Anda di halaman 1dari 27

5

4
3
2
1
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN
MATERNAL DAN NEONATAL PADA IBU
BERSALIN DENGAN RETENSIO PLASENTA

BY : DIAN REFSI
TUTI DASWATI
KIKI FATMAUDINA
Kala III Persalinan

Kala III Persalinan


Pengerti disebut juga
an sebagai kala uri/kala
pengeluaran
plasenta, dimulai
setelah lahirnya bayi
dan berakhir
dengan lahirnya
plasenta dan
selaput ketuban
(APN, 2008).
Tanda-tanda lepasnya plasenta

Semburan darah
Perubahan bentuk tinggi
Tali pusat memanjang mendadak dan singkat
fundus
Retensio Plasenta

Retensio plasenta
adalah tertahannya
atau belum lahirnya
plasenta hingga atau
melebihi waktu 30
menit setelah bayi lahir
pengerti (Saifuddin, 2007).
an
Etiologi
Menurut Wiknjosastro (2007) sebab retensio plasenta dibagi menjadi 2 golongan
ialah sebab fungsional dan sebab patologi anatomik.
His yang kurang
kuat (sebab
utama)

Lingkaran kontriksi
pada bagian bawah
perut 

terlalu kecil
plasenta
Ukuran
(contoh : di sudut tuba)
menguntungkan
yang kurang
Tempat melekatnya
Sebab patologi anatomik (perlekatan plasenta yang abnormal)

Plasenta akreta Plasenta inkreta Plasenta perkreta


Faktor predisposisi
1. Grandemultipara
2. Kehamilan ganda sehingga memerlukan
implantasi plasenta yang agak luas.
3. Kasus infertilitas, karena lapisan
endometriumnya tipis.
4. Plasenta previa, karena dibagian istmus
uterus pembuluh darah sedikit,
sehingga perlu masuk jauh kedalam.
5. Bekas oprasi pada uterus
Tanda dan Gejala
Gejala Akreta parsial Inkarserata Akreta
Konsistensi uterus Kenyal Keras Cukup

Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah pusat- Sepusat

Bentuk uterus Discoid Agak globuler Discoid


Perdarahan Sedang – banyak Sedang Sedikit / tidak ada

Tali pusat Terjulur sebagian Terjulur Tidak terjulur


Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka
Pelepasan Lepas sebagian Sudah lepas Melekat seluruhnya
plasenta
Syok Sering Jarang Jarang sekali,
kecuali akibat
inversion oleh
tarikan kuat pada
tali pusat
Jenis – Jenis Retensio Plasenta
1. Plasenta inkarserata adalah plasenta yang sudah lepas dari insersinya tetapi
belum keluar dari kavum uteri karena terhalang oleh lingkaran kontriksi di
bagian bawah rahim.
2. Plasenta adhesive adalah plasenta yang belum lahir dan masih melekat di dinding
rahim oleh karena kontraksi rahim kurang kuat untuk melepaskan plasenta.
3. Plasenta akreta adalah plasenta yang belum lahir oleh karena vili korialisnya
menembus desidua sampai miometrium. Plasenta akreta ada yang kompleta
dimana seluruh permukaan plasenta melekat dengan erat pada dinding rahim
dan ada yang parsialis di mana hanya beberapa bagian saja dari plasenta melekat
dengan erat pada dinding rahim.
4. Plasenta inkreta adalah plasenta yang belum lahir oleh karena villi korialisnya
masuk kedalam lapisan otot rahim.
5. Plasenta perkreta adalah plasenta yang belum lahir oleh karena villi korialisnya
menembus lapisan otot dan mencapai serosa atau menembusnya.
Komplikasi
1. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit
perlepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang
melekat membuat luka tidak menutup.
2. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim
meningkatkan pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre
dari tempat perlekatan plasenta.
3. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus
sedangkan kontraksi pada ostium baik hingga yang terjadi.
4. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami
infeksi sekunder dan nekrosis
5. Syok haemoragik (Manuaba, 2006)
Penatalaksanaan
A. Secara Umum
1. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-
line dengan kateter yang berdiameter besar serta
pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau
larutan ringer laktat yang hangat, apabila
memungkinkan).
2. Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk
mengedan dan jika terasakan plasenta dalam vagina,
keluarkan plasenta tersebut
3. Pastikan kandung kemih sudah kosong.
4. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit
secara Intamuskular, jika belum dilakukan pada kala III.
5. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml
larutan Ringerlaktat atau NaCl 0.9% (normal saline)
sampai uterus berkontraksi.
Next…
6. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil
lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan
uterus.
7. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual
plasenta
8. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan
dapatdikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan
kuretage sisaplasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa
plasenta dilakukan dengankuretase. Kuretase harus
dilakukan di rumah sakit dengan hati-hatikarena dinding
rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase padaabortus.
9. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta,
dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui
suntikan atau per oral.
10. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi
(demam,secret vagina yang berbau), dan untuk pencegahan
infeksi sekunder.(Sulisetiya, 2010).
Penanganan secara khusus
1. Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang
di ambil.
2. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi
plasenta tidak terjadi coba traksi terkontrol tali pusat.
3. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 mL NS/RL dengan 40 tetes permenit.
4. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rektal (sebaiknya
tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang timbul dapat
menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri).
5. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi
dan perdarahan.
6. Lakukan transfusi darah apabila diperlukan.
7. Berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 2g IV/oral+metronidazole 1g
supositorial/oral).
8. segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat,infeksi dan syok
hemoragik.
ALUR PENATALAKSANAAN
RETENSIO PLASENTA
MANUAL PLASENTA

Apa yang Plasenta manual adalah


dimaksud tindakan untuk melepas
dengan plasenta secara manual
plasenta (menggunakan tangan)
manula??? dari tempat implantasi
dan kemudian
melahirkannya keluar
dari kavum uteri (APN,
2008). Plasenta manual
dilakukan apabila terjadi
perdarahan (Saifuddin,
2007).
Faktor Predisposisi

1. Grandemultipara dengan implantasi plasenta


dalam bentuk plasenta adhesive dan plasenta
akreta serta Plasenta inkreta dan plasenta
perkreta.
2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan
menimbulkan perdarahan.
3. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat
diperkirakan :
1. Darah penderita terlalu banyak hilang.
2. Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga
perdarahan tidak terjadi.
3. Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
Indikasi
 Manual Plasenta dengan segera dilakukan :

Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang.

Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc

Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah


jam.
Penatalaksanaan Plasenta Manual (APN, 2008)

 Alat
1. Analgesia atau anastesia
2. Kocher
3. Sarung tangan steril
4. Desinfektan
5. Partus set
6. Kateter
7. Alat dan bahan untuk pemberian cairan
intravena
Persiapan

3. Lakukan 4. Siapkan dan


2. Jelaskan pada
1. Pasang infus set anastesi verbal jelaskan prosedur
ibu prosedur dan
dan cairan infus. atau analgesia per pencegahan
tujuan tindakan.
rectal. infeksi.
Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri

1. Pasang sarung tangan panjang DTT


2. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong
3. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan
sejajar lantai.
4. Secara obstetric masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah) ke
dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
5. Setelah mencapai ujung serviks, minta asisten atau penolong lain untuk memengang klem tali
pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri.
6. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke kavum uteri sehingga
mencapai tempat implantasi plasenta.
7. Bentangkan tangan obstetric menjadi datar seperti posisi jari-jari merapat.
8. Menentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.Bila plasenta
berimplantasi dikorpus belakang, tali pusat tetap di sebelah atas dan sisipkan ujung-ujung jari
tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap
kebawah.Bila korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan sisipkan
ujung-ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan diding uters serta punggung tangan
menghadap ke atas.
9. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka perluas pelepasan
plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri sambil digeserkan ke atas (cranial
ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
10. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk menilai tidak
ada sisa plasenta yang tertinggal.
Next…
11. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segmen bawah uterus)
kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali pusat sambil tangan
dalam membawa plasenta keluar.
12. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisi) uterus kearah
dorso-kranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah
yang telah di sediakan.
13. Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepas) dan peralatan lain yang digunakan.
14. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
15. Cuci tangan dengan prinsip 6 langkah cuci tangan dibawah air mengalir dengan
sabun,kemudian keringkan dengan handuk bersih.
16. Periksa kembali tanda-tanda vital
17. Mencatat kenadaan umum ibu dan laporan tindakan
18. Menulis rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dari asuahan
lanjutan.
19. Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu masih
memerlukan pemantauan dan asuhan lanjutan.
20. Melanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum
 dipindahkan keruang rawat gabung.

Anda mungkin juga menyukai