
• Resti Sri Rahayu 1819101106
• Sepia Nuraini 1819101112
• Susanti Nurliawati S 1819101113
• Syahra Gutriani 1819101114
• Zein Siva Zettira 1819101117
Benigna Prostat Hyperplasia
(BPH)

Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah


suatu kondisi yang sering terjadi sebagai
hasil dari pertumbuhan dan pengendalian
hormon prostat.
Etiologi

1. Perubahan keseimbangan testosteron esterogen karena produksi


testosteronmenurun dan terjadi konversi testosteron menjadi esterogen pada
jaringan adiposa diperifer.
2. Peningkatan DTH (dehidrotestosteron)
3. Interaksi antar sel stroma dan sel epitel prostat. Peningkatan kadar
epidermal growth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan
transforming growth factor menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel,
sehingga akan terjadi BPH
4. Berkurangnya kematian sel (apoptosis). Estrogen yang menungkat akan
menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar
Manifestasi Klinis

Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan diluar
saluran kemih. Menurut Purnomo (2011) dan tanda dan gejala dari BPH yaitu : keluhan pada
saluran kemih bagian bawah, gejala pada saluran kemih bagian atas, dan gejala di luar saluran
kemih.
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah

a. Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin (urin tertahan dikandung kemih sehingga urin
tidak bisa keluar), hesitansi (sulit memulai miksi), pancaran miksi lemah, Intermiten
(kencing terputus-putus), dan miksi tidak puas (menetes setelah miksi)
b. Gejala iritasi meliputi : Frekuensi, nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi yang sangat
mendesak) dan disuria (nyeri pada saat miksi).  

 
Lanjutan…

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat hiperplasi prostat pada sluran
  kemih bagian atas berupa adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang, benjolan
dipinggang (merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda
infeksi atau urosepsis.

3. Gejala diluar saluran kemih Pasien datang diawali dengan keluhan penyakit hernia
inguinalis atau hemoroid. Timbulnya penyakit ini dikarenakan sering mengejan pada
saan miksi sehingga mengakibatkan tekanan intraabdominal. Adapun gejala dan tanda
lain yang tampak pada npasien BPH, pada pemeriksaan prostat didapati membesar,
kemerahan, dan tidak nyeri tekan, keletihan, anoreksia, mual dan muntah, rasa tidak
nyaman pada epigastrik, dan gagal ginjal dapat terjadi dengan retensi kronis dan
volume residual yang besar
klasifikasi
Menurut R. Sjamsuhidajat dan Wim De Jong ( 2010 ), klasifikasi BPH meliputi :

Derajat 1 : Biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberi pengobatan


konservatif
 
Derajat 2 : Merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan
reseksi endoskopik melalui uretra ( trans urethral resection / TUR )
 
Derajat 3 : Reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila diperkirakan prostate sudah
cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya dengan pembedahan terbuka,
melalui trans retropublik / perianal.
 
Derajat 4 : Tindakan harus segera dilakukan membebaskan klien dari retensi urine
total dengan pemasangan kateter.
 
komplikasi

1. Infark jantung
2. Aterosclerosis
3. Haemoragik post operasi
4. Fistula
5. Infeksi saluran kemih
6. Penyalit batu kandung kemih
7. Kerusakan kandung kemih dan ginjal
8. Sistitis, pielonefritis
9. Hernia, hemoroid
Pemeriksaan diagnostik

