Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

COR PULMONAL

Disusun Oleh :
Nama : LIANDA
Nim : 191440119
Prodi : Keperawatan Pangkalpinang
Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah 1
Dosen Pembimbing: Ns. Ade Sukarna, M.Kep, Sp.Kep.,MB
Definisi

 Kor pulmonal merupakan keadaan hipertrofi ventrikel kanan akibat suatu penyakit yang
mengenai fungsi atau struktur jaringan paru, tidak termasuk didalamnya kelainan jantung kanan
akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri atau akibat penyakit jantung bawaan (Muttaqin, 2008)

 Kor pulmonal di sebut juga penyakit jantung pulmunal, terdiri dari perbesaran ventrikel kanan
(hipertrofi, dilatasi atau keduanya).
 Kor pulmonale adalah sekunder akibat hipertensi pulmonalis yang di sebabkan oleh gangguan
pada paru-paru atau dinding dada. (Gede & Efenndi, 2004)
Etiologi

Secara umum kor pulmonal disebabkan oleh hal-hal berikut ini

1. Penyakit paru paru yang merata

Terutama emfisema, bronkhitis kronis (COPD), dan fibroris akibat TB

2. Penyakit pembuluh darah paru.

Terutama thrombosis dan embolus paru, fibrosis akibat penyinaran yang menyebabkan penurunan elastisita pembuluh darah paru

3. Hipoventilasi alveolar menahun.

Yaitu semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada normal, seperti:

a. Penebalan pleura bilateral.

b. Kelainan neuromuscular, misalnya poliomyelitis dan distrofi otot.

c. Kifoskoliosis yang mengakibatkan penurunan kapasitas rongga torak sehingga pergerakan torak berkurang. (Somantri, 2012)
Klasifikasi

Secara umum cor pulmonale dibagi menjadi dua bentuk :

1. Cor Pulmonale Akut

yaitu dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan dekompensasi

2. Cor Pulmonale kronik


Merupakan jenis cor pulmonale yang paling sering terjadi. Dinyatakan sebagai hipertropi ventrikel
kanan akibat penyakit paru atau pembuluh darah atau adanya kelainan pada toraks, yang akan
menyebabkan hipertensi dan hipoksia sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan. ( Somsntri, 2012 :
131)
Tanda Gejala / Manifestasi Klinis

Gejal klinis yang muncul pada klien dengan penyakit kor pulmonal adalah sebagai
berikut:

1. Sesuai dengan penyakit yang melatarbelakangi, missal COPD akan menimbulkan


gejala nafas pendek, dan batuk.

2. Gagal ventriel kanan akan muncul edema, distensi vena leher, liver palpable, efusi
pleura, asites, dan murmur jantung.

3. Sakit kepala, confussion, dan somnolen terjadi akibat peningkatan PCO2.


(Somantri, 2012)
Patofisiologi

Penyakit paru kronis akan mengakibatkan

1. Berkurangnya “vascular bed” paru, dapat disebabkan oleh semakin


terdesaknya pembuluh darah oleh paru yang mengembang atau kerusakan paru.

2. Asidosis dan hiperkapmia

3. Hipoksia alveolar, yang akan merangsang vasokonstriksi pembulu paru.

4. Polistemia dan hiperviskositas darah. Kelainan ini akan menyebabkan


timbulnya hipertensi pulmonale (perjalanan lambat) dalam jangka panjang
akan mengakibatkan hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanandan kemudian akan
berlanjut menjadi gagal jantung kanan. (Setiati, 2014:1251)
KOMPLIKASI

Komplikasi dari cor pulmonal diantaranya: 

a.Sinkope

b.Emfisema

c. Gagal jantung kanan

d.Edema perifer

( Wahid dan Suprapto, 2013:120


Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi

Batang pulmonal dan hilus membesar. Perluasan hilus dapat di hitung dari perbandingan jarak antara permulaan percabangan pertama arteri pulmonalis
utama kanan dan kiri di bagi dengan diameter transversal toraks. Perbandingan > 0,36 menunjukkan hipertensi pulmonal.

2. Ekokardiografi
Ekokardiografi memungkinkan pengukuran ketebalan dinding ventrike kanan. Meskipun perubahan volume tidak dapat diukur, teknik ini dapat
memperlihatkan pembesaran kavitas vertrikel kanan dalam hubungannya dengan memperbesar ventrikel kiri. Septum interventrikel dapat tergeser ke
kiri.

3. Magnetic resonance imaging (MRI)

Berguna untuk mengukur massa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume kavitas, dan jumlah darah yang dipompa.

4. Biopsi paru-paru

Dapat berguna untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru-paru seperti penyakit vaskuler kolagen, artritis rheumatoid,
dan granulomatosis wagener.
Penatalaksanaan Medis

1. Pada pasien dengan penyakit asal COPD : pemberian O2 sangat dianjurkan untuk
memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan arteri puhnonal serta tahanan
vaskuler pulmonal.

2. Higienis bronkhial : diberikan obat golongan bronkodilator.

3. Jika terdapat gejala gagal jantung : perbaiki kondisi hipoksemia dan hiperkapnia.

4. Bed rest, diet rendah sodium, pemberian diuretik.

5. Digitalis : bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut


jantung, selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.
Pathway
Penyakit paru menahun dengan hipoksia
Kelainan dinding dada
Gangguan mekanisme control pernapasan
Obstruksi saluran napas atas pada anak
Kelainan primer pembuluh darah

Perubahan anatomi pembuluh


Perubahan fungsional paru
darah paru

Pengurangan jaringan vaskular Hipoksia dan hiperkapnea


paru

Asidosis

Polisitemia
Vasokonstriksi arteri pulmonal

Peningkatan resistensi vascular paru

Hipertensi pulmonal

Hipertensi ventrikel kanan

Kor pulmonal
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

a. Data / identitas klien

Nama, Jenis kelamin, Usia (terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak, paling sering ditemukan adalah pada lansia
karena sering didapati dengan kebiasaan merokok dan terpapar polusi), Suku atau Bangsa, Alamat, Agama, Pendidikan,
Ras, dan Perkawinan.

b. Keluhan Utama

Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yang
tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul
Lanjutan...

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit seperti penyakit paru obstruktif

kronik (PPOK), fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah klien dengan

riwayat hipertensi pulmonal.

E. Riwayat Penyakit Keluarga

Membahas tentang riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga atau adanya

keluarga yang menderita penyakit kor pulmonal.


Lanjutan...

11 Pola Gordon

1. Pola persepsi dan kesehatan

Bagaimana pasien menanggapi sakit yang dideritanya dan apa yang dilakukan pasien untuk mengobati penyakitnya

2. Pola nutrisi dan metabolic

Pada klien dengan cor pulmonal biasanya mengeluh nafsu makan menurun

3. Pola eliminasi

Perlu dikaji pola BAK dan BAB pada pasien cor pulmonal apakah terdapat gangguan atau tidak

4. Pola aktivitas dan latihan

Adanya sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas serta latihan dalam kehidupan sehari-hari
Lanjutan...

5. Pola tidur dan istirahat

Adanya sesak napas dan nyeri dada mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.

6. Pola hubungan dan peran

Klien dengan cor pulmonal akan mengalami gangguan pada pola peran

7. Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) apakah terdapat gangguan ataupun tidak
ada gangguan.

8. Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya
Lanjutan...
9. Pola reproduksi dan seksual

Pada penderita penyakit cor pulmonal pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena kondisi psien yang lemah.

10. Pola mekanisme koping-stress

Adanya proses pengobatan dan perawatan akan mengakibatkan stress pada penderita akibat kecemasan.

11. Pola tata nilai dan kepercayaan

Karena sesak napas dan nyeri dada menyebabkan terganggunya aktivitas ibadah klien.
Lanjutan...

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran

interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.

b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan sempitnya lapang respirasi dan penekanan toraks.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan

d. Intoleransi aktifitas   berhubungan dengan kelemahan fisik dan keletihan.


Lanjutan...
3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan
No. Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji fungsi pernafasan contoh 1. Berguna dalam evaluasi
gas berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 bunyi nafas, kecepatan, irama derajat distress pernapasan dan
hipoksemia secara jam, pasien dapat dan kedalam dan penggunaan atau kronisnya proses
reversible/ menetap, mempertahankan tingkat otot aksesori pernafasan. penyakit.
refraktori dan kebocoran oksigen yang adekuat 2. Posisikan semi fowler. Dorong 2. Pengiriman oksigen dapat
interstisial untuk keperluan tubuh nafas perlahan atau nafas bibir diperbaiki dengan posisi duduk
pulmonal/alveolar pada dengan kriteria hasil: sesuai kebutuhan atau toleransi tinggi dan latihan nafas untuk
status cedera kapiler 1. Klien tidak mengalami individu. menurunkan kolaps jalan
paru. sesak napas. 3. Auskultasi bunyi nafas, catat nafas, dispnea dan kerja nafas.
2. Tanda-tanda vital dalam area penurunan aliran udara 3. Bunyi nafas mungkin redup
batas normal dan/atau bunyi tambahan. karena aliran udara atau area
3. Tidak ada tanda-tanda 4. Anjurkan pasien untuk konsolidasi. Adanya mengi
sianosis. membatasi aktifitasnya mengindikasikan secret.
4. Pao2 dan paco2 dalam 5. Kolaborasi: Krekel basah menyebar
batas normal Berikan oksigen tambahan yang menunjukkan cairan pada
5. Saturasi O2 dalam sesuai dengan indikasi hasil intertisial/dekompensasi
rentang normal GDA dan toleransi pasien. jantung.
4. Dengan membatasi aktivitas
dapat mengurangi sesak pasien
5. Dapat memperbaiki/mencegah
memburuknya hypoxia.
Lanjutan...

2 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Obserfasi TTV (RR atau 1. Mengetahui keadekuatan
napas berhubungan keperawatan selama 3x24 frekuensi permenit) frekuensi pernapasan dan
dengan sempitnya jam diharapkan pola nafas 2. Berikan posisi fowler atau semi keefektifan jalan napas
lapang respirasi dan klien efektif dengan kriteria fowler 2. Memaksimalkan ekspansi
penekanan toraks. hasil: 3. Ajarkan teknik napas dalam dan paru, menurunkan kerja
1. Pasien menunjukkan atau pernapasan bibir pernapasan, dan menurunkan
frekuensi pernapasan 4. Kolaborasi pemberian oksigen resiko aspirasi
yang efektif. tambahan 3. Membantu meningkatkan
2. Pasien bebas dari difusi gas dan ekspansi jalan
dispnea, sianosis, atau napas kecil, memberika pasien
tanda-tanda lain distress beberapa kontrol terhadap
pernapasan pernapasan, membantu
menurunkan ansietas.
4. memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas
Lanjutan...

3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor berat badan pasien 1. Mengetahui perkembangan
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 2. Anjurkan pasien makan makanan asupan nutrisi pasien
kebutuhan tubuh jam, diharapkan nafsu dalam porsi kecil tapi sering 2. Menjaga asupan nutrisi pasien
berhubungan dengan makan membaik dengan 3. Sajikan makanan dalam keadaan 3. Diharapkan dapat
penurunan nafsu makan kriteria hasil: menarik meningkatkan selera makan
1. Gizi untuk kebutuhan 4. Anjurkan pasien untuk menjaga pasien
metabolik terpenuhi kebersihan mulut 4. Menghindari rasa mual
2. Massa tubuh dan berat 5. Beri penjelasan pada klien untuk sehingga diharapkan dapat
badan klien berada dalam mengubah kebiasaan makan. menambah rasa
batas normal. 6. Kolaborasi dengan ahli gizi 5. Agar pasien mau memenuhi
dalam menentukan kebutuhan diet yang disarankan untuk
protein untuk klien. kebutuhan nutrisi dalam
metabolisme
6. Agar bisa lebih tepat
memberikan diet kepada
pasien sesuai zat gizi dan
kalori yang dibutuhkan
Lanjutan...

4. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji respon pasien terhadap 1. Menetapkan kemampuan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 aktifitas, catat laporan dispnea, kebutuhan pasien dan
kelemahan fisik dan jam, diharapkan aktivitas peningkatan memudahkan pilihan
keletihan kembali normal dengan kelemahan/kelelahan dan intervensi
kriteria hasil, klien akan : perubahan tanda vital selama 2. Tirah baring dipertahankan
1. Menunjukkan dan setelah aktifitas. selama fase akut untuk
peningkatan toleransi 2. Jelaskan pentingnya istirahat menurunkan kebutuhan
terhadap aktifitas yang dalam rencana pengobatan dan metabolik menghemat eneri
dapat diukur dengan perlunya keseimbangan aktifitas untuk penyembuhan.
tidak adanya kelelahan dan istirahat. 3. Meminimalkan kelelahan dan
berlebihan dan tanda vital 3. Bantu aktifitas perawatan diri membantu keseimbangan
dalam rentang normal. yang diperlukan, berikan suplai dan kebutuhan oksigen.
kemajuan aktifitas selama fase
penyembuhan
Lanjutan...

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan upakan langka ke empat dalam proses

keperawatan dengan melaksanakanberbagai strategi keperawatan ( tindakan

keperawatan ) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keprawatan.


Lanjutan...

5. Evaluasi Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia secara reversible/ menetap, refraktori dan kebocoran
interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.

 Rencana Evaluasi :

S : pasien mengatakan sesaknya sudah mulai berkurang

O : RR 28x/menit, tidak menggunakan otot bantu pernafasan.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sempitnya lapang respirasi dan penekanan toraks.

 Rencana Evaluasi :

S : pasien mengatakan sesaknya sudah berkurang.

O : RR normal (16-20x/menit), tidak menggunakan otot bantu pernafasan dan cuping hidung, tidak menggunakan oksigen
Lanjutan...

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan

 Rencana Evaluasi :

S : pasien mengatakan sudah bisa makan sedikit-sedikit

O : makanan yang diberikan rumah sakit telah dihabiskan setengah porsi oleh pasien

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan keletihan

 Rencana Evaluasi :

S : pasien mengatakan badannya terasa segar dan tidak lemah lagi dan mulai bisa bangun dari tempat tidur serta
beraktivitas kecil di tempat tidur.

O : k/u baik, TD normal (120/80 mmHg), HR normal (60-100x/menit), RR normal (16-20x/menit), tidak menggunakan
oksigen, klien terlihat dapat berjalan sendiri menuju kamar mandi tanpa bantuan
Daftar Pustaka

A Sovari, Ali.2009.Cor Pulmonal.(online),emedicine.medscape.com,7 Oktober 2009

Doenges, Marylinn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Ketiga. EGC, Jakarta

Boughman, Diane C & Hackley, Joann C.2000.Buku Saku Keperawatan Medical Bedah.Jakarta:EGC

Wilkinson, Judith. M.2002.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria

NOC.EGC:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai