Anda di halaman 1dari 9

GOUT

10. Nusairah Bong 2018210102


PENDAHULUAN
Gout :
• Kelainan multifaktor yang ditandai dengan tingginya kadar asam urat darah.
• Deposit kristal urat menyebabkan benjolan pada kulit (tofi), kerusakan sendi, kerusakan ginjal dan
batu ginjal
Gout merupakan kelainan yang sering dijumpai karena tingginya kandungan asam urat dalam darah.
Asam urat merupakan hasil pemecahan metabolisme purin (asam nukleat) tubuh yang sebagian kecil
berasal dari makanan. Sebagian besar asam urat diekresikan oleh ginjal. Dalam darah, sebagaian besar
asam urat dalam bentuk monosodium urat.
Pada penderita gout, konsentrasi monosodium urat dapat sangat tinggi, dalam bentuk campuran yang
sangat jenuh, sehingga berisiko terjadinya deposit kristal urat pada jaringan yang menyebabkan:
•tofi (nodul subkutan akibat deposit kristal urat)
•sinovitis dan artritis
•penyakit ginjal dan kalkuli.
Gout terjadi lebih sering pada pria dibandingkan dengan wanita, dan jarang sebelum pubertas.
Bentukyang jarang dari gout pada kanak-kanakLesch-Nyhan Syndromedisebabkan difisiensi seluruhnya
dari enzim HGPRT (hypoxanthine guanine phosphoribosyl transferase) dan dikaitkan dengan defisiensi
mental
1.   serta kecenderungan yang jelaspada mutilasi spontan.
EPIDEMIOLOGI
Di dunia prevalensi penyakit gout mengalami kenaikan jumlah penderita hingga dua kali lipat antara tahun 1990- 2010.
Pada orang dewasa di Amerika Serikat penyakit gout mengalami peningkatan dan mempengaruhi 8.3 juta (4%) orang Amerika.
Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap 100.000 orang. Prevalensi gout di Inggris sekitar 1-2%,
meningkat pada usia antara 30 dan 50 tahun, sering terjadi pada laki-laki dewasa daripada wanita, dan jarang terjadi pada
wanita sebelum menopause.
Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di bawah 34 tahun sebesar 32 % dan di atas 34 tahun
sebesar 68 %. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013, sebesar 81 % penderita asam urat di Indonesia hanya 24
% yang pergi ke dokter, sedangkan 71 %cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas.
Berdasarkan hasil Kemenkes (2013) menunjukkan bahwa penyakit sendi di Indonesia yang diagnosis tenaga kesehatan
(nakes) sebesar 11.9% dan berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar 24.7%, sedangkan berdasarkan daerah diagnosis nakes
tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, diikuti Jawa barat 32,1% dan Bali 30%.
Dari waktu ke waktu jumlah penderita asam urat cenderung meningkat. Penyakit gout dapat ditemukan di seluruh
dunia, pada semua ras manusia. Prevalensi asam urat cenderung memasuki usia semakin muda yaitu usia produktif yang
nantinya berdampak pada penurunan produktivitas kerja Berdasarkan survey epidemiologi yang dilakukan di Bandungan (Jawa
Tengah) atas kerjasama WHO terhadap 4.683 sampel berusia antara 15- 45, didapatkan prevalensi artritis gout pada pria sebesar
24,3% dan wanita 11,7%. Hal ini terjadi karena pria tidak memiliki hormon estrogen yang dapat membantu pembuangan asam
urat sedangkan pada perempuan memiliki hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine.
PATOFISIOLOGI
ETIOLOGI
Penyebab gout adalah multifaktor. Ada komponen genetik, tetapi bekerjanya faktor lain
penyebab penyakit gout ini dimasukkan kedalam kelainan yang didapat. Faktor etiologi ialah:
•jenis kelamin (pria > wanita)
•riwayat keluarga diet (daging, alkohol)
•keadaan sosio-ekonomi (tinggi > rendah)
•ukuran tubuh (besar kecil).
Beberapa faktor ini, tentunya, saling mempengaruhi.

Gout dapat dibagi dalam :


1. Gout primer
Karena beberapa kelainan genetik pada metabolisme purin.
2. Gout sekunder
Karena meningkatnya pembebasan asam nukleik dari jaringan nekrotik atau ekskresi
asam urat dalam urin yang berkurang.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis gout terdiri dari :
1. Stadium Artritis Gout Akut:
Saat pasien bangun pagi kaki terasa nyeri hebat dan tidak bisa berjalan.
Keluhan berupa nyeni, bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik
berupa demam, menggigil, dan merasa lelah. Lokasi yang tersering yaitu pada
metatasofalangeal-1.
2. Stadium Interkritikal:
Secara klinis terdapat tanda radang akut, tetapi pada aspirasi sendi
ditemukan kristal urat.
3. Stadium Artritis Gout Menahun :
Biasanya disertai tofi yang banyak dan terdapat poliartikular. Kadang-
kadang timbul infeksi sekunder dan disertai batu salurab kemih
sampaipenyakit ginjal menahun.

Ketiga stadium ini merupakan stadium yang klasik dan didapat deposisi
yang progresif kristal urat. Serangan gout biasanya timbul mendadak pada
malam hari pada satu tempat (biasanya sendi pangkal ibu jari kaki). Pada saat
serangan, daerah sekitar sendi tersebut menjadi panas, merah, bengkak, dan
keras, dapat juga disertai demam. Nyerinya yang sangat hebat biasanya
mencapai puncaknya dalam 24 jam.
MANIFESTASI KLINIS
PENGOBATAN
1. Farmakologis
Pengobatan gout memiliki dua tujuan utama: bantuan segera saat serangan dan profilaksis untuk pencegahan
kekambuhan.
• Pengobatan profilaksis : biasanya dianjurkan pada pasien yang memiliki lebih dari dua atau tiga serangan gout
per tahun dan pada mereka dengan tophi atau batu ginjal.
• Terapi tradisional : bertujuan untuk mengurangi serum asam urat baik dengan mendorong ekskresi ginjal atau
dengan mengurangi sintesis asam urat.
• Terapi anti-hyberuricaemic : hanya boleh diberikan jika serangan inflamasi akut telah sepenuhnya teratasi.

2. Non Farmakologis
• Berat badan: Pada pasien dengan BMI > 35,risiko gout meningkat. Disarankan melakukan pengurangan berat
badan.
• Diet rendah purin: Asupan makanan kaya purin, seperti jeroan, daging merah, kerang dan ekstrak ragi harus
dihindari. Pembatasan diet tersebut terkadang masih kurang memadai dalam mengontrol asam urat dan
umumnya disertai dengan penggunaan obat antihyperuricaemic.
• Pasien dengan penyakit kencing batu disarankan untuk minum 2 liter air atau lebih per hari.
• Alkohol: minuman beralkohol harus dihindari atau dikurangi secara signifikan karena berpotensi dua kali lipat
risiko terjadinya serangan.
DAFTAR
PUSTAKA
● Tjokroprawiro A, Setiawan PB, Santoso D, Soegiarto

G, Rahmawati LD. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya.
Surabaya: Airlangga University Press.
● Underwood JCE. 1999. Patologi Umum dan
Sistematik. Edisi ke-2. Sarjadi, penerjemah. EGC
Penerbit Buku Kedokteran.
● Silbernagl S. Lang F. 2007. Teks & Atlas Berwarna
Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
● JIMKESMAS Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat. Faktor-faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Asam Urat Pada Usia 20-44 Tahun
Di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2017. Vol. 3/No. 2/ April 2018; ISSN 2502-
731X.

Anda mungkin juga menyukai