Anda di halaman 1dari 30

MORBUS HANSEN

Kepaniteraan Klinik Madya Periode 10-16 Agustus 2020


Departement Dermatologi dan Venereologi FK UNUD RSUP SANGLAH

E S T H E R I VA N A O K H O TA N
R E Y N A L D I S K A R M E L I TA R O B E RT
T J O K O R D A I S T R I P U T R I A D H YA S A R I W U L A N D A R I
P R I A N K A P R A D N YA PA R A M I T H A
DEFINISI

EPIDEMIOLOGI

ETIOLOGI

TRANSMISI

PAT O G E N E S I S
MORBUS HANSEN
KLASIFIKASI

GEJALA KLINIS

DIAGNOSIS

DIAGNOSIS BANDING

PEMERIKSAAN PENUNJANG

MANAJEMEN TERAPI
DEFINISI

Infeksi kronis akibat M. leprae -> saraf tepi


Dapat mengenai semua organ : kulit, mukosa
mulut, saluran napas atas, retikoluendotelial
sistem, mata, otot, tulang, dan testis,.
ETIOLOGI

• Mycobacerium leprae (M. leprae)


• BTA, gram positif, pertumbuhan lambat
• Intraseluler obligat : afinitas -> makrofag dan sel Schwann
• Di tubuh manusia -> di tempat dingin (cuping telinga)
• Suhu optimum : 30°C
• Ukuran: 1-8 μ X 0,2-0,5 μ
• Tidak dapat dikultur
• Masa inkubasi: 6 bulan sampai 40 tahun
• Masa inkubasi rata-rata: 4 tahun (tuberkuloid), 10 tahun (lepromatosa)
EPIDEMIOLOGI

• Endemik pd daerah tropis dan subtropis


• MDT  menurunkan prevalensi (< 1 kasus/10.000 populasi di 90% negara
endemis)
• Jumlah kasus terbanyak ada di regional Asia Tenggara, Amerika, dan Afrika
• Data Kemenkes RI Tahun 2018, kasus kusta di Indonesia 17.202 kasus dan
menempati posisi ketiga di dunia setelah India dan Brazil
• Pengetahuan yang kurang dan akses terhadap terapi spesifik  sulit
TRANSMISI

• Masih belum diketahui secara pasti


• Faktor risiko : kontak yang erat dan lama, lingkungan padat penduduk

• Rute penularan melalui inhalasi, mukosa hidung


• Cara penularan kemungkinan melalui kulit yang lecet, (lebih jarang) bagian
tubuh yang bersuhu dingin, mukosa nasal
• Bimodal age distribution 10-14 tahun dan 35-44 tahun
• Anak-anak lebih rentan dan cenderung dalam bentuk tuberkuloid
PAT O F I S I O L O G I

Sel
M. Leprae
Schwann
cell-mediated
immune
response (CMI)

reaksi inflamasi perineuriu


kronis
Gejala klinis tergantung dengan respon imunitas selular daripada intensitas infeksi
m swelling
ischemia,
KLASIFIKASI

- Klasifikasi Madrid: I, T, B, L
- Klasifikasi Ridley-Jopling: TT, BT, BB, BL, LL
- Klasifikasi WHO: kusta tipe PB dan kusta tipe MB
• Kusta tipe PB (I, TT, sebagian besar BT, BTA negatif)
• MB (BB, BL, LL, sebagian BT, B dan L, BTA positif)
KLASIFIKASI WHO

PB MB

1.Lesi kulit - 1-5 lesi - >5 lesi


(makula datar, - Hipopigmentasi - Distribusi lebih
papul yang / eritema simetris
meninggi, - Distribusi tidak - Hilangnya
nodus) simetris sensasi
- Hilangnya
sensasi yang
jelas

2.Kerusakan - Hanya satu - Banyak cabang


saraf cabang saraf saraf
KLASIFIKASI RIDLEY- TIPE TT TIPE BT TIPE BB TIPE BL TIPE LL
JOPLING Makula/ Plakat Mirip TT Campuran tipe Menyerupai Lesi sangat
Hipopigmentasi TT & LL tipe LL tetapi banyak
masih ada kulit Simetris,
Batas tegas Paling tidak
normal
stabil
Jumlah soliter/ Batas tidak
Bentuk dan
beberapa tegas
ukuran lesi
Lesi plakat
Permukaan lesi bervariasi,
Permukaan
kering, rambut simetris, plakat
halus
hilang
anastesi
Mengkilat
Penebalan saraf Gangguan
perifer, claw saraf lebih
hand, mutilasi ringan tetapi
lebih banyak
terkena
Lesi Satelit + Lesi Satelit (+) Punched out Madarosis ->
Punched Out Lession (+) (Facies
Lession (+) Keratitis & Leonina)
Madarosis tidak Keratitis (+)
lengkap Ginekomastia
(+)
Diagnosis

- Anamnesis:
• Keluhan pasien
• Riwayat kontan dengan penderita morbus Hansen
• Latar belakang keluarga-> sosial ekonomi
- Inspeksi

Dengan penerangan yang baik, lesi kulit dan kerusakan kulit di evaluasi
- Palpasi:
• Kelainan kulit, nodus, infiltrate, jaringan parut, ulkus-> terutama pada ekstremitas
• Kelainan saraf
Indeterminate

• Makula hipopigmentasi, batas


tegas
• Raba normal/ sedikit
terganggu
• Keringat, pertumbuhan
rambut normal
• Lokasi: wajah, punggung,
ekstensor lengan
Tipe TT (tuberculoid)

 Makula/plakat
hipopigmentasi
 Lesi kulit sedikit

 Permukaan kering,

batas tegas,
anestesi, bagian
tengah sembuh,
rambut hilang
 Penebalan saraf

perifer
BT (BORDERLINE TUBERCULOID)

• Campuran TT dan BB,


dengan lesi kulit mirip
tipe TT
• Makula hipopigmentasi,
tak teratur, batas tak
tegas, kering, lesi satelit
atau pseudopodium.
• Gangguan saraf lebih
ringan tapi yang terkena
lebih banyak
TIPE BB (BORDERLINE-BORDERLINE)

• Campuran tipe TT dan


LL, paling tidak stabil,
asimetris.
• Makula eritematosa,
menonjol, bentuk tak
teratur, kasar agak
mengkilat
• Ditemukan lesi satelit,
penebalan saraf dan
kontraktur
• Bentuk dimorfik
• Lesi punched out (+)
TIPE BL (BORDERLINE LEPROMATOUS)

• Lesi menyerupai tipe LL,


dengan jumlah lebih
sedikit
• Masih dijumpai kulit
normal
• Makula infiltrat merah,
mengkilat, tak teratur,
batas tak tegas
• Terdapat lesi plakat dan
punched out lesion
• Keratitis dan madarosis
tidak lengkap
LL (LEPROMATOUS)

• Jumlah lesi sangat


banyak, simetris
• Tidak dijumpai kulit
normal.
• Permukaan lesi halus,
mengkilat, batas tak
tegas
• Fase lanjut didapatkan
makula kasar, menebal,
dan mengkilat,
terutama pada dahi,
daun telinga, dan
hidung dan terjadi
Madarosis  Facies
leonina
TANDA KARDINAL KUSTA

• Kelainan kulit : bercak hipopigmentasi/eritematosa, bisa mendatar (makula), bisa


meninggi (plak), nodul, atau infiltrat
• Penebalan saraf tepi
• Anastesi/kelainan kulit yang mati rasa
• Adanya BTA pada slit skin smear

Penegakan diagnosis  2 dari 3 tanda kardinal yang pertama ATAU hanya yang ke-4 saja
Gambaran Klinis Lain

Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai buta


Hidung : epistaksis, hidung pelana
Tulang dan sendi : absorbsi, mutilasi, artritis
Lidah : ulkus, nodus
Larings : suara parau
Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi
Kelenjar limfe : limfadenitis
Rambut : alopesia, madarosis
Ginjal : glomerulonefritis, amiloidosis ginjal, pielonefritis, nefritis interstitial
DIAGNOSIS BANDING

• Tinea versikolor, vitiligo, ptyriasis alba  macula hipopigmentasi


• Tinea korporis  plak eritema
• Pitiriasis rosea
PEMERIKSAAN PENUNJANG

BAKTERIOSKOPIK HISTOPATOLOGIK

Skin smear: pemeriksaan sediaan yang diperoleh Pemeriksaan histopatologi: memastikan


dari irisan kecil pada kulit kemudian diwarnai gambaran klinik dan penentuan klasifikasi lepra 
dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam lepra Indeterminate.
(BTA) yaitu dengan menggunakan Ziehl-Neelsen Sediaan bisa diambil dari biopsi lesi kulit yang
untuk melihat M.leprae. Selanjutnya interpretasi segar  pemeriksaan antigen PGL-1, antigen
hasil dengan Indeks Bakteri (IB) dan Indeks LAM, sel-sel limfosit, sel makrofag, dan
Morfologi (IM). pemeriksaan sitokin seperti IL-1, IL-2, INF-
Bagian tubuh padat basil  kulit cuping telinga Gamma, dan TNF.
dan lesi kulit yang paling aktif.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

SEROLOGIK

Didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh


seseorang yang terinfeksi M.leprae.
Untuk kusta tipe lepromatosa.
Macam-macam pemeriksaan serologik lepra: uji
MLPA, uji ELISA, ML dipstick test, ML flow
test, dan PCR test.
MANAJEMEN TERAPI

Kelompok Usia Rifampicin Clofazimine Dapsone Durasi Durasi


Regimen pengobatan MDT (Multi Drug (MB) (PB)
Therapy) sesuai rekomendasi WHO
(2018):

300 mg/bulan, 50
Dewasa 600 mg/bulan 100 mg/hari 12 bulan 6 bulan
mg/hari

150 mg/bulan, 50
Anak (10-14 tahun) 450 mg/bulan 50 mg/hari 12 bulan 6 bulan
mg setiap 2 hari

100 mg/bulan, 50
10
Anak (<10 tahun atau <40 kg) mg 2x dalam 2 mg/kg/hari 12 bulan 6 bulan
mg/kg/bulan
seminggu
MANAJEMEN TERAPI
D R U G R E S I S TA N T

Tipe drug-resistance 6 bulan pertama (setiap hari) 18 bulan berikutnya (setiap hari)

Regimen pengobatan MDT (Multi Drug


Therapy) sesuai rekomendasi WHO Ofloxacin 400 mg + minocycline 100 mg + Ofloxacin 400 mg + minocycline 100 mg +
clofazimine 50 mg clofazimine 50 mg
(2018):

Rifampicin

Ofloxacin 400 mg + clarithromycin 500 mg +


Ofloxacin 400 mg + clofazimine 50 mg
clofazimine 50 mg

Clarithromycin 500 mg + minocycline 100 mg Clarithromycin 500 mg ATAU minocycline


Rifampicin dan ofloxacin
+ clofazimine 50 mg 100 mg + clofazimine 50 mg
R E A K S I K U S TA

TIPE I TIPE II

• Reaksi reversal, reaksi upgrading, reaksi • Reaksi eritema nodosum leprosum


borderline • Pada pasien tipe MB
• Reaksi hipersensitivitas tipe lambat • Reaksi humoral dimana banyak basil kusta mati
• Pasien tipe borderline  meningkatnya dan hancur menjadi antigen
kekebalan sistem selular • Reaksi kompleks imun  mengendap di kulit
• Pergeseran tipe kusta ke arah PB berbentuk nodul (eritema nodosum leprosum),
• Gejala klinis: perubahan lesi kulit, neuritis, mata (iridosiklitis), sendi (artritis), dan saraf
dan/atau gangguan keadaan umum. (neuritis)
• Tidak ada perubahan tipe.
MANAJEMEN TERAPI
R E A K S I K U S TA

OBAT ANTIREAKSI ANALGETIK/SEDATIF

• Aspirin: 600-1200 mg diberi tiap 4 • Aspirin: 600-1200 mg tiap 4 jam,


jam, 4-6x/hari 4-6x/hari
• Prednison 30-80 mg/hari dosis • Parasetamol 300-1000 mg, 4-
tunggal pagi hari sesudah makan 6x/hari
atau dosis terbagi
(Pada reaksi berat prednison
dosis tunggal/ terbagi)

I S T I R A H AT/ I M O B I L I S A S I
M A N A J E M E N U M U M K U S TA

• Pengobatan pasien dengan MDT-WHO sampai RFT


• Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan pemeriksaan fungsi saraf secara rutin
• Penanganan reaksi
• Penggunaan alat bantu
• Rehabilitasi medis
• Pencegahan cacat di rumah (3M): Memeriksa mata, tangan, kaki secara teratur,
Melindungi mata, tangan, kaki dari trauma, dan Merawat diri
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai