Anda di halaman 1dari 15

DIAGNOSIS

OLEH :
TIKA DWITA ADFAR
1420312010
UJI DIAGNOSTIK Tidak hanya uji
laboratorium /penggunaan alat-alat diagnostik
tetapi
Prinsip –prinsip diagnostiknya :
 informasi diagnostik yang di dapat dari
anamnesa pemeriksaan fisik dan sebagainya,
ataupun konstelasi penemuan /gejala klinis yang
berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya
Nilai dari suatu uji :
1) keseksamaan (accuracy)
2) seberapa penting hasil uji dalam kaitannya dengan
tindakan yang akan mempengaruhi kesehatan penderita
Keseksamaan dari uji:
3) keterandalan (reliability)
4) kesahihannya (validity)
Struktur Uji Diagnostik

Nilai variable prediktor: dikotom, kategorial atau


berkesinambungan (continuous)
Variable keluaran : ada atau tidak adanya penyakit,
sebagaimana ditentukan dengan baku emas (gold
standar, yang selalu positif pada pasien dengan
penyakit dan negative pada mereka yang tidak
berpenyakit).
Karakteristik Alat Uji Diagnostik

Sensitivitas dan Spesifisitas


1. Batasan
a. Sensitivitas
b. Spesifisitas
2. Penggunaan uji-uji yang sensitive dan spesifik
 Uji diagnostic digunakan untuk :
Menyingkirkan (rule out) penyakit yaitu : memastikan bahwa tidak ada
kemungkinannya karena penyakit-penyakit tertentu.
 Uji yang sensitive berguna untuk :
Apabila probabilitas penyakit adalah rendah dan tujuan uji adalah untuk
menemukan penyakit.
 Uji yang spesifik berguna untuk :
Memperkuat suatu diagnosis (rule in) yang telah diperkirakan oleh data lain.
3. Pertukaran tambahan (trade offs) antar sensitivitas dan
spesifisitas.

Trade off Range nilai

Cara lain :
Receiver Operator Characteristic (ROC) Curve
4. Isu-isu yang mempengaruhi sensitivitas dan spesifisitas :
Standar yang dipilih kurang kesahihannya (validitas)
Spectrum dari pasien
Bias
Peluang (chance)
Karakteristik Uji Diagnostik
 Nilai Prediktif
1. Nilai Prediksi Positif (NPP)
NPP = Sakit dengan uji positif
Semua yang dengan uji positif

2. Nilai Prediksi Negatif (NPN)


NPN = Tanpa penyakit dengan uji negative
Semua yang dengan uji negative
 Prevalensi

Prevalensi P (D+) = Jumlah yang dengan penyakit


Jumlah keseluruhan individu dalam studi
Likehood Ratio
Penggunaan likelihood ratio tergantung pada odds
Likelihood ratio menyatakan berapa kali lebih besar (lebih kecil)
kemungkinan suatu hasil uji yang didapatkan pada orang sakit
Likelihood ratio mempunyai 3 sifat :
 karena propori yang menghasilkan likelihood ratio dihitung secara vertical
maka likelihood ratio tidak perlu berubah dengan perubahan dari prevalensi
penyakit.
 karena adanya pilihan dalam menghitung likelihood ratio untuk beberapa
tingkat tanda, gejala, hasil uji dari pada hanya memakai 2 tingkat (level
2x2).
 dapat dipakai sebagai keekuatan untuk memperpendek daftar dari hipotesa
diagnostic.
Hubungan Antara Uji Diagnostik

 Sensitivitas dan Nilai NS


1. Menentukan sensitivitas dalam artian nilai NS (negatif semu)
2. menentukan nilai negative semu dalam artian sensitivitas

 Spesifisitas dan Nilai Positif Serum (PS)

1. Menentukan spesifisita dalam artian nilai PS


Suatu uji yang spesifik adalah uji yang jarang memberikan hasil
positif pada orang-orang yang tidak mempunyai penyakit (uji yang
mempunyai positif semu rendah).
 
2. Menentukan nilai PS dalam artian spesifisitas
Spesifisitas, P dan nilai PS, P adalah komplemen-komplemen dan
penjumlahan nya adalah 1, sehingga nilai PS = 1-Spesifisitas.
Mengubah Penilaian Dari Kinerja Uji

Penalaran
Menilai dampak dari setiap perubahan dari prevaleni penyakit:
Memperkirakan prevalensi dalam suatu tananan praktek
tertentu dapat diperoleh dari : telaah secara sitematis lembar
catatan pasien (asalkan uji yang di pertanyakn belum pernah
digunakan untuk diagnosis) atau dari studi-studi yang
dilaksanakan pada populasi pasien yang serupa.
Apabila prevalensi hanya dapat dinyatakan sesuai dengan
rentangan nila-nilai dan bukan suatu perkiraan yang spesifik,
maka perlu dilakukan suatu analisis sensitivitas (suatu evaluasi
nilai prediksi dari uji yang meliputi rentang).
Cara Perhitungan Balik
Efek dari perubahan-perbahan dalam prevalensi
penyakit pada kemampuan prediksi dari suatu uji
diagnostic dapat dilihat dengan memodifikasi table
2x2 untuk mencerminkan prevalensi yang baru. Nilai-
nilai dari sensitivitas dan spesifitas yang telah
dipublikasikan kemudian dapat digunakan kembali
untuk menghitung balik nila-nilai di dalam table.
Metode Rumus Bayes
Rumus Bayes merupakan rumusan matematik yang
dapat dipakai sebagai alternative cara perhitungan
balik dalam mendapatkan probabilitas kondisional
yang tidak diketahui seperti NPP (nilai prediksi positif)
atau NPN (nilai prediksi negatif) dari probabilitas
kondisional yang diketahui eperti sensitivitas dan
spesifisitas.
Menilai Suatu Uji Diagnostik Baru
Karakteristik uji diagnostic yang baru :
Adanya komparasi dengan baku emas yang dapat diterima
Adanya komparasi yang dilakukan dengan pembutaan
(blinding)
Hasil-hasil yang tidak termasuk dalam prosedur baku emas.
Penentuan pasien sebagai sakit atau bebas sakit oleh baku
emasnya, hendaknya tidak bergantung dari hasil-hasil dari
prosedur yang sedang dinilai.
Adanya keterandalan (reliability) dan keseksamaan
(accuracy)
Penggunaan sampel yang merentang sesuai dengan spectrum
penyakit
Adanya Batasan yang jelas dan sesuai dari normalitas.
Uji multipel
Uji paralel menghasilkan:
 Sensitivitas lebih besar
 Peningkatan NPN (berkurangnya negative semu)
 Menurunnya spesifisitas (meningkatnya positif semu)
Uji serial menghasilkan:
 Menurunnya sensitivitas (meningkatnya negative semu)
 Bertambahnya spesifisitas
 Meningkatnya NPP (berkurangnya positif semu)
Uji likelihood ratio secara seri

Anda mungkin juga menyukai