Anda di halaman 1dari 15

Inisiasi Tuton ke – 6

Mata Kuliah : Kriminologi


Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : HISIP
Penulis : Elizabeth Ghozali
Email : ibethghoz@gmail.com
Penelaah :
Emai :
LINGKUNGAN SOSIAL & KEJAHATAN

 Masalah kejahatan yang berhubungan dengan kondisi buruk golongan perkotaan,


digolongkan dengan masalah-masalah mengenai ekologi dari disorganisasi
perkotaan.
 Park dan Burgess  tingkat disorganisasi sosial dan masalah sosial yang paling
besar terdapat di tempat, yang disebut “daerah transisi”, yaitu suatu daerah yang
berkarakteristik rumah-rumah dan pemukiman kumuh.
 Masalah sosial diasosiasikan dengan daftar indikasi dari kejahatan, kemiskinan,
alkoholisme, kerusakan mental dan ketidakharmonisa keluarga.
 Tekanan ekonomi dan interaksi sosial menyebabkan perkembangan suatu bentuk
pola di kota-kota besar  terutama yang terjadi USA.
TEORI ZONA KONSENTRASI

Karakteristik Pola Kota


(Burgess)

Zona I Zona II Zona III Zona IV & Zona V


Pusat kota yang Zona Transisi Zona rumah-rumah Perumahan & daerah
digunakan sebagai pekerja tempat tinggal orang
pusat bisnis. yang pulan pergi dari
rumah ke tempat
kerja.
TEORI ZONA KONSENTRASI

 Teori zona konsentrasi yang dalam skala luas termasuk ke dalam teori ekologi
kejahatan.  Urban crime.
 Faktor yang mendorong minat yang lebih untuk meneliti Urban crime (Kejahatan
di daerah perkotaan) daripada perhatian penelitian terhadap kejahatan di
pedesaan:
o Statistik kejahatan (crime rate) menunjukkan angka perimbangan antara jumlah penduduk
dan jumlah kejahatan yang terjadi jauh lebih tinggi dibanding angka perimbangan di
pedesaan.
o Kota adalah tempat akumulasi jumlah kekayaan yang besar  kekhawatiran dan kerugian
yang mungkin diderita korban di perkotaan yang jauh lebih tinggi dibanding dengan di
pedesaaan.
o Perkembangan teknologi, gaya hidup dan tuntutan masayarakat  memungkinkan
berkembangnya kualitas dan jenis serta modus operandi kejahatan yang jauh lebih pesat di
perkotaan daripada di pedesaan.
o Jarak perbedaan antara mereka yang kaya dan yang miskin mudah terlihat di daerah
perkotaan dibanding daerah pedesaan.
TEORI ZONA KONSENTRASI

 Identifikasi antara perbedaan kejahatan di daerah perkotaan dengan kejahatan di


pedesaan dapat ditinjau dari:
o Perbuatan yang menonjol / kualitas perbuatannya.
o Objek atau sasaran kejahatannya.
o Media / atau alat-alat untuk melakukan kejahatan
o Pelaku yang secara praktis hanya terdapat di perkotaan.
o Intensitas baik kualitas maupun kuantitas kejahatan yang dilakukan.
o Motivasi melakukan kejahatan.
o Kejahatan perkotaan melibatkan berbagai lapisan masyarakat.
o Dampak kejahatan.
o Kualitas kejahatan meliputi metode/instrumen yang digunakan dan akibat
yang ditimbulkan
TEORI ZONA KONSENTRASI

 Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya urban crime


di Indonesia:
o Pertumbuhan dan perkembangan kota itu sendiri.
o Fungsi kota yang multi fungsi  melimpahnya manusia ke kota
menimbulkan berbagai persoalan.
o Pola Urbanisasi
o Pola perkotaan yang cenderung bersifat individualistik  solidaritas
menurun. Kalau pun ada solidaritas, lebih bersifat gesellschaft bukan
gemeinschaft.
o Adanya jurang pemisah antara orang kaya dengan orang miskin yang sangat
menyolok dibanding dengan yang terjadi di pedesaan.
o Belum terbentuknya secara utuh suatu budaya urban (urban culture)
TEORI ZONA KONSENTRASI

 Corak budaya yang akan mempengaruhi kehidupan perkotaan,


antara lain:
o Budaya / kebiasaan desa (rural culture) tetap dijalankan, meskipun telah
hidup di kota  sehingga kota lebih merupakan the big village daripada suatu
kehidupan perkotaan yang urbanized.
o Berbagai budaya yang dibawa dan dipertahankan oleh masing-masing
kelompok budaya di kota, akan bertemu dengan budaya lain  menimbulkan
ketegangan budaya (cultural tension)  mendorong timbulnya
konflik/kerawanan dalam kehidupan perkotaan.
TEORI ZONA KONSENTRASI

 Beberapa faktor kondisional perkotaan yang memberi andil


bagi tumbuh kembangnyanya kejahatan di perkotaan, antara
lain:
o Perkembangan kehidupan perkotaan (urban life style).
o Perkembangan permukiman dan perumahan.
o Perkembangan kehidupan ekonomi di perkotaan.
TEORI TEMPAT KEJAHATAN

Latar belakang  Terdapat kondisi yang unik tentang tempat tertentu yang
memunculkan kejahatan

Rodney Stark
5 variabel yang dapat mempengaruhi 4 variabel lain :
kejahatan dalam masyarakat: • Moral sinisme di antara warga,
• Kepadatan • Kesempatan melakukan
• Kemiskinan kejahatan & kejahatan yang
• Pemakaian fasilitas secara meningkat.
bersama • Motivasi untuk melakukan
• Pondokan sementara kejahatan yang meningkat.
• Kerusakan yang tidak terpelihara. • Hilangnya mekanisme kontrol
sosial.

 Sifat dari ekologi komunitas ketetanggaan menentukan


tingkat kejahatan
TEORI TEMPAT KEJAHATAN

 Beberapa karakteristik dari suatu daerah di mana kejahatan


sering dilakukan (Schmid):
o Rendahnya tingkat pergaulan sosial
o Kurangnya rasa kekeluargaan Kondisi yang menunjukan
o daerah tersebut sebagai daerah
Rendahnya tingkat sosial dan ekonomi
yang berhubungan erat dengan
o Kondisi fisik yang buruk tingginya angka kejahatan yang
o Tingginya tingkat mobilitas penduduk terjadi di daerah tersebut.
o Menurunya moral penduduk
TEORI TEMPAT KEJAHATAN

 Karakteristik Delinquent Area (Shaw):


o Tingkah laku di dalam daerah tersebut cenderung melanggar norma 
criminal behaviour dianggap hal yang biasa.
o Kondisi-kondisi fisik daerah yang buruk.
o Penduduknya rapat atau padat.
o Mobilitas penduduknya tinggi.
o Terletak di dekat aktivitas perdagangan dan industri.
o Kontrol sosial sangat kurang.
o Standar hidup penduduknya rendah.
o Standar pendidikan penduduknya rendah.
o Tingkat keberadaan penjahat dewasa tinggi.
o Disorganized neighbourhood, yaitu lingkungan yang tidak baik dan kacau.
TEORI AKTIVITAS RUTIN & TEORI GAYA HIDUP

 3 elemen yang dapat berpengaruh terhadap kemudahan


mundulnya kejahatan:
1) Pelaku yang memang mempunyai motivasi untuk melakukan kejahatan.
2) Adanya sasaran yang cocok, dan
3) Ketidakhadiran sistem penjagaan yang cakap dan canggih.

Crime
TEORI AKTIVITAS RUTIN & TEORI GAYA HIDUP

Segitiga kejahatan menurut Teori Aktivitas Rutin.

Capable guardian Premis Teori Aktivitas


Rutin: berbagai
aktivitas rutin
keseharian dari warga
Crime masyarakat dapat
menjelaskan pola-pola
viktimisasi
M fen

t
ot d

rg e
of
iv er

e t a
at

a bl
ed

u i t
S
TEORI AKTIVITAS RUTIN & TEORI GAYA HIDUP

 Aktivitas rutin:
o Pergerakan yang berlangsung secara terus menerus dan dilakukan secara
wajar.
o Aktivitas itu dilakukan dengan motivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia

 Faktor yang terkait erat dengan Teori Aktivitas Rutin adalah pendektan gaya
hidup (Hindelang, Gottfredson dan Garofalo). Asumsinya:
o Kelompok sosial dengan karakteristik umum mempunyai role expectations
tertentu yang dapat meningkatkan kecenderungan mengalami viktimisasi.
o Perbedaan dalam gaya hidup dapat juga menyebabkan distribusi yang tidak
sama dalam tingkat viktimisasi.
TEORI AKTIVITAS RUTIN & TEORI GAYA HIDUP

 Asumsi lainnya:
o Individu yang menghabiskan waktunya lebih banyak di luar rumah
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menjadi korban kejahatan.
Cohen dan Felson: dilakukannya aktivitas yang jauh dari rumah sangat
terkait dengan bertambahnya tingkat kejahatan.
 Beberapa hal yang terkait dengan status dan aktivitas keluarga yang
diasumsikan oleh Cohen dan Felson dapat meningkatkan peluang terjadinya
kejahatan yang menimpa keluarga tersebut, adalah:
o Keluarga tunggal (yang hanya terdiri dari 1 orang saja).
o Keluarga yang seringkali membutuhkan dan kemudian membeli barang-
barang berharga, sehingga memiliki daya tarik untuk dicuri.
o Keluarga, yang aktivitas anggotanya meningkat di luar aktivitas keluarga
dan ini akan menurunkan tingkat perlindungan diri, sehingga rentan
menjadi korban kejahatan.
o Extended famili menjadikan keluarga tersebut memiliki perlindungan diri
yang lebih besar dibanding nuclear family.

Anda mungkin juga menyukai