Anda di halaman 1dari 39

ASSALAMU’ALAIKUM

SEBAB-SEBAB
PERBEDAAN DALAM
IJTIHAD

Mata Kuliah: Fiqih I


Dosen Pengampu: Dr. Yahya Zahid
Ismail, M.Pd.I
Kelompok 3
Kelas 1A
M. Faqih Islamuddin Afifatun Nuha
Agus Ibnu M. Cindy Nur Azizah
Abdul Majid Lusiana Nur Afifah
Fuat Hasyim Melinda Ambarsari
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STIT SUNAN GIRI TRENGGALEK
2020
Sebab-sebab Perbedaan
Dalam Berijtiihad
Perbedaan Dalam methode Memahami al-
Qur’an dan al-Hadits

Perbedaan Dalam Prosedur Penerapan


Methode Ijtihad

Faktor Penyebab Perbedaan Prosedur


Penggunaan Metode Berijtihad Sesudah
Masa Tabi’in
Perbedaan Dalam
methode Memahami
al-Qur’an dan al-
Hadits.

Perbedaan Dalam Methode Perbedaan Dalam Methode


Memahami Ayat al-Qur’an Memahami al-Sunnah
Perbedaan Dalam
Methode Memahami Ayat
al-Qur’an
Para ‘ulama’ bersepakan untuk
menyatakan bahwa al-Qur’an
merupakan dasar pokok dan utama
serta pertama bagi para mufti dan
berijtihadnya, sebab setiap
masalah harus dikembalikan
kepadanya sebagai sumber hukum
pertama dan utama
Faktor yang mempengaruhi
Adanya perbedaan wawasan dan pengetahuan yang telah
mereka miliki, disamping perbedaan lamanya mereka bergaul
dengan Rasulullah saw

Adanya “Ta’arrudl al-Nushush (‫ص‬ ُ ُّ‫لن‬99‫ ُّرضا‬9‫ َع‬99‫ َت‬/ pertentangan


ْ ‫ص ْو‬
antar ayat-ayat)”

Adanya susunan ayat yang mengandung dua prsepsi atau


wajah
Perbedaan Dalam
Methode Memahami al-
Sunnah
Al-Hadits yang dikeluarka oleh
Rasulullah selama 22 tahun lebih
itu lebih disebabkan adanya kasus
yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat pada waktu itu.
Diantara kasus-kasus tersebut ada
yang disepakati dan ada pula yang
dibatalkan
Sahabat yang masuk islam lebih dahulu, lalu waktunya
dihabiskan untuk menyertai Rasul, maka wawasan
mereka dalam kemampuan memahami nash, lebih
sempurna dibandingkan dengan sahabat yang masuk
islamnya belakang dan waktu mereka gunakan untuk
menyertai Rasul hanya sedikit. Dengan keadaan inilah
maka Hadits Nabi yang diterima para Sahabat tersebut
tentu tidak sama.
Sekalipun dapat dikatakan bahwa hampir seluruh
waktu para sahabat itu dipergunakan untuk menyertai
Rasul, tidak semuanya al-Hadits diterimanya
Perbedaan Dalam Prosedur Penerapan
Methode Ijtihad

Kalangan Sahabat

Kalangan Tabi’in
Sesudah Masa
Tabi’in
Perbedaan Prosedur Penerapan
Methode Ijtihad Di Kalangan
Sahabat
Para sahabat selalu menggunakan methode
(cara)jika masalah tersebut tidak ditemukan
hukumnya dalam al-qur’an dan al-Hadits, maka
untuk menetapkan hukumnya mereka menggunakan
Ra’yu atau ijtihad. Artinya setelah merenungkan dan
menyelidiki masalahnya dan mencari yang benar
diantara dalil-dalil yang dhahir dan yang
bertentangan, baik pada akhirnya diputuskan sendiri
maupun dengan menempuh jalan lainnya
Kondisi Para Sahabat Di Tengah Perbedaan
Prinsip Musyawarah di kalangan para sahabat masih
sangat kuat

Para sahabat masih banyak yang menetap di Madinah

Periwayatan al-Hadits belum begitu meluas

Belum banyaknya masalah-masalah baru yang muncul

Para sahabat tidak mempermudah dalam memberikan


Fatwa
Dalam memberikan fatwa, mereka selalu mengutamakan
orang-orang yang lebih pantas untuk berfatwa
Dengan adanya
kondisi tersebut,
menjadikan
perbedaan pendapat
di kalangan para
sahabat tidak meluas
seperti kondidi di
masa setelahnya
Perbedaan Prosedur Penetapan
Methode Ijtihad Di Kalangan
Tabi’in
Pada masa Tabi’in, kedudukan
ijtihad sebagai salah satu alat
untuk menggali hukum Islam
semakin meluas sekalipun
prinsip Musyawarah sudah
terlihat agak menurun dan
kurang berfungsi
Faktor Penyebab
Banyaknya para ‘ulama’ yang sudah terpencar
keseluruh wilayah islam, sehingga prinsip tersebut
sulit dilaksanakan

Pecahnya suhu politik dikalangan kaum muslimin


dalam masalah kepemimpinan, setelah wafatnya
‘Utsman bin ‘Affan. Hal ini terjadi menjadi tiga
kelompok, yaitu: Kelompok Khawarij, Kelompok
Syi’ah , kelompok Mu’awiyah dan kelompok Murji’ah
Dari peristiwa itulah, berakibat pada
terjadinya perbedaan pandangan dalam
menetapkan hukum islam.sekalipun
pada hakikatnya masing-masing
kelompok tersebut sama dalam hal
memegangi pendirinya terhadap
masalah politik, misalnya saja
kelompok Khawarij yang sangat
membenci kelompok Syi’ah dengan
menetapkan hukun-hukum dasar
keagamaan yang sudah disesuaikan
dengan pandangan politiknya
Kelompok Selain Syi’ah
dan Mu’tazilah

Ahl Al-Hadits

Ahl Ar-Ra’yi
Ahl Al-Hadits
yaitu Kelompok Jumhur Ulama’ yang terpengaruh oleh metode
berfikirnya ulama’ Hijaz dan sebagai guru besarnya Imam Malik bin Anas

Adapun methode berfikirnya para ulama’ Hijaz ini, terpengaruh dengan


methode Ibnu ‘Abbas dan Ibnu Umar, dimana keduanya sebagai sahabat
Rasul yang bersungguh-sungguh dalam memegangi nash. jika tidak
dijumpai dalam Nash, maka mereka menggunakan al-Ra’yu atau ma’qul
al-Nash dalam menyeleseikan persoalan-persolan yang benar-benar
suadah terjadi dan memang tidak ada nashnya
Ulama’ Hijaz terkenal dengan
sebutan ulama’ Ahl al-Hadits

Adanya ulama’ Tabi’in yang hanya terpaku pada nash, baik


dari al-Qur’an, al-Hadits maupun Ijma’ sahabat

Ulama’ Hijaz itu hanya mau menggunakan Ijtihad bi al-Ra’yi


jika dalam keadaan terpaksa

Para ulama’ Hijaz, kkhususnya Sa’id bin Musayyab


bersengaja menekuni pengumpulan dan penghafalan fatwa-
fatwa sahabat dan keputusan-keputusan Qadli Madinah. Oleh
sebab itu, mereka hanya tertuju pada Al-qur’an, al-Sunnah dan
Ijma’ Sahabat serta keputusan Qadli dari kota Madinah
Faktor Penyebab Ulama’ Hijaz Lebih Sering
Menggunakan Hadits Daripada Ra’yu

Banyaknya ulama’ Hijaz yang


terpengaruh oleh methode berfikir
gurunya

Banyaknya ulama’ Hijaz yang


menghafal al-Hadits

Minimnya ulama’ Hijaz yang menemui


peristiwa baru yang pada masa shabat
tidak ada, tidak seperti di Irak
Ahl Ar-Ra’yi
Kelompok berfikirnya para ‘ulama’ Iraq dan guru
besarnya Imam Abu Hanifah bin Nu’man

