Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA “NY.

F” DENGAN GANGGUAN
SISTEM RESPIRASI : TUBERCULOSIS PARU DI DESA
UJUNGE KEC. TANASITOLO KAB. WAJO
TANGGAL 06 S/D 09 JULI 2020

KARYA TULIS ILMIAH


DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN PADA PROGRAM D.III KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB WAJO

AHMAD ADYAKBAR
NIM : 17.993

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB WAJO


SENGKANG
2020
LATAR BELAKANG

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi akibat kuman


Mycbacterium tuberculosis yang bersifat sistematis
(menyeluruh) sehingga dapat mengenai hampir selurh
oragan tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru-paru
yang biasanya merupakan lokasi infeksi yang pertama
kali terjadi.
Adapun data yang diperolah dari berbagai registrasi
catatan Medical Record Puskesmas Kec. Tanasitolo
jumlah penderita Tuberculosis Paru pada tahun 2019
jumlah penderita sebanyak 89 orang, sedangkan pada
januari S/D juli 2020 jumlah penderita sebanyak 34
orang
TUJUAN PENULISAN

Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran umum tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. “F”
dengan gangguan sistem respirasi : Tuberculosis Paru
Di Desa Ujunge Kec. Tanasitolo Kab. Wajo.
Tujuan Khusus

1. Membandingkan antara data yang tercantum dalam teori dan data


dari hasil pengkajian pada kasus gangguan sistem sistem respirasi
: Tuberculosis Paru Di Desa Ujunge Kec. Tanasitolo Kab. Wajo.
2. Membandingkan antara diagnosa keperawatan yang terdapat
dalam teori dan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada
kasus gangguan sistem sistem respirasi : Tuberculosis Paru Di
Desa Ujunge Kec. Tanasitolo Kab. Wajo.
3. Membandingkan antara rencana keperawatan yang tercantum
dalam teori dengan rencana keperawatan yang direncanakan pada
kasus gangguan sistem sistem respirasi : Tuberculosis Paru Di
Desa Ujunge Kec. Tanasitolo Kab. Wajo.
4. Membandingkan antara tindakan keperawatan yang
tercantum dalam teori dengan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada kasus gangguan sistem sistem respirasi :
Tuberculosis Paru Di Desa Ujunge Kec. Tanasitolo Kab.
Wajo.
5. Membandingkan antara evaluasi keperawatan yang
tercantum dalam teori dengan evaluasi hasil tindakan
keperawatan yang ditemukan pada kasus gangguan sistem
sistem respirasi : Tuberculosis Paru Di Desa Ujunge Kec.
Tanasitolo Kab. Wajo.
6. Menerapkan pendokumentasian pada kasus gangguan
sistem respirasi : Tuberculosis Paru Di Desa Ujunge Kec.
Tanasitolo Kab. Wajo.
1. PENGERTIAN TUBERKULOSIS PARU

Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit infeksi menular


yang dapat menyerang parenkim paru-paru, disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis (Somantri, 2012).

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang
menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh
lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan
dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit
(Nurarif & Kusuma 2015).
2. ETIOLOGI

Penyebab tuberculosis adalah Mycobcterium Tuberculosis.


Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan
pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua
macam micobacteria tuberculosis yaitu tipe Human dan
Tipe Bovin. Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi yang
menderita masitis tuberculosis usus. Basil Tipe Human
bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udara yang
berasal dari penderita TBC, dan orang terkena rentan
terinfeksi bila menghirupnya (Nurarif & Kusuma, 2015).
3. INSIDEN

Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada


tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin,
jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih
besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei
Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih
tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di
negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki
lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan
kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan
bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak
68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok.
4. MANIFESTASI KLINIK

1. Batuk-batuk berdahak lebih dari 4 minggu.


2. Batuk mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan
darah
3. Dada terasa sakit atau nyeri
4. Terasa sesak waktu bernafas
5. Suhu badan meningkat
6. Nafsu makan berkurang
7. Badan mengurus.
5. PENATALAKSANAAN MEDIK

a. Pemeriksaan kontak
Pemeriksaan kontak yaitu pemeriksaan terhadap individu
yang bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru
BTA positif. Pemeriksaan meliputi test tuberkulin, klinis
dan radiologis. Bila test tuberkulin positif, maka
pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan
12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG
vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil test
tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
b. Mass chest x-ray

Mass chest x-ray yaitu pemeriksaan massal terhadap


kelompok-kelompok populasi tertentu.
c. Vaksinasi BCG

Vaksin Bacille Calmette Guerin (BCG), satu bentuk strain


hidup basil TB sapi yang dilemahkan adalah jenis vaksin
yang paling banyak dipakai diberbagai Negara. Pada
vaksinasi BCG, organisme ini disuntikan ke kulit untuk
membentuk vokus primer yang berdinsing, berkapur dan
berbatas tegas. BCG tetap berkemampuan untuk
meningkatkan resistensi imunologis pada hewan dan
manusia. Infeksi primer dengan BCG memiliki
keuntungan dari pada infeksi dengan organisme virulent
karena tidak menimbulkan penyakit pada penjamunya.
d. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5
mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan
menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri
yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer
atau utama adalah bayi yang menyusui pada ibu
dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis
sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
e. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang
penyakit tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat
Puskesmas maupun di tingkat rumah sakit oleh
petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Paru
Indonesia—PPTI)
6. Definisi Lansia

Lansia diakatakan sebagai tahap akhir perkembangan


pada daur kehidupan manusia. Menurut UU No.
13/Tahun1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan
bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun (Dewi, S., R. 2015)
7. TIPE-TIPE LANSIA

a. Tipe arif bijaksana


Lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan
menjadi panutan.
b. Tipe mandiri

Lansia kini senang mengganti kegiatan yang hilang


dengan kegiatan yang baru, selektif dalam mencari
pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi
undagan.
c. Tipe tidak puas

Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin,


menetang proses penuaan yang menyebabkan
kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi,
pemarah, tidak sabar, mundah tersinggung, menuntut,
sulit dilayani, dan pengkritik.
d. Tipe pasrah

Lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib


baik, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki,
melakukan berbagai jenis pekerjaan.
e. Tipe bingung
lansia yang sering kaget, kehilangan kepribadian,
mengansingkan diri, merasa minder, menyesal,
pasif, acuh tak acuh
8. DEFINISI MENUA
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi
di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada satu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
WHO dan UU Nomor 13/Tahun 1998 menyebutkan
bahwa 60 tahun merupakan usia permulaan tua. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang
berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang
kumulatif, merupakan proses penurunan daya tahan tubuh
dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
yang berakhir dengan kematian
9. Indentitas Klien
Nama : Ny”F”
Umur : 64 tahun
Tempat asal : Desa Ujunge
Jenis kelamin : Perempuan
Keluarga yang dapat dihubungi : Anak
Identitas Keluarga
Pasangan hidup : Tn”D”
Umur : Sudah meninggal
Pekerjaan : Tidak bekerja
Meninggal/Hidup : Meninggal
Tahun meninggal : 2013
10. Status Kesehatan Saat Ini
Klien mengatakan mengalami betuk-batuk disertai
lendir, klien mengatakan nafsu makan menurun serta
merasa cepat kenyang, dan klien mengatakan jika
makan sering tidak menghabiskan porsi makannya,
klien mangatakan mengalami susah tidur sejak 1
minggu yang lalu diakibatkan karena anak-anak di
dekat rumah nya ribut saat jam tidur malam dan klien
mengatakan sering terbagun.
11. DATA FOKUS
• DATA SUBJEKTIF
a. Klien mengatakan mengalami betuk-batuk disertai lendir.
b. Klien mengatakan nafsu makan menurun serta merasa cepat kenyang.
c. Klien mengatakan jika makan makan sering tidak menghabiskan porsi
makannya.
d. Klien mangatakan mengalami susah tidur sejak 1 minggu yang lalu.
e. Klien mengatakan sering terbagun.
f. Klien mangatakan pernah menderita Tuberculosis dan menjalani
pengobatan 6 bulan pada tahun 2015.
•DATA OBJEKTIF
a.Keadaan umum lemah
b.Tingkat kesadaran composmentis
c.TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 80 kali/menit
P : 20 kali/menit
S : 36o C
d.Klien nampak batuk
e.Klien mengeluarakan sputum saat batuk.
f.Terdapat Suara Nafas Tambahan Ronkhi.
g.Porsi makan tidak dihabiskan.
h.Nafsu Makan Klien Menurun.
i.Tidak ada retraksi
j.BB : 40 kg
k.Tidur malam 3-4 jam perhari.
12.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sekret berlebihan
ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan mengalami betuk-batuk disertai lendir.
DO :
-Klien nampak batuk
- Terdapat suara nafas tambahan : ronkhi
- Klien mengeluarakan sputum saat batuk
- TD : 110/70 mmHg
N : 80 kali/menit
P : 20 kali/menit
S : 36o C
• Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia ditandai
dengan :
DS :
- Klien mengatakan nafsu makan menurun serta merasa cepat
kenyang
- Klien mengatakan jika makan makan sering tidak
menghabiskan porsi makannya.
DO :
- Keadaan umum lemah
- Porsi makan tidak dihabiskan
- Nafsu makan klien menurun.
- BB : 40 kg
• Gangguan pola tidur b/d kebisingan ditandai dengan :
DS :
- Klien mangatakan mengalami susah tidur sejak 1
minggu yang lalu.
- Klien mengatakan sering terbagun.
DO :
- Keadaan umum lemah
- Tidur malam 3-4 jam perhari
13. HASIL
a.Pengkajian Keperawatan
Dari hasil pengkajian keperawatan selama 4 hari sejak
tanggal 06 s/d 09 Juli 2020 bila ditinjau dari sudut
pandang medis maupun keperawatan maka ditemukan
adanya kesenjangan teori dan kasus.
b.Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian keperawatan selama 4 hari sejak
tanggal 06 s/d 09 Juli 2020 bila ditinjau dari sudut
pandang medis maupun keperawatan maka ditemukan
adanya kesenjangan teori dan kasus.
c. Rencana Keperawatan
Dalam penyusunan rencana keperawatan tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus, penulis menyusun rencana
keperawatan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dan
tergantung pada situasi kondisi klien, demikian pula dalam
menentukan pencapaian kreteria tujuan yang dilaporkan sesuai
dengan keadaan klien, tanpa mengabaikan tersedianya sarana dan
prasarana yang dapat membantu serta menjaga privacy klien.
d. Tindakan Keperawatan
Pada saat pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara teori dan kasus, karena semua
intervensi yang direncakan dapat dilaksanakan pada asuhan
keperawatan pada klien “Ny.F”, dan pada saat pelaksanaan
tindakan keperawatan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
klien pada saat pelaksanaan tindakan saat itu, memungkinkan
ditambah dengan dukungan dan partisispasi dari pihak keluarga
klien.
e. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa I : Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sekret berlebihan.
Masalah belum teratasi pada perawatan hari ke 1 s/d 3 tanggal 07 s/d 09
Juli 2020 ditandai dengan subjektif klien mengatakan masih batuk disertai
lendir.
Diagnosa II : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia.
Masalah belum teratasi pada perawatan hari ke 1 s/d 3 tanggal 07 s/d 09
Juli 2020 ditandai dengan subjektif klien mengatakan tidak nafsu makan dan
tidak menghabiskan porsi makanannya.
Diagnosa III : Gangguan pola tidur b/d kebisingan.
Masalah teratasi karena pada perawatan ke 3 tanggal 09 Juli 2020 ditandai
dengan data-data yang menunjang seperti subjektif klien mengatakan
sudah nyenyak tidur dan objektif klien tidur 6-8 jam sehari.
f. Pendokumentasian
Dalam proses pendokumentasian kasus “Ny.F” dengan
gangguan sistem pernafasan : Tuberculosis Paru, penulis
menggunakan 4 teknik pengumpulan data yaitu studi
kepustakaan, studi kasus, interview (wawancara),
observasi, dan diskusi, semuanya dilakukan tanpa ada
hambatan karena kondisi klien yang memungkinkan serta
adanya dukungan keluarga klien yang turut berpartisipasi
serta tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.
14.Kesimpulan
a. Pada pengkajian keperawatan pada klien “Ny.F”
dengan gangguan sistem pernafasan : Tuberculosis Paru
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
b. Pada diagnosa keperawatan pada klien “Ny.F” dengan
gangguan sistem pernafasan : Tuberculosis Paru
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
c. Pada perencanaan keperawatan pada klien “Ny.F”
dengan gangguan sistem pernafasan : Tuberculosis Paru
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus.
d. Pada pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien “Ny.F”
dengan gangguan sistem pernafasan : Tuberculosis Paru
tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
e. Pada evaluasi keperawatan pada klien “Ny.F” dengan
gangguan sistem pernafasan : Tuberculosis Paru tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
f. Pendokumentasian asuhan keperawatan sangat penting
demi pelaksanaan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, mulai dari pengkajian, analisa data,
menetapkan diagnosa, perencanaan tindakan yang akan
dilakukan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi
keperawatan dapat didokumentsikan dengan baik sesuai
dengan landasan teori yang ada.
15.SARAN
a. Bidang Unit Pelayanan Kesehatan
Diharapkan agar mendukung pelaksanaan asuhan
keperawatan dan peningkatan pengetahuan perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif guna meningkatkan pelayanan kesehatan.
b. Bidang Akademik
Diharapkan dalam meningkatkan IPTEK keperawatan
dan menjadi masukan bagi institusi khususnya pada
teman-teman yang akan melaksanakan studi kasus
selanjutnya mengenai Tuberculosis Paru.
c. Klien dan Keluarga
Diharapkan agar klien dan keluarga dapat terlibat dalam
proses pelaksanaan asuhan keperawatan dan sekaligus
mendapatkan pengetahuan dalam merawat anggota
keluarganya yang sakit.
d. Perkembangan Profesi Keperawatan
Diharapkan kemampuan menerapkan konsep
keperawatan yang didapatkan selama pendidikan lebih
baik lagi dan dapat meningkatkan kemampuan dalam
membuat asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai