Anda di halaman 1dari 24

PPh Ps 24 dan PPh Ps 25

Mega Arisia Dewi, S.E., M.S.A


PPh Ps 24
• Pajak Penghasilan Pasal 24 (PPh Pasal 24) mengatur tentang hak wajib
pajak untuk memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri. Hal ini
bertujuan supaya wajib pajak tidak terkena pajak ganda seperti uraian
di atas.
• PPh Pasal 24 mengatur tentang nominal pajak yang dibayarkan di luar
negeri yang berfungsi sebagai pengurang nilai pajak terutang yang
dimiliki di Indonesia.
• Dengan kata lain, jumlah pajak yang harus dibayar di Indonesia dapat
dikurangi dengan jumlah pajak yang telah mereka bayar di luar negeri.
• Syarat utamanya adalah nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi
utang pajak yang ingin dibayar di Indonesia.
Sumber Penghasilan Luar Negeri yang Bisa Dijadikan Pengurang Pajak di Dalam
Negeri

• Setelah melihat pengertian di atas, untuk selanjutnya, sumber penghasilan dari mana sajakah
yang bisa dijadikan pengurang nilai pajak tersebut? PPh Pasal 24 mengatur beberapa sumber
penghasilan berikut yang bisa dikreditkan sebagai pengurang pajak di dalam negeri.
1. Penghasilan dari saham dan surat berharga lainnya.
2. Keuntungan dari pengalihan saham dan surat berharga lainnya.
3. Pendapatan lain yang berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan
harta benda bergerak.
4. Pendapatan yang berupa sewa terkait dengan penggunaan harta benda tidak bergerak.
5. Jasa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
6. Semua keuntungan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri.
7. Keuntungan dari keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di perusahaan
pertambangan.
8. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari Bentuk Usaha Tetap (BUT).
Metode Kredit Terbatas dalam PPh Pasal 24

• PPh Pasal 24 mengatur tentang pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas
penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap
pajak yang terutang di Indonesia. Karena itu, pajak ini langsung dikenakan atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak. Di luar itu tidak bisa dijadikan pengurang pajak.
Hal ini yang dikenal sebagai metode kredit terbatas (ordinary credit method/limited credit
method).

• Besarnya PPh Pasal 24 menurut metode kredit terbatas bisa dihitung dengan perhitungan:

Penghasilan Neto Negara A


-------------------------------------- X PPh Terutang
Penghasilan Kena Pajak
Ilustrasi Perhitungan Pengurangan Pajak Penghasilan dari Luar Negeri

• PT Boy Thohir di Indonesia adalah pemegang saham mayoritas atas Newcastle United di
Inggris. Selama tahun 2018, PT Boy Thohir memperoleh keuntungan sebesar USD 500.000.
Ketentuan Pajak Penghasilan yang berlaku di Inggris adalah 48% dan Pajak Dividen adalah 38%.
Terdapat dua perhitungan yang digunakan di sini: pajak atas dividen dan pajak atas penghasilan.
• Penghitungan pajak atas dividennya adalah sebagai berikut.
Keuntungan Newcastle United USD 500.000.
Pajak Penghasilan (Corporate Income Tax) atas Newcastle United (48%) USD 240.000 (‐) USD
260.000.
Pajak atas dividen (38%) USD 98.800 (‐) dividen yang dikirim ke Indonesia adalah sebesar USD
161.200.
Ilustrasi Perhitungan Pengurangan Pajak Penghasilan dari Luar Negeri

• Hanya pajak yang langsung dikenai atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh di luar negeri (dalam contoh tersebut sebesar USD 98.800) saja
yang bisa dikreditkan kepada pajak terhutang di dalam negeri. Di luar itu,
Pajak Penghasilan (Corporate Income Tax) atas Newcastle United sebesar
USD 240.000 tidak dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang
terutang. Hal ini terjadi karena pajak sebesar USD 240.000 tersebut tidak
dikenakan langsung atas penghasilan yang diterima atau diperoleh PT
Boy Thohir dari luar negeri. Tetapi, pajak yang dikenai atas keuntungan
Newcastle United di Inggris.
Ilustrasi Perhitungan PPh Ps 24

• PT AAA di tahun 2018 memperoleh penghasilan neto dari


dalam negeri sebesar Rp3.500.000.000 (Rp3.5 miliar) dan dari
luar negeri sebesar Rp1.000.000.000 (Rp1 miliar).

• Asumsi: pajak di luar negeri = 20%


Ilustrasi Perhitungan PPh Ps 24

Total penghasilan
Penghasilan Dalam Negeri = Rp3.500.000.000
Penghasilan Luar Negeri = Rp1.000.000.000
Total Penghasilan = Rp4.500.000.000

Total PPh terutang


25% x Rp4.500.000.000 = Rp1.125.000.000

PPh maksimum yang dapat dikreditkan:


= (penghasilan luar negeri : total penghasilan) x total PPh terutang
= (Rp1.000.000.000 : Rp4.500.000.000) x Rp1.125.000.000
= Rp250.000.000
Ilustrasi Perhitungan PPh Ps 24

PPh terutang yang dipotong di luar negeri:


20% x Rp1.000.000.000 = Rp200.000.000
Kesimpulan PPh Pasal 24
PPh terutang yang sudah dibayarkan di luar negeri adalah sebesar Rp250.000.000
sehingga jumlah inilah yang dapat digunakan wajib pajak gunakan sebagai kredit
pajak dalam negeri.
Teknis Proses Pengkreditan Pajak Luar Negeri terhadap Pajak Terutang di Dalam
Negeri

• Teknis proses pengkreditan pajak luar negeri terhadap pajak terutang di dalam
Negeri diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164/KMK.03/2002
sebagai berikut.
1. Pengkreditan pajak yang dibayar di luar negeri harus dilakukan dalam tahun
pajak yang sama.
2. Nominal yang dapat dikreditkan adalah maksimal sama dengan jumlah pajak
yang dibayar atau terutang di luar negeri. Namun, ada batas nominal
tertentu menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dan
penghasilan kena pajak dikalikan dengan pajak yang terutang atas
penghasilan kena pajak dan dilakukan untuk tiap-tiap negara.
Teknis Proses Pengkreditan Pajak Luar Negeri terhadap Pajak Terutang di Dalam
Negeri

• proses pengkreditan pajak luar negeri harus disampaikan kepada Direktur Jenderal
Pajak dengan melampirkan:
1. Laporan Keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri.
2. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri.
3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.

• Penyampaian permohonan kredit pajak luar negeri dilakukan bersamaan


dengan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.
PPh Ps 25
• Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pembayaran pajak penghasilan secara
angsuran, tujuannya adalah untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak
yang terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun.

• Menurut UU (Undang-undang) No. 36 tahun pajak 2008, Pajak Penghasilan Pasal 29


adalah PPh kurang bayar (KB) yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh, yaitu sisa dari
PPh yang terhutang dalam satu tahun pajak yang bersangkutan dan telah dikurangi
dengan kredit pajak (PPh 21, PPh 23, PPh 22 dan angsuran PPh pasal 25 jika ada).

• Dalam hal ini wajib pajak (WP) memiliki kewajiban melunasi kekurangan pembayaran
pajak yang terhutang sebelum pada penyampaian SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan).
Ketentuan Mengenai Perhitungan PPh Pasal 25

• Berdasarkan patokan umum yang sering digunakan, PPh pasal 25 dihitung


berdasarkan data SPT Tahunan pada tahun sebelumnya. Dengan ini, kita
akan mengasumsikan bahwa penghasilan tahun ini sama dengan tahun
lalu. Tentu saja nantinya pasti ada selisih dan perbedaan dengan kondisi
sebenarnya pada tahun pajak terakhir. Jika nantinya ditemukan selisih
kekurangan, selisih tersebut dibayarkan sebagai kekurangan pajak akhir
tahun. Kekurangan inilah yang dinamakan dengan PPh Pasal 29.
Sebaliknya, jika ada kelebihan bayar, kondisi ini dinamakan sebagai
restitusi dan wajib pajak bisa meminta kelebihan pembayaran atas pajak
yang telah dibayarkan.
Cara Menghitung Besarnya PPh Pasal 25
• Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan dihitung berdasarkan Pajak
Penghasilan Terutang sesuai dengan SPT Tahunan tahun sebelumnya dikurangi dengan
kredit pajak (PPh Pasal 21, 22, 23, dan 24) dibagi dengan 12 (atau banyaknya bulan
dalam bagian tahun pajak).
• Adapun yang dimaksud kredit pajak (Pajak Penghasilan yang dipotong) dalam pasal-
pasal di atas adalah sebagai berikut.
1. PPh Pasal 21: Bagi yang memiliki NPWP, pembayaran kredit pajak sesuai dengan tarif
(Pasal 17 Ayat 1) dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP.
2. PPh Pasal 22: Pungutan sebesar 100% bagi yang tidak memiliki NPWP.
3. PPh Pasal 23: potongan sebesar 15% berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah.
Potongan 2% berdasarkan sewa, imbalan jasa, serta penghasilan lain.
4. PPh pasal 24: Pajak penghasilah yang dibayarkan di luar negeri dan boleh dikreditkan
sesuai ketentuan dalam pasal 24.
Cara Menghitung PPh Pasal 25 Untuk Kondisi-Kondisi
Tertentu
• Kadang kala dalam perhitungan PPh Pasal 25, ada hal khusus, seperti penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) hasil pemeriksaan, pengurangan angsuran PPh
Pasal 25, dan lain-lain. Untuk itu, perhitungan PPh Pasal 25 mengikuti ketentuan sebagai
berikut.
1. Besaran angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan sebelum bulan batas waktu
penyampaian SPT sama besarnya dengan PPh Pasal 25 bulan terakhir tahun pajak pada
tahun sebelumnya. Apabila tahun pajak adalah tahun kalender (Januari–Desember),
yang diartikan sebagai bulan-bulan sebelumnya adalah bulan Januari–Februari. Sebagai
contoh, jika PPh Pasal 25 jatuh pada bulan Januari dan Februari 2012, PPh Pasal 25
sama dengan PPh Pasal 25 bulan Desember 2011.
2. Jika dalam tahun berjalan telah diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) untuk tahun
pajak yang lalu, besaran angsuran pajak dihitung berdasarkan SKP yang baru
diterbitkan. Dan itu akan berlaku pada bulan berikutnya setelah SKP diterbitkan.
Kebijakan Mengenai Tarif PPh Pasal 25
1. Wajib Pajak kategori Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (OPPT)
Wajib Pajak OPPT adalah siapa saja yang menjalankan usaha penjualan barang (grosir
ataupun eceran) dan usaha jasa dengan satu tempat usaha atau lebih. Bagi OPPT, akan
dikenakan PPh Pasal 25 sebesar 0,75% x omzet bulanan pada tiap-tiap tempat usaha.
2. Wajib Pajak kategori Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (OPSPT)
Wajib Pajak OPSPT adalah karyawan atau pekerja bebas yang tidak memiliki usaha sendiri.
Bagi yang masuk dalam kategori OPSPT, akan dikenakan Penghasilan Kena Pajak (PKP) x
Tarif PPh pada UU PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a.
Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh adalah sebagai berikut.
>Rp50 juta = 5%
Rp50 juta – Rp250 juta = 15%
Rp250 juta – Rp500 juta = 25%
>Rp500 juta = 30%
Kebijakan Mengenai Tarif PPh Pasal 25

3. Wajib Pajak Badan


Untuk WP Badan, tarif yang dikenakan adalah PKP x 25% Tarif Pasal 17 ayat (1) UU PPh
seperti yang dijelaskan di atas dan Pasal 31 E UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.
Batas Waktu Pembayaran PPh Pasal 25 dan Cara
Pembayarannya
1. Angsuran Pajak PPh Pasal 25 juga memiliki aturan terkait waktu pembayaran. Angsuran
tersebut harus dibayarkan selambat-lambatnya pada tanggal 15 pada bulan berikutnya setelah
bulan jatuh tempo. Misalnya, untuk pembayaran pajak bulan Februari 2015, angsuran PPh
Pasal 25 harus dibayarkan maksimal tanggal 15 Maret 2015. Jika ternyata waktu penyetoran
tersebut bertepatan pada hari libur nasional, Wajib Pajak bisa menyetorkan pada hari kerja
berikutnya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 184/PMK.03/2007 dan
kemudian diubah dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 80/PMK.03/2010.
2. Persyaratan dalam membayar angsuran pajak PPh Pasal 25 adalah penyetor wajib membawa
Surat Setoran Pajak (SSP) ataupun dokumen sejenisnya. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak No. PER-22/PJ/2008 yang diterbitkan pada 21 Mei 2008 yang lalu.
3. Setelah melakukan pembayaran, Wajib Pajak juga harus melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak.
Pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 20 pada bulan berikutnya. Melaporkan ke Kantor
Pelayanan Pajak juga bisa ditunda pada hari kerja berikutnya apabila waktu pelaporan tersebut
bersamaan dengan hari libur nasional.
Sanksi Keterlambatan
• Wajib Pajak yang terlambat dalam membayar pajak akan dikenakan
sanksi berupa bunga sebesar 2% per bulan.
• Keterlambatan dihitung mulai dari tanggal jatuh tempo hingga
tanggal pembayaran.
• PPh Pasal 25 bisa memberikan dampak positif bagi pemilik usaha.
Selain itu, disisi lain, pemasukan sektor pajak dari PPh Pasal 25 ini
cukup dominan dalam menambah pemasukan negara
Ilustrasi
• Bapak Hendra bekerja di sebuah perusahaan swasta dengan gaji setahun yang
didapat berjumlah Rp129.000.000.
• Adapun pada hari raya Lebaran Bapak Hendra mendapatkan THR sebesar
Rp11.000.000.
• Saat itu, status Bapak Hendra menikah dan memiliki 2 orang anak yang sudah
menikah dan bukan lagi menjadi tanggungan Bapak Hendra.
• Pada tahun yang sama juga, Bapak Hendra menjual emasnya dan memiliki
keuntungan sebesar Rp45.000.000 atas penjualan emasnya tersebut. Atas SPT
orang pribadi Bapak Hendra di tahun 2018 memiliki angsuran yang jumlahnya
Rp6.398.000 per tahun.
Ilustrasi
PPh 21 atas Bapak Hendra yang telah dipotong perusahaan:
Gaji setahun = Rp129.000.000
THR = Rp11.000.000
Biaya Jabatan = Rp129.000.000 x 5% = Rp6.000.000 (batas maksimal biaya jabatan)

Penghasilan netto = (Gaji Setahun + THR) – Biaya Jabatan


Penghasilan netto = (Rp129.000.000 + Rp11.000.000) – Rp6.000.000 = Rp134.000.000

PTKP (K/0): Menikah tidak memiliki tanggungan = Rp58.500.000


Penghasilan kena pajak = Penghasilan Netto – PTKP
Penghasilan kena pajak = Rp134.000.000 – Rp58.500.000 = Rp75.500.000
Ilustrasi
PPh 21 Bapak Hendra
= (Rp50.000.000 x 5%) + ((Rp75.500.000 – Rp50.000.000) x 15%))
= Rp2.500.000 + Rp3.825.000 = Rp6.325.000

Kesimpulan:
PPh 21 atas penghasilan Bapak Hendra yang telah dipotong dan dibayarkan oleh
perusahaan swasta tempat Bapak Hendra bekerja adalah sebesar Rp6.325.000 per tahun.
Ilustrasi
PPh 25 Bapak Hendra

Keterangan Jumlah (Rp)


1. Penghasilan dari Usaha –
2. Penghasilan dari Pekerjaan 134.000.000
3. Penghasilan Lain-lain 45.000.000
Total Penghasilan 179.000.000
   
PTKP 2016 (K/0) (58.500.000)
PKP 120.500.000
PKP dibulatkan 120.500.000
   
PPh Terutang 13.075.000
Dipotong Pihak Lain 6.325.000
Pajak yang harus dibayar sendiri 6.750.000
Angsuran PPh Pasal 25 (Tahun 2018) 6.398.000
KB/LB PPh Pasal 29 352.000
   
PPh Pasal 25 tahun berikut 562.500
Pembulatan PPh Pasal 25 tahun berikut 562.000
Ilustrasi
• PPh Pasal 25 tahun berikutnya
= Pajak yang masih harus dibayar sendiri : 12
= Rp6.750.000 : 12
= Rp562.500 (dibulatkan menjadi Rp562.000)

• Kesimpulan:
Pada saat bulan pelaporan, Bapak Hendra harus membayar kekurangan
pajak yang harus dibayarnya yaitu sebesar Rp352.000, lalu angsuran PPh
pasal 25 untuk bulan-bulan selanjutnya adalah sebesar Rp562.000 setiap
bulannya, angsuran ini nantinya dapat digunakan Bapak Hendra sebagai
pengurang pajak Bapak Hendra tahun berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai