Anda di halaman 1dari 25

STERILISASI

KELOMPOK 6 :

AMRIATUN WINDI A. ( E0016048 )


ASYA MARISA ( E0016052 )
DWINITA SAEFAFUNA Y. ( E0016057 )
KRISMA SALMADEA ( E0016063 )

RadioFarmasi
Abstrak :

Potensi
Pemaparan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
Light pemaparan cahaya LED inframerah pada fotoinaktivasi
bakteri bacillus subtilis dengan cara melakukan uji potensi
Emitting untuk mengetahui panjang gelombang yang sesuai dengan
Diode (LED) spektrum serap fotosensitiser bakteri bacillus subtilis. Selain
Inframerah itu dilakukan uji optimasi untuk menentukan jarak dan
waktu pemaparan yang efektif pada proses fotoinaktivasi
Untuk bakteri bacillus subtilis dengan variasi jarak 1,5 cm, 2cm,
Fotoinaktivasi dan 3cm serta variasi waktu 5 menit, 10 menit, 15 menit dan
20 menit. Penelitian ini menggunakan metode TPC (total
Bakteri plate count) untuk menghitung jumlah kematian koloni
Bacillus bakteri akibat pemaparan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa LED inframerah dengan panjang gelombang 950 nm
subtilis berpotensi untuk fotoinaktivasi bakteri bacillus subtilis. Dan
efek pemaparan yang paling efektif adalah pada jarak 1,5 cm
pada waktu 15 menit dengan prosentase kematian sebesar
53%.
RadioFarmasi
Pendahuluan

Fenomena Fisis yang terjadi pada proses fotoinaktivasi


meliputi 3 tahap :
1. Tahap Fotofisika
Berupa interaksi cahaya dengan molekul porifrin pada
proses absorbsi foton dan diikuti dengan eksitasi elektron.
2. Tahap Fotokimia
Terjadi perubahan energi dan struktur elektron sebagai
akibat dari eksitasi elektron.
3. Tahap Fotobiologi
Melibatkan perubahan sel organisme akibat interaksi
cahaya

RadioFarmasi
Faktor-Faktor Daya Tahan Mikroba

Faktor Abiotik Faktor Biotik

a. Suhu a. Komensalisme
b. pH b. Mutualisme
c. Kelembapan c. Parasitisme
d. Tekanan Osmotik
d. Simbiosis
e. Senyawa Toksik
e. Sinergisme
f. Sinar Gelombang
Pendek f. Antibiosis

RadioFarmasi
Metode Penelitian

Penelitian ini menyediakan kelompok kontrol dan


kelompok perlakuan. Metode pemaparan bakteri
dilakukan dengan dua tahap uji. Tahap uji potensi
bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang
(dari lampu LED Inframerah 940 nm dan 950 nm
serta LED merah) yang paling berpotensi untuk
fotoinaktivasi bakteri Bacillus subtilis. Sedangkan
tahap uji optimasi bertujuan untuk mengetahui jarak
dan waktu pemaparan yang paling optimal untuk
fotoinaktivasi bakteri Bacillus subtilis.

RadioFarmasi
Karakterisasi Alat Pengkulturan Bakteri

Isolat Bacillus subtilis dari media agar


Terdiri dari 3 tahap yaitu tahap diambil menggunakan ose ,
karakterisasi temperatur dimasukkan dlm larutan NB.
menggunakan Thermo- Campuran dihomogenkan dengan
vortex dan diinkubasi 24 jam dgn
Hygrometer digital,
inkubator 370C. Dilakukan
karakterisasi waktu pemaparan pengenceran , diambil kultur 1 ml dan
menggunakan stopwatch dimasukkan dlm tabung reaksi yang
digital ,dan karakterisasi berisi air fisiologis 9 ml (10-1) hingga
intensitas pemaparan LED pengenceran ke 10-10. Tiap pengenceran
menggunakan Silicon detector bakteri dituang dlm cawan petri 0,05
ml. Cawan-cawan petri yang berisi
818 SL dengan Output yang bakteri diletakkan dalam posisi terbalik
disambungkan pada voltmeter. dan diinkubasi 24 jam pada suhu 370C.

RadioFarmasi
Penghitungan Jumlah Koloni
Uji Pemaparan LED
Bakteri
Uji potensi pemaparan menggunakan
LED inframerah 940 nm dan 950 nm  Dengan metode pencawanan
serta LED merah, masing-masing (Total Plate count).
dengan jarak 3 cm dan waktu Prosentase penurunan
pemaparan konstan 15 menit.
dilakukan replikasi 10 kali untuk jumlah koloni bakteri yang
masing-masing LED. Hasil penyinaran tumbuh dapat dihitung
diamati dan jenis LED yang lebih dengan :
berpotensi untuk fotoinaktivasi bakteri
dipilih untuk uji optimasi jarak dan |(Σ koloni perlakuan - Σ koloni
waktu pemaparan. Digunakan variasi kontrol)/Σ koloni kontrol | ×
jarak 1,5 cm, 2 cm, 3 cm dan variasi 100
waktu 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20
menit. dilakukan replikasi 4 kali,
sehingga terdapat 12 kombinasi
perlakuan.
RadioFarmasi
RadioFarmasi
Hasil Dan Pembahasan
Pada penelitian tahap
pertama yaitu uji potensi
pemaparan LED
inframerah 940 nm dan
950nm serta LED merah
626 nm untuk
fotoinaktivasi bakteri
Bacillus subtilis ini
menggunakan jarak 3 cm
LED inframerah dengan panjang
dan waktu konstan 15 gelombang 950 nm termasuk yang
menit paling berpotensi pada fotoinaktivasi
bakteri Bacillus subtilis dengan
prosentase penurunan jumlah koloni
bakteri sebesar 34%
RadioFarmasi
Pada tahap kedua yaitu uji optimasi
jarak dan waktu untuk fotoinaktivasi
bakteri Bacillus subtilis, dilakukan
dengan menggunakan variasi jarak 1,5
cm, 2 cm, dan 3 cm serta variasi waktu 5
menit, 10 menit, 15 menit, dan 20 menit.

Dapat disimpulkan bahwa


pemaparan LED inframerah 950
nm untuk fotoinaktivasi bakteri
Bacillus subtilis adalah optimal
pada jarak 1,5 cm dan waktu
pemaparan 15 menit serta
dengan energi 1,39 Joule mampu
menghasilkan prosentase
penurunan jumlah koloni bakteri
sebesar 53%.
RadioFarmasi
Semakin besar jarak penyinaran, maka semakin
rendah intensitas penyinaran yang akan diabsorbsi
oleh bakteri. Sehingga pemaparan yang efektif dapat
terjadi dengan meminimalkan jarak penyinaran yang
akan menghasilkan intensitas tinggi. Maka dalam
penelitian ini diperoleh hasil pemaparan LED
inframerah 950 nm yang paling efektif adalah pada
jarak terendah yaitu 1,5 cm.

RadioFarmasi
Abstrak :

Telah dilakukan perhitungan dosis sterilisasi membran selulosa


Penentuan bakteri dengan iradiasi berkas elektron berdasarkan pada
International Standard Organization (ISO) 11137. Pelikel selulosa
dosis sterilisasi mikroba dibuat dari fermentasi statis bakteri A. xylinum dalam media
yang mengandung air kelapa sebagai sumber mikronutrien. Pelikel
membran kemudian ditekan pada suhu kamar menggunakan alat hand press
selulosa sehingga dihasilkan membran dengan ketebalan 0,03 ± 0,01 mm.
Dosis sterilisasi iradiasi berkas elektron ditentukan berdasarkan ISO
mikroba 11137 melalui 3 tahap yaitu: penghitungan jumlah kontaminasi awal
mikroba (bioburden), penentuan dosis verifikasi dan penetapan dosis
dengan iradiasi sterilisasi menggunakan Tabel 2. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa nilai bioburden rata-rata batch 1, 2 dan 3 masing-masing
berkas adalah 67,4; 92,6; 91 cfu. Sedangkan bioburden rata-rata keseluruhan
elektron batch membran adalah 83,7 cfu. Bioburden rata-rata masing-masing
batch lebih kecil dari dua kali bioburden rata-rata keseluruhan batch,
berdasarkan sehingga bioburden yang digunakan untuk penetapan dosis verifikasi
adalah bioburden rata-rata keseluruhan batch. Berdasarkan pada ISO
iso 11137 11137, maka dosis verifikasi adalah 7,8 kGy. Hasil pengujian
pertumbuhan mikroba pada 100 sampel membran setelah menerima
dosis verifikasi menunjukkan bahwa hanya satu mikroba yang tumbuh
sehingga dosis verifikasi dapat diterima. Dari hasil ini disimpulkan
bahwa dosis sterilisasi iradiasi berkas elektron untuk membran
mikroba pada tingkat Sterility Assurance Level (SAL) 10-6 adalah 21
kGy.
RadioFarmasi
Pendahuluan

Di dalam international standard organization (iso) 13409


disebutkan bahwa dosis radiasi (gamma atau berkas elektron)
minimum 25 kgy dapat digunakan mensterilkan produk
kesehatan.

Besarnya dosis iradiasi yang diperlukan untuk mensterilkan


suatu produk sangat tergantung pada jumlah kontaminasi awal
mikroba (bioburden) yang terdapat pada produk yang akan
disterilkan. Semakin sedikit bioburden suatu produk, semakin
kecil dosis iradiasi yang diperlukan untuk mensterilkan produk
tersebut, karena pemberian dosis iradiasi yang berlebihan dapat
mengakibatkan kerusakan pada produk yang disterilkan. Oleh
karena itu, diperlukan dosis yang tepat untuk mendapatkan
produk yang steril sekaligus meminimalkan kerusakan yang
mungkin terjadi.

RadioFarmasi
Prosedur Penelitian
Pembuatan starter/ bibit Pembuatan pelikel selulosa
larutan selulosa mikroba mikroba (gel nata de coco)

1 liter air kelapa yang telah disaring Air kelapa yang telah disimpan selama 2 hari

ditambah 200 gram sukrosa (gula pasir) disaring 200 ml air kelapa dimasukkan dlm
erlenmeyer Ditambahkan gula pasir 40 gram
dan 25 gram amonium sulfat.
dan amonium sulfat 0,5 gram. Campuran
Campuran diaduk hingga homogen dan diaduk smpai homogen dan pH diukur
keasaman di cek dengan pH meter. Bila dengan pH meter. Bila nilai pH lebih besar
pH larutan lebih besar dari 4, maka dari 4, ditambahkan asam asetat glasial.
ditambahkan asam asetat glasial. Larutan disterilisasi dengan autoklaf pada
Larutan disterilkan dalam otoklaf 10 suhu 121oC 10 menit. Larutan didinginkan
menit, kemudian didinginkan pada dan dituang dlm 4 buah wadah plastik steril
suhu kamar. Ditambahkan 20% larutan masing-masing 50 ml secara aseptis di
biakan A. xylinum, kemudian larutan ruang laminar air flow, lalu ditambahkan 10
ml starter A. xylinum. Wadah plastik ditutup
dimasukkan dlm wadah botol steril dan
kertas koran. Larutan diinkubasi 8 hari pada
diinkubasi pada suhu 30ºC selama 7
suhu 30oC. Setelah diinkubasi, pelikel yang
hari. terbentuk dikeluarkan dari larutan, lalu
dicuci dengan air mengalir selama 24 jam
RadioFarmasi
Perlakuan dengan larutan Penekanan pelikel selulosa
Na(OH) dan H2O2 mikroba

Pelikel selulosa mikroba yang telah  Pelikel yang telah dimurnikan


dihilangkan sisa asam dan gula kemudian
dimurnikan dengan cara direndam dalam dengan larutan H2O2 dibuat
larutan NaOH 4% sambil dipanaskan pada membran/film dengan
suhu 90-95oC selama 1 jam. Pelikel ketebalan 0,03 mm
selanjutnya dicuci dengan air mengalir sambil menggunakan alat hand-press.
dilakukan pemerasan dengan kain serat
(Kanebo) sebanyak 7-10 kali untuk Setelah ditekan, pelikel lalu
menghilangkan sisa NaOH. Untuk dikeringkan pada suhu kamar.
mengoptimalkan penghilangan sisa NaOH
sehingga diperoleh pH netral lempeng nata
selanjutnya direndam dengan air mengalir
selama 24 jam. Pelikel selanjutnya direndam
kembali dengan larutan H2O2 0,25% pada
suhu 40-45oC selama 30 menit, lalu dicuci
dengan akuades.
RadioFarmasi
Penentuan jumlah mikroba
Penentuan dosis verifikasi
awal

Sampel membran selulosa bakteri Dosis verifikasi adalah dosis


diambil 15 buah dgn ukuran 3x3 cm radiasi yang diestimasikan
dari 3 batch produksi yg berbeda. (1
batch produksi = 5 sampel). Masing- untuk menghasilkan tingkat
masing sampel dimasukkan dlm 20 ml jaminan sterilitas (sterility
bacto pepton 0,1%, kemudian dikocok. assurance level), SAL = 10-2 dan
Seluruh air pepton dituang dlm 5 buah digunakan dalam penetapan
cawan petri steril masing-masing ± 4
ml. Ditambahkan media TSA ± 8 ml,
dosis sterilisasi. Dosis verifikasi
dikocok perlahan, dibiarkan mengeras ditentukan setelah jumlah
dan diinkubasi pada suhu 37 0C 4-5 kontaminasi awal diketahui
hari. Dilakukan pengamatan jumlah dengan melihat pada Tabel 2
koloni yang tumbuh pada media TSA menggunakan SAL = 10-2
setelah diinkubasi .

RadioFarmasi
Iradiasi berkas elektron Uji sterilitas

100 sampel membran selulosa 100 sampel 3x3 cm yang telah


bakteri yang berasal dari 1 batch diiradiasi pada dosis verifikasi
produksi berukuran 3 x 3 cm, diambil dengan menggunakan
dimasukkan dlm kantung plastik
pinset steril dan dimasukan
PE yang telah disterilkan,
kemudian diiradiasi menggunakan ke dalam tabung reaksi berisi
MBE dgn energi 1,5 MeV dan arus media TSB. Sampel diatur
berkas 1,5 mA pada dosis verifikasi pada posisi berdiri dan
yang telah didapatkan. 3 sampel terendam media. Media lalu
yang sama yang telah diberi
dosismeter CTA film diiradiasi
diinkubasi pada suhu 37oC 14
dengan dosis yang sama. hari. Adanya mikroba yang
tumbuh dihitung
RadioFarmasi
Penentuan dosis sterilisasi

Setelah dosis verifikasi diterima, di


mana hasil pengujian sterilitas
memberikan nilai positif < 2 maka
dosis sterilisasi ditetapkan
berdasarkan pada Tabel 2, dengan
menggunakan SAL = 10-6. Tingkat
jaminan sterilitas (sterility
assurance level), SAL adalah
probabilitas suatu mikroorganisme
yang masih hidup pada suatu unit
produk setelah proses sterilisasi.

RadioFarmasi
Hasil dan Pembahasan

Pencucian dengan air dan perlakuan dengan NaOH dan H 2O2


menyebabkan pelikel menjadi bebas dari sisa baktei A. xylinum dan
bakteri kontaminan lainnya dan pelikel menjadi putih. Penekanan
terhadap pelikel selulosa menghasilkan membran dengan ketebalan
sekitar 0,03 mm.
RadioFarmasi
Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah kontaminasi awal mikroba rata-rata tiap
batch dari tiga batch membran selulosa mikroba yang digunakan berturut-turut
adalah 67,4; 92,6; dan 91,0 cfu (cell forming unit) dan bioburden rata-rata
keseluruhan batch adalah 83,7 cfu
RadioFarmasi
Sesuai ketentuan ISO 11137, bila, nilai bioburden
rata-rata tidak terdapat di dalam Tabel 2, maka nilai
bioburden setingkat diatasnya yang digunakan
untuk menghitung dosis verifikasi. Pada Tabel 2 nilai
bioburden 83,7 tidak ada, maka nilai bioburden
setingkat diatasnya yaitu 88,67 digunakan untuk
menentukan dosis verifikasi. Dengan menggunakan
Tabel 2, pada bioburden 88,67 dan SAL 10-2, maka
dosis verifikasi adalah 7,8 kGy.

RadioFarmasi
Hasil pengukuran
terhadap CTA film
menunjukkan dosis
terabsorpsi antara
7,6 — 8,3 kGy. Dlm
ISO 11137 disebutkan
dosis verifikasi dpt
diterima bila dosis
terabsorpsi tidak
melebihi 10% dari
dosis target (7,8 kGy)
dan tidak boleh lebih
rendah dari 90 %
target dosis.

RadioFarmasi
Dalam ISO 11137
verifikasi dpt
diterima bila
dari 100 sampel
yang diiradasi
pada dosis
verifikasi, hanya
boleh terdapat
maksimum 2
sampel yg tidak
steril (terdapat
pertumbuhan
mikroba).

RadioFarmasi
Dalam aplikasinya, membran selulosa digunakan sebagai
material implan pada operasi/bedah periodontal. Suatu
material yang digunakan berkontak langsung dengan cairan
tubuh (darah) dan organ dalam seperti digunakan dalam
operasi dipersyaratkan mempunyai tingkat jaminan
sterilitas, SAL 10-6. SAL 10-6 artinya adalah dari 1 juta
produk yang disterilkan hanya dibolehkan maksimum 2
produk yang tidak steril. Membran selulosa mikroba akan
digunakan berkontak langsung dengan cairan tubuh, karena
itu mempunyai SAL 10-6. Dari tabel 2 didapatkan bahwa dosis
sterilisasi berkas elektron untuk membran selulosa mikroba
dengan SAL 10-6 adalah 21 kgy.

RadioFarmasi
Terimakasih

RadioFarmasi

Anda mungkin juga menyukai