Menurut Davis yang dimaksud dengan iklim organisasi adalah lingkungan manusia di
dalam suatu organisasi tempat mereka melaksanakan pekerjaan.
Jadi iklim organisasi adalah kepribadian organisasi seperti yang dilihat oleh anggotanya
baik yang bersifat fisik maupun secara psikisi sehingga iklim organisasi menjadi dasar bagi
anggotanya untuk menafsir dan memahami keadaan sekitar mereka dan menentukan
hubungan antara imbalan dan hukum.
2. Dimensi Iklim Organisasi Pendidikan
Kolb dan Rubin, membagi dimensi iklim organisasi menjadi tujuh aspek yang membentuk iklim
organisasi, yaitu sebagai berikut:
1. Konformitas (conformity) adalah perasaan adanya pembatasan yang dikenakan oleh organisasi
secara eksternal.
2. Tanggung jawab (responsibility) adalah tanggung jawab yang diberikan pada karyawan dalam
melaksanakan pekerjaan demi tercapainya tujuan organisasi.
3. Standar pelaksanaan pekerjaan (standar) adalah kualitas pelaksanaan dan mutu produksi yang
diutamakan organisasi.
4. Imbalan (reward) adalah penghargaan yang diberikan mendapat imbalan untuk pekerjaan yang
dilakukan dengan baik, tidak hanya dikritik, diabaikan, atau dihukum.
5. Kejelasan organisasi (organizational clarity) adalah kejelasan tujuan dan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh organisasi, segala sesuatu terorganisir dengan jelas tidak membingungkan, kabur atau
kacau.
6. Hubungan interpersonal dan semangat kelompok (warmth and support) adalah derajat perasaan
para anggota bahwa keakraban adalah penting untuk ciri organisasi, saling menghargai, saling membantu,
dan adanya hubungan yang baik antara karyawan.
7. Kepemimpinan (leadership) adalah posisi di dalam organisasi, apakah diterima atau ditolak oleh
anggotanya. Kepemimpinan didasarkan oleh keahlian, organisasi tidak didominasi atau tergantung pada
satu atau dua orang saja.
3. Timbulnya Iklim Organisasi
Iklim organisasi memengaruhi perilaku guru yang kemudian memengaruhi kinerja organisasi
pendidikan. Dengan demikian kontribusi yang positif atau baik akan menghasilkan perilaku dan
kinerja organisasi yang positif dan baik.
4. Faktor yang Mempengaruhi Iklim Organisasi
Menurut Asmar, terdapat lima faktor yang memengaruhi iklim organisasi, yaitu
sebagai berikut:
a. Penempatan Personalia
b. Pembinaan Hubungan Komunikasi
c. Pendinasan dan Penyelesaian Konflik
d. Pengumpulan dan Pemanfaatan Informasi
e. Kondisi Lingkungan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa iklim organisasi pendidikan
merupakan keadaan di tempat kerja, baik fisik maupun nonfisik yang mendukung
pelaksanaan tugas sekolah.
5. Iklim Organisasi Sekolah
James dan Jones (Toulson Dan Smith) 1994, membagi iklim organisasi di sekolah dalam tiga
pendekatan.
a. Multiple Measurment Organizational Approach
Pendekatan ini memandang bahwa iklim organisasi sekolah sebagai serangkaian
karakteristik deskriptif dari organisasi yang mempunyai tiga sifat, yaitu relative tetap selama
periode tertentu; berbeda antara sekolah satu dan sekolah lainnya, serta memengaruhi perilaku
orang yang berada dalam organisasi tersebut.
b. Perseptual Measurement Organizational Attribute Approach
Pendekatan ini memandang iklim organisasi sekolah sebagai atribut organisasi, tetapi
pendekatan ini lebih menekankan penggunaan pengukuran persepsi daripada pengukuran secara
objektif seperti ukuran dan struktur organisasi.
C. Perseptual Measurment Individual Approach
Pendekatan ini memandang iklim sebagai serangkaian ringkasan atau persepsi global yang
mencerminkan interaksi antara kejadian yang nyata dalam organisasi dan persepsi terhadap
kejadian tersebut. Pendekatan ini menekankan pada atribut organisasi yang nyata ke sebuah
ringkasan dari persepsi individu.
6. Hubungan Antara Iklim Dan Organisasi
Pendidikan
Suatu organisasi pendidikan termasuk sekolah tidak terlepas dari lingkungan yang
mengelilinginya, baik internal maupun eksternal, salah satunya adalah budaya organisasi. Budaya
organisasi sebagai salah satu lingkungan organisasi. Budaya organisasi sebagai salah satu
lingkungan organisasi sangat mempengaruhi terciptanya iklim atau suasana organisasi.
Hoy, et al. (Milner dan Khoza, 2008:158) menyatakan iklim sekolah dipahami sebagai
manifestasi dari kepribadian sekolah yang dapat dievaluasi dalam sebuah kontinum dari iklim
sekolah terbuka ke iklim sekolah tertutup.
B. Budaya Organisasi Pendidikan
Budaya organisasi pendidikan adalah budaya organisasi yang mengacu pada suatu sistem
pemaknaan bersama yang dianut ; oleh anggota organisasi pendidikan dalam bentuk nilai,
tradisi, keyakinan, norma, dan cara berpikir unik yang membedakan organisasi itu dengan
organisasi lainnya.
1. Konsep Budaya Organisasi
Budaya organisasi mengacu pada norma, perilaku, asumsi, dan keyakinan dari suatu
organisasi, sementara iklim organisasi mengacu pada persepsi orang-orang dalam organisasi yang
merefleksikan Norma, Asumsi dan Keyakinan.
Sonhadji dalam Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi adalah proses
sosialisasi anggota organisasi. Adapun Soetopo (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi
berkenaan dengan keyakinan, asumsi, nilai, norma, perilaku, ideologi, sikap, kebiasaaan dan
harapan yang dimiliki oleh organisasi (dalam hal ini termasuk organisasi universitas swasta).
Gibson, Ivanichevich dan Donelly (Soetopo, 2020) berpendapat bahwa budaya organisasi
adalah kepribadian organisasi yang memengaruhi cara bertindak individu dalam organisasi.
Budaya mengandung pola eksplisit dan implisit dari dan untuk perilaku yang dibutuhkan dan
diwujudkan hasil kelompok manusia secara berbeda termasuk benda-benda ciptaan manusia.
Dari semua Definisi tentang budaya organisasi tersebut secara umum dapat ditetapkan bahwa
budaya organisasi berkaitan dengan makna bersama, nilai, sikap, dan keyakinan.
2. Karakteristik Budaya Organisasi
Robbins (Soetopo, 2010) mengemukakan tujuh karakteristik budaya organisasi yaitu sebagai
berikut.
a. Otonomi Individu, yaitu kadar kebebasan, tanggung jawab, dan kesempatan individu untuk
berinisiatif dalam organisasi.
b. Struktur, yaitu kadar peraturan dan ketetapan yang digunakan untuk mengontrol perilaku
pegawai.
c. Dukungan, yaitu kadar bantuan dan keramahan manajer kepada pegawai.
d. Identitas, yaitu kadar kenalnya anggota terhadap organisasinya secara keseluruhan, terutama
informasi kelompok kerja dan keahlian profesionalnya.
e. Hadiah Performansi, yaitu kadar alokasi hadiah yang didasarkan pada kriteria performansi
pegawai.
f. Toleransi Konflik, yaitu kadar konflik dalam hubungan antarsejawat dan kemauan untuk jujur
dan terbuka terhadap perbedaan.
g. Toleransi Risiko, yaitu kadar dorongan terhadap pegawai untuk agresif, inovatif, dan berani
mengambil risiko.
3. Fungsi Budaya Organisasi
Budaya professional terdiri atas budaya dan professional yang masing-masing memiliki
pengertian sendiri. Akan tetapi, budaya professional lebih difokuskan pada keahlian yang
dibudayakan pada prosesnya. Hal ini dikarenakan secara etimologi, profesi berasal dari istilah
bahasa inggris, proffesion atau bahasa latin profecus, yang artinya mengakui, pengakuan,
menyatakan mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.
Secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya dalam science dan teknolohgi yang di
gunakan sebagai perangkat dasar untuk diimplementasikan berbagai kegiatan bermanfaat.
Profesi merupakan jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (ekspertis) dari para
anggotanya.
Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan undang-undang sistem pendidikan
nasional (UUSPN) tahun 2003, dalam pasal 3 ayat 1. dinyatakan : tenaga kependidikan
bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pembangunan, organisatoran, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Dalam UU guru dan dosen, pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik dan perguruan tinggi.
3. Fungsi Manajemen Budaya Sekolah
Manajemen budaya sekolah memiliki fungsi untuk menata, mengatur, mengontrol, dan
mengorganisasi nilai nilai yang di pahami atau yang terindentifikasi dalam pola perilaku. budaya
ini di manifestasikan dalam bentuk sikap dan perilaku sehari-hari kepala sekolah, guru, dan siswa.
Kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya dapat memberikan contoh atau keteladanan
dalam perilaku di sekolah yang mengarah pada budaya sekolah yang kondusif kepada siswa.
3. Proses Pembentukan Budaya Profesional
Moore yang dikutip Martinis Yamin (2008), bukunya Profesional Guru dan Implementasi
KTSP mengindentifikasikan profesi menurut ciri-ciri berikut :
a. Menggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaanya;
b. Terikat oleh panggilan hidup, dan dalam hal ini memperlakukan pekerjaanya sebagai
perangkat norma kepatuhan dan perilaku;
c. anggota organisasi professional yang formal;
d. menguasai pengetahuan yang berguna dan keterampilan atas dasar latihan spesialisasi atau
pendidikan yang sangat khusus;
e. terikat dengan syarat-syarat kompetensi, kesadaran prestasi, dan pengabdian;
f. Memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi sekali.
D. Penerapan Konsep Budaya Organisasi Sekolah
Larry Lashway (1996) menyebutkan Schools are moral institutions, designed to promote social norms
(sekolah adalah institusi moral, dirancang untuk mempromosikan norma), yaitu berkenaan dengan hal-hal
berikut.
1. Observed Behavioral Regularities
Budaya bertindak organisasi di sekolah ditanda dengan adanya keberaturan cara dari seluruh anggota sekolah
yang dapat diamati.
2. Norma
Budaya organisasi di sekolah ditandai pula oleh adanya berisi tentang standar norma yang perilaku dari anggota
sekolah, baik bagi Siswa maupun guru.
3. Dominant Value
Nilai dalam kerangka pencapaian dan keyakinan terhadap pencapaian mutu pendidikan di sekolah hendaknya
menjadi hal yang utama bagi seluruh warga sekolah.
Dari pemikiran Jan E.Freed et. al. tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk membangun budaya kunggulan
akademik atau budaya mutu pendidikan, kita dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip Total Quality
Management, dan menjadikannya sebagai nilai dan keyakinan bersama dari setiap anggota sekolah.
4. Philosophy
Budaya organisasi ditandai dengan adanya keyakinan dari seluruh anggota organisasi dalam memandang tentang
sesuatu secara hakiki, misalnya waktu, manusia, dan sebagainya, yang dijadikan bagian dari organisasi.