Anda di halaman 1dari 21

PERDARAHAN PERVAGINA

ANTEPARTUM: PLASENTA PREVIA


Kelompok 3

1. Irine Bella Priastika (2017011952)


2. Keke Jihan Ananda (2017011953)
3. Noor Qonita R (2017011960)
4. Rofianis Zunaini (2017011966)
5. Serla Lydia (2017011968)
6. Sri Setianingsih (2017011972)
Perdarahan Antepartum
Definisi
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam semasa kehamilan di
mana umur kehamilan telah melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari
1000 gram
(Manuaba, 2014).

Perdarahan antepartum (APH) didefinisikan sebagai perdarahan dari jalan


lahir setelah 24 minggu (beberapa penulis mendefinisikan ini sebagai minggu
ke-20, yang lain sampai minggu 28) kehamilan. Hal ini dapat terjadi setiap
saat sampai tahap kedua persalinan selesai.

Plasenta previa merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum.


Plasenta previa adalah plasenta yang menutupi ostium uteri internum baik
sepenuhnya atau sebagian atau yang meluas cukup dekat dengan leher rahim
yang menyebabkan pendarahan saat serviks berdilatasi (Hull et al., 2014).
Plasenta Previa
Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya
bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)
atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri (Prawirohardjo, 2010).
Etiologi
Menurut Manuaba dalam Rohan & Siyoto (2013), penyebab terjadinya
plasenta previa diantaranya adalah mencakup:
1. Perdarahan (hemorrhaging)
2. Usia lebih dari 35 tahun
3. Multiparitas
4. Pengobatan interfetilitas
5. Multiple gestation
6. Erythroblastosis
7. Riwayat operasi/pembedahan uterus sebelumnya
8. Keguguran berulang
9. Status sosial ekonomi yang rendah
10.Jarak antar kehamilan yang pendek
11. Merokok.
Manifestasi Klinis
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang
keluar meleui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir
triwulan ke dua. Ibu dengan plasenta previa pada umunya asimptomatik (tidak
memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan
tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya
perdarahan terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan
seksual dapat menjadi faktor pencetus.Perdarahan terjadi karena pembesaran
dinding rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta
dengan dinding rahim.Koagulapati jarang terjadi pada plasentaprevia.Jika di
dapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka
pemeriksaan Vagina Tousche (pemeriksaan dalam vagina) oleh dokter tidak
boleh di lakukan kecuali di meja operasi mengingat resiko perdarahan hebat
yang mungkin terjadi (Rohan & Siyoto 2013).
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah:hemoglobin, hematocrit
b. Pemeriksaan ultra sonografi, dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan
plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium
c. Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas
panggul ada kelainan letak janin.
d. Pemeriksaan inspekkulo secara hati-hati dan benar, dapat menentukan
sumber perdarahan dari karnalis servisis atau sumber lain (servistis, polip,
keganasan, laserasi/troma) (Rohan & Siyoto, 2013).
Patofisiologi
Perdarahan anterpartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan
menipis.Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena segmen bawah uterus
lebih banyak mengalami perubahan.Pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta
dari diding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta.Perdarahan tidak dapat di hindarkan karena adanya ketidak mampuan
selaput otot segmen baah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak
normal (Rohan & Siyoto 2013).
Komplikasi
Komplikasi plasenta previa yaitu :
1. Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung)
2. Prolaps plasenta
3. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kerokan
4. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
5. Perdarahan setelah kehamilan
6. Infeksi karena perdarahan yang banyak
7. Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar, 2011).
Penatalaksanaan
Secara umum terdapat 3 jenis pengananan plasenta previa, yaitu perawatan
konservatif, persalinan pervaginam, dan persalinan perabdominal.

1. Perawatan konservatif
Perawatan konservatif adalah perawatan yang bertujuan mempertahankan
kehamilan sampai usia kehamilan maksimal. Syarat perawatan konservatif adalah:
• Kehamilan belum cukup bulan
• Perdarahan sedikit (Hb masih normal)
• Tempat tinggal dekat dengan rumah sakit.

Perawatan konservatif dilakukan dilakukan dengan cara:


• Mengistirahatkan ibu hamil
• Memberikan hematinik untuk mengatasi anemia
• Memberikan tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus
• Memberikan antibiotik bila ada indikasi infeksi
• Melakukan pemeriksaan USG
• Melakukan pemeriksaan darah.
Lanjutan Penatalaksanaan
2. Persalian pervaginam
Persalinan pervaginam adalah tindakan melahirkan janin dengan cara persalinan
normal. Persalinan pervaginam dilakukan pada plasenta previa marginalis, plasenta
previa letak rendah, plasenta previa lateralis dengan pembukaan 4 cm atau lebih. Syarat
persalinan pervaginam adalah kehamilan sudah cukup bulan, perdarahan parah dan
janin yang dikadung mati.
3. Persalinan perabdominal
Persalinan perabdominal adalah tindakan melahirkan janin dengan cara operasi SC.
Indikasi operasi SC pada plasenta previa dilakukan pada beberapa kondisi, seperti:
• Plasenta previa totalis
• Plasenta previa lateralis di mana perbukaan masih kurang dari 4 sentimeter
• Perdarahan yang banyak dan tanpa henti
• Presentasi janin yang tidak normal
• Ibu hamil dengan panggul sempit.
Cara ini lebih aman dilakukan pada semua jenis plasenta previa dibandingkan dengan
melahirkan dengan cara normal. Operasi Caesar dapat mengurangi risiko untuk
mengalami perdarahan parah.
Pengkajian
1.Pengumpulan data
b) Anamnesa
1. Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
2. Keluhan utama : Gejala pertama: perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
c) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnyaagar
perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilansekarang.
Riwayat obstetri meliputi:
• Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
• Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
• Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong
persalinan
• Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
• Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
• Komplikasi pada bayi
• Rencana menyusui bayi
2. Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP
ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan
dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
3. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, ataukeduanya.
Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama.
Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang
tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan organ seksual pada janin.
4. Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek
buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan
trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan
Pemeriksaan Fisik
1. Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
• Rambut dan kulit, meliputi
 Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
 Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
 Laju pertumbuhan rambut berkurang.
• Wajah
 Mata : pucat, anemis
 Hidung
 Gigi dan mulut
• Buah dada / payudara
 Peningkatan pigmentasi areola putting susu
 Bertambahnya ukuran dan noduler
Lanjutan
• Jantung dan paru
 Volume darah meningkat
 Peningkatan frekuensi nadi
 Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.
 Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
 Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
 Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan
• Abdomen
 Menentukan letak janin
 Menentukan tinggi fundus uteri
• Vagina
 Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick)
 Hipertropi epithelium
• System musculoskeletal
 Persendian tulang pinggul yang mengendur
 Gaya berjalan yang canggung
 Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis
rectal
2. Khusus
 Tinggi fundus uteri
 Posisi dan persentasi janin
 Panggul dan janin lahir
 Denyut jantung janin
Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang banyak,


COP menurun.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,


perdarahan.

3. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkiri, perdarahan.


4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan O2.
Intervensi
No. Dx Tgl/jam NOC NIC TTD
1 Selasa, 20 Oktober Setelah dilakukukan Manajamen sensasi
2020 tindakan keperawatan 2x24 perifer (2660)
11.10 WIB jam, diharapkan Perubahan 1. Monitor adanya
perfusi jaringan pasthesia dengan tepat
berhubungan dengan (neuropati)
perdarahan yang banyak, 2. Monitor adanya daerah
COP menurun dapat teratasi tertentu yang hanya
dengan kriteria hasil : peka terhadap
Perfusi jaringan perifer : panas,dingin, atau
(0407) : tajam tumpul
1. Tekanan systole dan 3. Batasi gerakan pada
distole dalam rentang kepala, leher, dan
yang diharapkan punggung
2. Tidak merasakan 4. Instruksikan pasien
3. neuropati Kelemahan keluarga untuk
otot-otot pada ekstremitas
sudah mulai berkurang
2 Selasa, 20 Setelah dilakukukan tindakan Manajamen sensasi perifer
Oktober 2020 keperawatan 2x24 jam, (2660)
11.10 WIB diharapkan Perubahan perfusi 1.Monitor adanya pasthesia
jaringan berhubungan dengan dengan tepat (neuropati)
perdarahan yang banyak, COP 2.Monitor adanya daerah
menurun dapat teratasi dengan tertentu yang hanya peka
kriteria hasil : terhadap panas,dingin, atau
Perfusi jaringan perifer : tajam tumpul
(0407) : 3.Batasi gerakan pada kepala,
1.Tekanan systole dan distole leher, dan punggung
dalam rentang yang diharapkan 4.Instruksikan pasien
2.Tidak merasakan neuropati keluarga untuk memeriksa
3.Kelemahan otot-otot pada adanya kerusakan kulit
ekstremitas sudah mulai dengan tepat
berkurang
3 Selasa, 20 Setelah dilakukukan tindakan 1. Gunakan pendekatan
Oktober 2020 keperawatan 2x24 jam, yang menenangkan
11.30 WIB diharapkanAnsietas 2. Menjelaskan status
berhubungan dengan ancaman terkini mengenai
pada status terkiri, perdarahan dan risiko
perdarahandapat teratasi dengan perdarahan serta
kriteria hasil tingkat kecemasan menjelaskan solusi untuk
(1211) : mengatasi perdarahan
1. Pasien sudah tidak cemas
pada ancaman status terkini
perdarahan
2. Tekanan darah pasien
normal
4 Selasa, 20 Setelah dilakukukan tindakan Terapi oksigen (3320)
Oktober 2020 keperawatan 2x24 jam, 1. Berikan oksigen
11.40 WIB diharapkanIntoleransi aktivitas tambahan
berhubungan dengan 2. Konsultasikan
ketidakseimbangan antara suplai dengan tenaga
dan kebutuhan O2 dengan kesehatan lainnya.
kriteria hasil toleransi terhadap Penggunaan
aktivitas (0005) oksigen tambahan
1. Pasien sudah tidak selama kegiatan dan
merasakan sesak nafas tidur
2. Tekanan darah normal 3. Anjurkan pasien
3. Oksigen pasien sudah dan keluarga
normal penggunaan oksigen
dirumah
4. Atur dan anjurkan
pasien mengenai
penggunaan
perangkat oksigen
yang memudahkan
mobilitas

Anda mungkin juga menyukai