1. Laboratorium: Meliputi ureum (BUN), kreatinin, elekrolit, tes sensitivitas dan biakan urin Tes urine,
untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi atau kondisi lain yang memiliki gejala mirip dengan
pembesaran prostat jinak.
2. Tes darah, untuk memeriksa kemungkinan gangguan pada ginjal.
3. Tes pengukuran kadar antigen (PSA) dalam darah. PSA dihasilkan oleh prostat dan kadarnya
dalam darah akan meningkat bila kelenjar prostat membesar atau mengalami gangguan.
4. Radiologis: USG, Ct Scanning cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras
dilakukan apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans abdominal atau
trans rectal (TRUS Trans Rectal Ultra Sonografi), selain untuk mengetahui pembesaran prostat
ultra sonografi dapat pula menentukan volume buli-buli, mengukut sisa urine dan keadaan
patologi lain seperti difertikel, tumor dan batu
5. Prostatektomi Retro Pubis: Pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih tidak
dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat melalui insisi pada anterior kapsula
prostat.
6. Prostatektomi Parineai: Yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum.
Pengobatan
1. Penanganan BPH Gejala Ringan
Untuk kasus BPH ringan biasanya cukup ditangani dengan obat-obatan, terapi
menahan berkemih, dan perubahan gaya hidup seperti:
a. Mulai berolahraga secara teratur, misalnya berjalan kaki hingga satu jam tiap
hari.
b. Mulai mengurangi atau berhenti mengonsumsi kafein dan minuman keras.
c. Mencari jadwal minum obat yang tepat agar terhindari dari nokturia atau
meningkatnya frekuensi buang air kecil sepanjang malam.
d. Biasakan untuk tak mengonsumsi minum apa pun dua jam sebelum tidur.
Tujuannya agar tehindari dari berkemih sepanjang malam (nokturia).
2. Penanganan BPH Gejala Menengah dan Parah
Satu-satunya cara menangani BPH dengan gejala menengah hingga parah adalah
melalui operasi.
Pencegahan
1. Berhenti merokok
2. Biasan hidup sehat
3. Makan makanan yang banyak mengandung vitamin dan hindari minuman
beralkohol
4. Berolahraga secara rutin dan berusaha untuk mengendalikan stres
5. Menurut penelitian, risiko terkena pembesaran prostat jinak (BPH) dapat
dicegah melalui konsumsi makanan yang kaya akan serat dan protein, serta
rendah lemak. Hindari juga konsumsi daging merah. Makanan berserat tinggi
antara lain kacang hijau, beras merah, brokoli, gandum, kubis, lobak, bayam,
apel dan gandung. Sedangkan, makanan berprotein tinggi antara lain ikan,
telur, kacang kedelai, dada ayam, susu rendah lemak dan keju.
Pengkajian
Keluhan Utama
pada klien post operasi BPH biasanya muncul keluhan nyeri, sehingga yang perlu
dikaji untk meringankan nyeri (provocative/ paliative), rasa nyeri yang dirasakan
(quality), keganasan/intensitas (saverity) dan waktu serangan, lama, (time) (Judha, dkk.
2012)
P: saat ditekan dan beraktivitas
Q: seperti ditusuk jarum
R: dibagian abdomen bawah (kandung kemih) luka operasi
S: 5-6
T: intermitten
Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang sering dialami klien BPH dengan istilah LUTS (Lower Urinary Tract
Symtoms). Antara lain: hesistansi, pancaran urin lemah, intermittensi, ada sisa urine
pasca miksi, frekuensi dan disuria (jika obstruksi meningkat).
Lanjutan...

Riwayat penyakit dahulu


tanyakan pada klien riwayat penyakit yang pernah diderita, dikarenakan
orang yang dulunya mengalami ISK dan faal darah beresiko terjadinya
penyulit pasca bedah (Prabowo, 2014)

Pemeriksaan fisik (Data Objektif)


Vital sign (tanda vital)
1) Pemeriksaan temperature dalam batas normal
2) Pada klien post operasi BPH mengalami peningatan RR(Ackley, 2011)
3) Pada klien post operasi BPH mengalami peningkatan nadi
4) Pada klien post operasi BPH mengalami peningkatan tekanan darah
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY L
AKIBAT BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BHP)BERHUBUNGAN DENGAN
PADA SISTEM PERKEMIHAN DI RS. HASAN SADIKIN TAHUN 2020
KABUPATEN BANDUNG BARAT

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.E
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. AMIR MAHMUD NO.40
Data Subjektif 1. Pasien mengeluh jarang Buang Air Kecil padahal
sering minum
2. Pasien mengatakan Buang Air Kecilnya terkadang
terdapat darah
3. Pasien mengeluh sakit bila bergerak
4. Pasien mengeluh sakit bila sedang buang air kecil

Data Objektif 1. Pasien terlihat lemas


2. Pasien tampak pucat
3. Warna urine pasien kemerahan.
4. Tanda tanda vital:
Tekanan Darah : 150/100 mmhg
Pernapasan : 22x/menit.
Nandi : 90×/menit.
Suhu : 36˚5 celcius
Intervensi 1. Ukur tanda – tanda vital
2. Batasi asupan minupan yang mengandung kafein
3. Anjurkan pasien untuk tidak menahan buang air
kecil
4. Anjurkan pasien untuk baring total
5. Kolaborasi dengan petugas Analis dalam
pemeriksaan urine

Rasionalisasi 1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien


2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mencegah terjadinya komplikasi pada penyakit
4. Untuk mengetahui penyebab keluhan pasien
Implementasi 1. Mengukur tanda – tanda vital
2. Membatasi asupan minupan yang mengandung
kafein
3. Menganjurkan pasien untuk baring total
4. Berkolaborasi dengan petugas Analis dalam
pemeriksaan urine
Evaluasi 1. Buang air kecil sudah tidak berdarah
2. Pasien sudah tidak lemas/pucat
3. Pasien sudah tidak mengeluh sakit bila sedang
buang air kecil
4. Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Pernapasan : 22×/menit
Nadi : 85×/menit
Suhu : 37˚
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai