Anamnesis Px PP
• Cairan keluar dari jalan • Cairan ketuban keluar • Leukositosis (15.000/uL)
lahir secara tiba-tiba melalui kanalis • Peningkatan C-reactive
• Bening servikalis/forniks • Tes lakmus pH 7,0 – 7,5
posterior (basa)
USG
• Pengukuran satu kantung amnion dilakukan dengan
mencari kantung amnion terbesar, bebas dari bagian
tali pusat dan ekstremitas janin
• Nilai ICA normal: 5-20 cm. Bila ICA <5 cm disebut
oligohidramnion; sedangkan bila ICA >20 cm disebut
polihidramnion.
Tatalaksana
Usia kehamilan <24 • mempertahankan
minggu kehamilan
Usia kehamilan 24- • Persalinan
34 minggu
Usia kehamilan 34- • Persalinan
38 minggu
Pembahasan
• Pasien datang dari IGD dengan keluhan keluar cairan berwarna jernih
ngepyok dari jalan lahir sejak pukul 05.00 WIB (2 jam SMRS) tidak
berhenti seperti mengompol. Pasien mengaku perut kenceng –
kenceng dirasakan jarang dan gerak janin aktif (+). Pasien tidak
mengeluh pusing, mual, muntah, pandangan kabur. Riwayat
keputihan (-), riwayat minum jamu-jamu (-), riwayat trauma (-). BAK
(+), BAB (+) kesan normal. Pasien didiagnosis hamil karena
memenuhi beberapa kriteria kehamilan dan adanya tanda pasti
kehamilan yaitu : adanya gerak janin, pemeriksaan leopold I-IV yang
dapat meraba bagian besar dan kecil janin, terdapat denyut jantung
janin dan terdapat janin pada pemeriksaan penunjang (USG).
• Pemeriksaan tinggi fundus uteri 31 cm dengan taksiran berat janin 2945
gram dengan menggunakan Formula Johnson. Janin tunggal hidup dinilai
dari pemeriksaan Leopold yang memberi kesan adanya satu janin dengan
letak membujur dimana teraba bokong di bagian fundus, punggung di
sebelah kiri dan ekstremitas di sebelah kanan. DJJ : 149 x/menit, serta
kepala berada di bagian bawah ini dipertegas dengan hasil pemeriksaan
Ultrasonografi (USG). Sedangkan untuk usia kehamilan, dilihat HPHT : 25
April 2019, HPL : 2 Februari 2020, usia kehamilan : 37 minggu. Dengan data
tersebut, menurut pedoman yang diterbitkan oleh POGI (2016), terdapat
keluhan cairan keluar dari jalan lahir yang dirasakan merembes, terus
menerus, dan seperti buang air kecil yang tidak dapat ditahan, maka dapat
dicurigai telah terjadi ketuban pecah dini.
• Hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil vital sign pasien
normal, dan antopometri pasien juga normal menghilangkan
persalinan dengan risiko tinggi. HIS yang dirasakan pasien 1x
selama 20 detik dalam 10 menit belum terlalu kuat.
Berdasarkan hasil pemeriksaan vaginal touche didapatkan
pembukaan seujung jari, portio tebal lunak, kulit ketuban (-),
air ketuban mengalir jernih (+), kepala masih tinggi, STLD (-).
Untuk mengkonfirmasi bahwa cairan yang mengalir tersebut
adalah cairan ketuban (amnion) dapat dilakukan tes Nitrazin
yakni berubahnya lakmus merah menjadi biru.
• Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah USG
untuk mengetahui seberapa banyak ketuban yang
sudah keluar. Penatalaksanaan yang diberikan sudah
tepat, yakni gastrul ¼ tablet preoral untuk perlunakan
servix, Clanexi 3x500 mg sebagai antibiotik profilaksis
risiko infeksi pada KPD. KPD merupakan indikasi untuk
melakukan terminasi segera dengan induksi persalinan
menggunakan drip oksitosin 5 IU, tetapi pasien
menolak.
Kesimpulan
• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang didpatkan bahwa terdapat
tanda pasti kehamilan dengan kompilasi berupa
ketuban pecah 30 jam sebelum adanya persalinan.
Tatalaksana yang diberikan berupa misoprostol
sebagai perlunakan servix untuk mempercepat
proses persalinan dan antibiotic sebagai profilaksis.
Daftar pustaka
• American College of Obstetrics and Gynecology. ACOG Practice Bulletin No. 80: Premature rupture of
membranes. Clinical management guidelines for obstetrician- gynecologists. Obstet Gynecol. 2007
Apr;109(4):1007-19.
• Ayu, Rembulan NP, Ratna, Dewi Puspita Sari. 2017. Peran Kortikosteroid dalam Pematangan Paru Intrauterin.
Majority, Vol. 6: 142-147.
• Cunningham FG et al. 2014. Williams Obstetrics 24th edition, United States of America: The McGraw-Hill
Companies inc.
• Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Kemenkes: Jakarta.
• Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban
Pecah Dini.
• Siswishanto, Rukmono. Malpresentasi dan Malposisi. Dalam Saifudin, AB, Rachimhadhi, T dan Winkjosastro,
GH. Ilmu Kebidanan. ed. 4. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009: p.581-598.
• Soewarto, Soetomo. Ketuban Pecah Dini. Dalam Saifudin, AB, Rachimhadhi, T dan Winkjosastro, GH. Ilmu
Kebidanan. ed. 4. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009: p.677-682.