Anda di halaman 1dari 18

Pencemaran

Pestisida &
Blooming
Alga
Kelompok 3: Kelvin Imaniar Yoenky (180254241004)
Rahma Sarita (180254241005)
Sri Maharani (180254241006)
Roki Juanda Putra (180254241021)
Anggi Zurmailinia (180254241043)
Nova Avriliani (180254241053) Mata Kuliah:
Pencemaran Laut
PESTISIDA 01
Pestisida substansi kimia dan bahan lain yang juga digunakan di berbagai bidang atau kegiatan,
mulai dari rumah tangga, dan kesehatan. Disamping manfaatnya, pestisida juga berpotensi juga
meracuni dan membasmi makhluk hidup lainnya, termasuk tanaman dan serangga yang berguna,
binatang serta manusia. Hal ini dikarenakan kebanyakan bahan aktif dalam pestisida tidak memiliki
efek toksisitas yang spesifik, sehingga mempengaruhi baik organisme target, non target, manusia
maupun lingkungan dan ekosistem secara keseluruhan (Costa, 2008; Sodiq, 2000; Sexton, et al., 2004
dalam ).

Semua bahan kimia pestisida secara umum menghambat proses metabolisme penting suatu
organisme, oleh karena itu pestisida dianggap sebagai senyawa yang bersifat toksik. Penggunaan
Pestisida sebagai salah satu bahan kimia untuk pencemaran ke dalam lingkungan baik melalui udara,
air maupun tanah dapat berakibat langsung terhadap komunitas hewan, tumbuhan terlebih
manusia.
SUMBER
PENCEMARAN
PESTISIDA
Keberadaan pestisida dalam
perairan laut umumnya terbawa oleh
aliran sungai dan dari atmosfir yang
jatuh bersamaan dengan hujan dan
sebagian besar disumbangkan dari
aktifitas pertanian (Clark, 1989).
DAMPAK PENCEMARAN
PESTISIDA
1. Dampak pada Hewan
Semua bahan kimia pestisida secara umum menghambat
proses metabolisme penting suatu organisme, sehingga
pestisida dianggap sebagai senyawa yang bersifat toksik.

Pestisida yang digunakan pada lahan pertanian, sebagian


atau bahkan seluruhnya akan masuk ke dalam air sehingga
mencemari perairan (Nugroho et al 2015).

Contohnya: Organofosfat (salah satu jenis pestisida), yang


dapat menyebabkan terhambatnya atau hilangnya aktivitas
kolinesterase pada berbagai jaringan ikan karper (Yamin et al.,
1994 dalam Tilak dan Kumari, 2009), dan turunnya aktivitas
enzim asetilkolinesterase pada otak ikan Oreochromis niloticus
Struktur Organofosfat
(Thangnipon et al., 1995).
DAMPAK PENCEMARAN
PESTISIDA
2. Dampak pada Tumbuhan
Bahan-bahan kimia pertanian dari penggunaan pestisida
dapat membuat produksi pertanian meningkat dan lebih
efisien. Tapi pada pengaplikasiannya, penggunaan pestisida di
bidang pertanian hanya sekitar 20% yang tepat sasaran,
sisanya jatuh mencemari tanah dan lingkungan, bahkan
membahayakan manusia.

Pencampuran beberapa jenis pestisida secara berlebihan


untuk membasmi OPT dapat mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan tanaman karena kelebihan takaran pestisida,
dapat merusak tanaman seperti timbul bercak hitam pada Mengeringnya daun pada tanaman
daun atau pun perubahan warna daun dan juga berdampak akibat kelebihan pestisida
kerusakan pada tumbuhan lainnya.
DAMPAK PENCEMARAN
PESTISIDA
3. Dampak pada Manusia
Pestisida masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara, diantaranya
absorpsi melalui kulit, melalui oral baik disengaja atau kecelakaan, dan
melalui pernafasan.

Dampak pestisida terhadap manusia bisa menyebabkan Keracunan kronis


dan Keracunan Akut. Keracunan Kronis dapat ditemukan dalam bentuk
kelainan syaraf dan perilaku (bersifat neuro toksik) atau mutagenitas. Selain
itu ada beberapa dampak kronis keracunan pestisida pada organ paru-paru,
hati, lambung dan usus (Jenni, et al, 2014), serta mempengaruhi kerja sistem
organ seperti sistem syaraf, sistem hormonal, sistem kekebalan tubuh.

Keracunan Akut mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung


dengan pestisida biasanya bersifat iritasi mata, hidung, tenggorokan dan
kulit. Iritasi mata dan kulit
DAMPAK PENCEMARAN
PESTISIDA
4. Dampak pada Lingkungan
Abiotik

Penurunan kualitas air tanah serta kemungkinan


terjangkitnya penyakit akibat pencemaran air merupakan
implikasi langsung dari masuknya pestisida ke dalam
lingkungan.
HAN
PESTISID
A 01 02
Penggunaan Pestisida secara
Pengelolaan Pestisida
Aman
penyimpanan, pembuangan serta Penggunaan secara hati-hati mengingat besarnya
pemusnahan limbah pestisida risiko yang akan diterima oleh masing-masing pihak.

03 04
Pengawasan Penggunaan Sistem Pertanian Back to
Pestisida Nature
Penggunaan pestisida harus dimonitor oleh perwakilan Sistem ini menjadi salah satu solusi untuk mengurangi
WHO pada tingkat nasional untuk membantu penggunaan pestisida dalam bidang pertanian.
pengembangan strategi manajemen resistensi dan
petunjuk penggunaan pestisida secara aman dan Contoh: tidak menggunakan pestisida sebagai
terbatas pemberantas hama.
PENANGGULANGAN PESTISIDA
Untuk mengatasi menumpuknya residu pestisida pada hasil pertanian, telah
dilakukan berbagai usaha baik pada tahap prapanen maupun pada tahap pasca
panen.

Pada saat prapanen, metode yang dilakukan diantaranya adalah:


- penggunaan APH untuk memberantas hama dan melaksanakan sistem
PHT;
- penggunaan pestisida non persisten; dan
- penyemprotan pestisida.

Pada saat pasca panen dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
diantaranya:
- pencucian terhadap hasil pertanian;
- penggunaan ozon dan air terozonisasi;
- pencucian dan perendaman pada air panas;
- penggunaan radiasi ultrasonik yang dikombinasi dengan paparan ozon; dan
- pengaturan pH.
BLOOMING ALGA 02
Algae blooming peristiwa meledaknya populasi alga pada ekosistem perairan
karena meningkatnya kandungan nutrient seperti fosfat dan nitrogen
(Haag, 2017).

Kandungan nitrat dan fosfat yang berlebihan dapat menimbulkan


dampak negatif, yaitu terjadinya ledakan fitoplankton jenis toksik (beracun)
atau disebut dengan Harmful Algal Bloom (HAB).

HAB merupakan pertambahan populasi fitoplankton, yang dapat


menimbulkan kerugian baik pada manusia, biota laut, maupun ekosistem di
sekitarnya (Wiadnyana, 1996; Praseno, 1996; Hallegraeff, 1991 dalam Mulyani
et al., 2012).
SUMBER PENCEMARAN
BLOOMING ALGA
Berdasarkan penyebabnya, peristiwa HAB dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:

1. Peristiwa HAB oleh red tide maker, disebabkan oleh ledakan populasi fitoplankton
berpigmen, sehingga warna air laut akan berubah sesuai dengan warna pigmen pada
spesies fitoplankton tertentu (Praseno, 2000).

2. Peristiwa HAB oleh toxin producer disebabkan metabolit sekunder, yang bersifat toksik
dari fitoplankton penyebab HAB tersebut.

Menurut Irawan et al. (2014), ada 14 jenis fitoplankton yang potensial sebagai HABs, yaitu
Cerataulina bergonii, Nitzschia lanceolata, Pirodinium bahamense, dan Pseudo-nitzchia dari
kelompok bacillariophyceae; Ceratium furca, Ceratium tripos, Dinophysis homunculus,
Gonyaulax apiculata, Gymnodinium, Noctiluca scintilans, Prorocentrum lima, Protoperidinium,
dan Cochlodinium dari kelompok dinophyceae; serta Trichodesmium erythraeum dari
kelompok Cyanophyceae.
DAMPAK PENCEMARAN
BLOOMING ALGA
1. Dampak pada Hewan
Peningkatan kadar nitrat mengakibatkan peningkatan
kelimpahan total fitoplankton (Hasani et al., 2012). Mulyasari
et al. (2003) menyatakan terjadinya blooming fitoplankton
mikroskopis yang hidup di lingkungan perairan dapat
menimbulkan dampak negatif.

Blooming fitoplankton dapat menyebabkan kematian ikan


akibat kekurangan oksigen dan pembusukan.

Matinya ikan akibat


Blooming Alga
DAMPAK PENCEMARAN
BLOOMING ALGA
2. Dampak pada Tumbuhan
Biomassa alga yang mengalami blooming ini akan mengurangi
penetrasi cahaya sehingga biota fotosintetik yang berada
dibawahnya akan mengalami penghambatan pertumbuhan
dan perkembangan, yang pada akhirnya akan menyebabkan
penurunan kekayaan dan keanekaragaman biota (Gravier,
2012).

Blooming alga menyebabkan terjadinya peningkatan respirasi


dan dekomposisi alga. Kedua proses tersebut membutuhkan
oksigen yang banyak sehingga akan berpengaruh terhadap
jumlah oksigen terlarut dalam air. Berkurangnya oksigen
terlarut dalam perairan menjadi faktor penghambat bagi
pertumbuhan dan perkembangbiakan biota lain penyusun Green tides
ekosistem tersebut.
DAMPAK PENCEMARAN
BLOOMING ALGA
3. Dampak pada Manusia
Fenomena blooming alga memberikan dampak yang tidak langsung
bagi kesehatan manusia. Proses pembusukan setelah blooming alga
mengalami antiklimaks akan mengeluarkan senyawa kimia beracun,
menghasilkan bau busuk dan diiringi juga dengan berkembangnya
bakteri-bakteri patogen penyebab penyakit (Gravier, 2012).

Alga mati yang terdampar akan meningkatkan senyawa tertentu


seperti hidrogen sulfida, dan senyawa dengan penyusun utama N
dan P di udara maupun di tanah. Hal ini dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan seperti hujan asam dan polusi (di pantai
maupun air tanah). Konsentrasi hidrogen sulfida dapat
menyebabkan keracunan bahkan kematian pada binatang dan
manusia.
DAMPAK PENCEMARAN
BLOOMING ALGA
4. Dampak pada Lingkungan
Abiotik
Dampak dari Blooming alga salah satunya menyebabkan
berubahnya warna suatu perairan merah, coklat, hijau atau
biru dan juga menyebabkan kandungan oksigen dalam
suatu perairan akan berkurang drastis.
PENCEGA
HAN
BLOOMIN 01 02
G ALGA Melakukan Aerasi
Pengendalian Pupuk pada
Tambak
Penambahan Aerasi disekitar
Mengurangi pemakaian yang berlebihan
tambak

03
Menaikkan Salinitas
Beberapa jenis fitoplankton
diketahui tidak tahan terhadap
salinitas tinggi.
PENANGGUL
ANGAN
BLOOMING
01 02
ALGA Penggunaan Deterjen
Penggunaan Detergen atau
Sabun yang bebas kandungan
Pembersihan Alga
Pembersihan alga secara manuak dan secara massal
fosfat

Anda mungkin juga menyukai