Anda di halaman 1dari 27

Adverse Drug

Beberapa Kata Kunci


• Adverse Drug Reaction (ADR)
– Merupakan suatu respon tidak menyenangkan dan tidak diinginkan
terhadap suatu obat pada dosis terapi normal
– Tidak termasuk : kegagalan terapi, overdosis, penyalahgunaan obat,
ketidakpatuhan terhadap pengobatan, dan eror dalam pengobatan
– Ex : reaksi alergi, anafilaktik

• Efek Samping
– Efek yang tidak diinginkan pada suatu produk farmasi yang
digunakan dalam dosis terapi normal dan berkaitan dengan
farmakodinamik atau farmakokinetik obat
– Efek tersebut sudah umum diketahui dan sudah dapat diperkirakan
Beberapa Kata Kunci
• Serious adverse effect
– Efek yang muncul akibat penggunaan obat yang dapat mengakibatkan
adanya disabilitas yang signifikan atau mengancam jiwa
– Dapat berupa : kematian, masuk rumah sakit, atau perpanjangan lama
ngamar di rumah sakit

• Adverse Drug Event (ADE)


– Adanya kejadian yang tidak diinginkan akan tetapi tidak memiliki
hubungan sebab akibat terhadap terapi yang dilakukan
– Merupakan kesalahan yang muncul akibat tindakan tenaga medis atau
pengguna obat itu sendiri, bukan karena efek dari terapi
– Misalnya : eror dalam pengobatan (medical errors) dan overdosis obat
Beberapa Kata Kunci
• Prescribing Error
– Adanya kesalahan saat peresepan obat

• Medication Error
– Kesalahan pemberian obat atau dosis yang
berbeda dengan tulisan yang diperintahkan
Konsep Side Effect-ADR-ADE
Pengobatan

Gejala Efek Samping

Injuries

Yes No
Error?

Adverse drug event Adverse drug reaction


(ADE) (ADR)
Adverse Drug Reaction
• Merupakan suatu respon yang tidak
menyenangkan dan berbahaya terhadap suatu
obat yang muncul pada dosis terapi normal
• Singkatnya : adanya kerusakan organ yang muncul
akibat pengobatan yang dilakukan yang diberikan
pada dosis yang normal untuk pengobatan
• Tidak termasuk : kegagalan terapi, overdosis,
penyalahgunaan obat, ketidakpatuhan
pengobatan, dan medication error
Sistem Organ yang Terkena
• Dapat terkena seluruh sistem organ, meliputi :
– Hematologi
– CNS
– Dermatologi / alergi
– Metabolik
– Cardiovascular
– Gastrointestinal
– Renal / genitourinary
– Respirasi
– Sensori
Faktor Risiko ADR
• Usia (terutama pada anak dan orang tua)
• Pengobatan multipel dan banyak obat
• Adanya kondisi komorbid (penyakit penyerta)
• Monitoring pengobatan yang inadekuat
• Disfungsi sistem organ
• Perubahan fisiologi tubuh (misal orang tua, kehamilan)
• Adanya riwayat ADR sebelumnya
• Pengobatan jangka panjang dan dosis yang berlebihan
• Adanya predisposisi genetik (keluarga dengan ADR)
Klasifikasi ADR (4)  abcdef
• Augmented – Dose-Related : (Memperbesar)
– ADR yang muncul paling sering (75%) dan
berkaitan dengan cara kerja obat
– Contoh :
• Efek toksik : tuli akibat penggunaan aminoglikosida,
karena aminoglikosida yang bersifat ototoksik
• Efek samping : perdarahan karena anticoagulan
(warfarin), hipotensi akibat antihipertensi, gastritis
akibat pemakaian NSAID
– Jarang mengakibatkan kematian
Klasifikasi ADR
• Bizzare – Non-dose Related : (ganjil/aneh)
– Sangat jarang terjadi, tidak bisa diprediksi
– Merupakan ADR yang muncul yang tidak berkaitan
dengan mekanisme farmakologis obat tersebut
– Mortalitas sangat tinggi
– Contoh :
• Reaksi anafilaksis karena alergi terhadap penisilin
• Aplastik anemia karena klorampenikol
• Idiosyncratic (tidak diketahui penyebabnya) :
hepatotoksik atau nefrotoksik
Klasifikasi ADR
• Chronic – Dose Related and Time Related
– ADR yang berkaitan dengan pemberian obat
jangka panjang dengan dosis obat yang tinggi dan
menumpuk (kumulatif)
– Contoh :
• Adanya supresi aksis hipotalamus-pituitary-adrenal
akibat penggunaan steroid jangka panjang (Cushing’s
syndrome)
Klasifikasi ADR
• Delayed – Time Related :
– Merupakan ADR yang berkaitan dengan dosis
pemberian obat namun efek yang ditimbulkan
baru muncul beberapa waktu setelah terapi
– Contoh :
• Teratogenesis (obat yang toksik pada ibu hamil) :
Adanya craniofacial malformation pada bayi pada ibu
yang mengkonsumsi isotretinoin
Contoh Obat Teratogenik
• Teratogen yang Diketahui :
– Thalidomide : phocomelia
– Isotretinoin dan vitamin A (dosis tinggi) : malformasi jantung dan hidrosefalus
– Warfarin : Abnormalitas wajah, kerusakan CNS
– Asam valproat : neural tube defects (spina bifida)

• Suspek Teratogen :
– Tetrasiklin : kerusakan gigi dan tulang
– Litium : malformasi jantung
– Glukokortikoid : retardasi pertumbuhan, cleft palate
– ACE-inhibitor : gagal ginjal pada janin, oligohidramnion, hipotensi janin,
hipoplasia pulmoner, dan kematian intrauterine
– Phenytoin : fetal hydrantoin syndrome (malformasi craniofacial, mikrosefali,
dan cleft palate)
– Carbamazepine : malformasi craniofacial
Klasifikasi ADR
• End of Use – Withdrawal :
– ADR yang muncul setelah penghentian mendadak
suatu obat
– Contoh :
• Sindroma lepas opioid
• Kejang setelah pelepasan obat antikonsulvan
• Insufisiensi adrenokortikal setelah penghentian
kortikosteroid
Klasifikasi ADR
• Failure – Unexpected Failure of Therapy
– Adanya kegagalan terapi
– Seringkali terjadi diakibatkan karena adanya
interaksi obat
– Contoh :
• Kegagalan terapi infeksi akibat resistensi antimikroba
• Dosis terapi kontrasepsi oral yang inadekuat khususnya
ketika dikombinasikan dengan obat yang menginduksi
enzim CYP450
Adverse Drug Events
• Adanya kerusakan sistem jaringan tubuh yang
muncul pada saat pengobatan tetapi efek
tersebut tidak memiliki hubungan terhadap
tujuan terapi yang dilakukan
• ADE termasuk medication errors dan
overdosis
ADE - Overdosis

Efek normal morfin sebagai analgesik : menurunkan nyeri


Jika dosis yang berlebihan diberikan  akan mengakibatkan depresi nafas  ADE
Obat yang Paling Sering Mengakibatkan ADE

• Cardiovascular 26.0%
• Antibiotics/anti-infectives 14.7%
• Diuretics 13.3%
• Nonopioid analgesics 11.8%
• Anticoagulants 7.9%
• Hypoglycemics 6.8%
Klasifikasi ADE
• Significant :
– Contoh : oversedasi, rash dan alergi, munculnya perdarahan namun tidak
mengakibatkan MRS atau membutuhkan transfusi, jatuh tidak mengakibatkan fraktur

• Serious / Severe :
– Contoh : delirium, jatuh mengakibatkan fraktur, perdarahan mengakibatkan transfusi
dan MRS

• Mengancam Jiwa :
– Contoh : perdarahan mengakibatkan hipotensi, gagal liver, hipoglikemia, ensefalopati

• Fatal : mengakibatkan kematian


ADE yang Paling Sering
• Gastrointestinal tract events 22.1%
• Electrolyte/renal 16.7%
• Hemorrhagic 12.7%
• Metabolic/endocrine 9.5%
Medication Error
• Medication error merupakan adanya kesalahan
dalam proses pengobatan
• Dapat terjadi pada beberapa tahapan proses
pengobatan, meliputi :
– Pemesanan obat dan peresepan (77.8%)
– Pembacaan transkrip resep (5,8%)
– Dispensing obat (kesalahan akibat label obat yang hampir
mirip) [1%]
– Pemberian obat (12.8%)
– Monitoring obat (0.5%)
Contoh Medication Error
• Celebrex (anti-inflamasi) salah dengan Celexa (antidepresant)
• Zyrtex (antihistamin) salah dengan Zyprexa (antipsikotik)
• 0.5 mg Xanax salah dengan 5 mg Xanax
• Toradol 15 mg salah dengan 50 mg
• Insulin 5u salah dengan 50 unit
• Amoxicillin salah dipesan untuk pasien dengan alergi penisilin
Penyebab Medication Error
• Faktor Manusia :
– Beban kerja yang berat dan kelelahan
– Ketidakterampilan, kurangnya pengalaman dan pelatihan, tulisan yang jelek, dan
perintah secara oral

• Faktor Tempat Kerja :


– Jeleknya pencahayaan, suara bising, interupsi, beban kerja yang berat

• Faktor Farmasi :
– Terlalu banyaknya peresepan
– Penamaan obat dan label yang susah
– Naiknya jumlah obat yang dikonsumsi pasien
– Kalkulasi obat yang ribet dan sulit
– Kurangnya standar operasi prosedur untuk terapi pengobatan
Pencegahan Medication Error
• Untuk mencegah error, ingat 5 hal ini :
– Right Patients
– Right Medication
– Right Dose
– Right Route
– Right Time
Mencegah Error
• Dapatkan data medical history pasien yang
baik, mengenai :
– Obat yang dikonsumsi dan dosisnya
– Adanya penggunaan obat over-the counter (OTC)
yang dibeli sendiri di apotek oleh pasien
– Adanya penggunaan produk herbal / alternatif
– Dosis terakhir yang dikonsumsi
– Rute pengobatan apa saja yang diperoleh oleh
pasien dari pengobatan sebelumnya
Mencegah Error
• Peresepan yang baik meliputi :
– Gunakan kombinasi obat atau obat tunggal sesuai
dengan kondisi pasien
– Start low and go slow (gunakan dosis obat dari yang
paling rendah dan dinaikkan dosisnya secara bertahap)
– Hindari interaksi obat-obat atau obat-makanan
– Hindari interaksi potensial antara obat dengan
penyakit yang diderita pasien
• Monitor obat dan reaksi pasien jika dibutuhkan
Kiat Peresepan Obat
• Ketika meresepkan obat, dokter harus menimbang
kerugian dan keuntungan suatu obat yang
diberikan
• Hal yang perlu dipertimbangkan :
– Efficacy: apakah obat ini efektif ?
– Safety : keamanan obat
– Suitability : apakah obat ini cocok dengan kondisi pasien
(menimbang penyakit, faktor usia, atau adanya
kegagalan organ)
– Cost

Anda mungkin juga menyukai