Dalam methode berfikir, mereka banyak


dipengaruhi oleh methode berfikir ‘Umar bin
Khathab dan Ibnu Mas’ud, yang keduanya terkenal
sebagai sahabat Nabi yang banyak menggunakan
al-Ra’yu sebagai dasar penentuan hukum Islam
hal-hal yang menyebabkan
ulama’ Irak menjadi “Ahl al-
Ra’yi”
Mayoritas ulama’ Iraq banyak terpengaruh methode berfikir para gurunya, seperti Abdullah
bin Mas’ud, yang banyak dipengaruhi pola pikir Umar bin Khathab

Keberadaan kota Kuffah dan Bashrah yang menjadi markas tentara Islam. sedang Kuffah
sendiri merupakan tempat berdomisi Ali bin Abi Thalib yang banyak dikunjungi oleh
kelompok Ulama’ terkenal

Adanya kota Irak sendiri yang menjadi tempat kelahiran para tokoh Syi’ah. Begitu juga
menjadi pusat pemerintahan kaum Khawarij dan munculnya hadits-hadits palsu

Adanya kota Irak yang terpenuhi dengan berbagai sumber kekayaan, diantaranya adalah
sungai Dajlah ( Tigris ) dan sungai Furat, sehingga dengan kedua sungai ini, masyarakat
menuntut supaya dibuatkan pengairan dan dengan demikian muncul masalah baru, seperti
diberlakukannya wajib pajak dan lain sebagainya
Perbedaan Prosedur Penetapan
Methode Ijtihad Sesudah Masa
Tabi’in
Pada awal abad ke-IV hijriyyah,
kedudukan ijtihad dimasa tabi’in sudah
terlihat semakin kokoh dan bahkan
meluas ke berbagai wilayah kekuasaan
Islam, sehingga pada masa itu dari
kalangan jumhur ulama’ muncul
kebebasan berijtihad dan menyebabkan
lahirlah tiga belas ( 13 ) imam mujtahid
Dengan lahirnya ke-13 mujtahid ini
diantaranya disebabkan oleh banyak
peristiwa baru yang harus diselesaikan
dengan segera oleh ummat islam waktu
itu. Disamping semakin meluasnya
kekuasaan islam yang membuat banyak
para ulama’ yang diutus diberbagai
daerah baru dan di daerah baru inipun
mereka segera menemui berbagai
persoalan baru yang diajukan
masyarakat kepadanya,
Faktor Penyebab Perbedaan
Prosedur Penggunaan Metode
Berijtihad Sesudah Masa Tabi’in

Adanya lafal atau kata yang


mengandung arti yang berlainan dan
berbeda

Adanya status periwayatan al-Hadits


yang menimbulkan perbedaan pendapat
diantara para imam mujtahid
Adanya lafal atau kata yang
mengandung arti yang berlainan
dan berbeda
Perbedaan dalam bidang ini sangat luas yang
disebabkan adanya lafal-lafal yang bersifat
ganjil, yang berarti lebih dari satu. Hal ini
terjadi karena lafal-lafalnya bersifat
mujmal dan musytarak, haqiqi dan majaziy,
haqiqi dan ‘urf, idhmar atau yang berlainan ,
‘Urf atau adat kebiasaan setempat dalam
memberikan arti pada sebuah lafadh
Adanya status periwayatan al-Hadits
yang menimbulkan perbedaan
pendapat diantara para imam
mujtahid
Para imam Mujtahid bersepakat untuk
mengatakan bahwa berpegang dengan al-
Hadits al-Shahih hukumnya adalah wajib.
akan tetapi jika terdapat fatwa dari salah
seorang mujtahid yang bertentangan dengan
al-Hadits al-Shahih, maka pasti ada sebab-
sebab yang membuat imam mujtahid tersebut
mengabaikan al-Hadits al-Shahih tersebut
Faktor Penyebab Imam Mujtahid
Mengabaikan al-Hadits al-Shahih
Tidak adanya keyakinan pada diri imam
mujtahid bahwa al-Hadits itu benar-
benar berasal dari Rasulullah saw

Imam Mujtahid yang tidak sependapat


bahwa yang telah difatwakan termasuk
yang dimaksud oleh al-Hadits

Imam Mujtahid berpendapat bahwa


hukum yang dikeluarkan oleh al-Hadits
sudah dimansukh
Dari ketiga faktor itulah, yang
membuat para Imam Mujtahidin
bersikap sebagai berikut, yaitu
1. Al-hadits yang telah dianggap shahih
oleh orang lain, tetapi al-Hadits
tersebut tidak sampai kepadanya,
sehingga membuat dirinya tidak dapat
memahami isi kandungan al-Hadits
tersebut, maka hal ini memungkinkan
dirinya berfatwa dengan melihat pada
lahirnya nash.
2. Al-Hadits yang dianggap shahih itu
sudah sampai kepadanya, padahal
hakikatnya al-hadits itu mardud,
sehingga tidak dapat diterima lantaran
perowinya ada yang majhul atau
muttahim ( lemah ingatannya) atau al-
hadits tersebut sudah sampai
kepadanya, tetapi tidak menggunakan
sanad atau sanadnya memang terputus
3. Sikap mujtahid yang
tidak memandang al-hadits
shahih dan al-hadits Ahad
itu hujjah atau dipandang
hujjah, tetapi harus dengan
syarat-syarat tertentu
Contoh Syarat Yang Harus
Terpenuhi
Hadits al-Ahad bisa dijadikan hujjah jika tidak bertentangan
dengan al-Qur’an, al-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas Qath’iy

Al-Hadits al-Ahad bisa menjadi Hujjah, jika tersebar luas dalam


persoalan yang langsung terjadi di masyarakat pada umumnya
atau hal-hal yang tidak dapat dihindari karena termasuk ummul
balwa

Al-Hadits al-Ahad dapat menjadi hujjah, jika muhadditysnya


orang yang ahli dalam bidang fiqh, sekalipun al-Hadits tersebut
menyalahi pada norma pokok hukum Islam
4. Sikap mujtahid yang tidak
memandang al-hadits al-shahih yang
mereka sampaikan itu mengandung
dalalah tentang hukum yang
dimaksud, tetapi bagi yang lain
mengatakan bahwa al-hadits yang
mengandung dhalalah itu masih
mengandung hukum yang dimaksud
5. Sikap mujtahid yang
memandang bahwa dhalalah yang
dimaksud oleh al-Hadits al-Shahih,
bertentangan dengan al-Hadits al-
Shahih lainnya yang menunjukkan
bahwa hal tersebut bukan yang
dimaksud atau yang dikehendaki
oleh al-Hadits al-Shahih tersebut
6. Adanya dalil-dalil yang berlawanan
( tanaqudl ) yang dapat ditarjihkan.
Makanya masing-masing mujtahid
berusaha untuk menguatkan dalil-dalil
yang ditarjihkannya, sehingga
berpendapat bahwa dalil-dalil yang
mereka gunakan itu sudah tidak dapat
lagi dipakai untuk hukum, karena sudah
dinasakh atau tidak bisa ditakwilkan lagi
7. Adanya Qiyas setelah al-qur’an, al-
sunnah dan ijma’, dimana illat dan syarat-
syaratnya masih diperselisihkan. Berpijak
pada luasnya perbedaan ijtihad diantara
para mujtahidin dalam masalah
menggunakan dalil Qiyas, maka orang yang
memiliki keinginan untuk mendalami
masalah ini, harus lebih dahulu faham
betul masalah ilmu alat, yaitu ilmu ushul
fiqh
8. Adanya Dalil-Dalil nash
yang kehujjahannya masih
diperselisihkan, misalnya dalil
tentang Mashlahah Mursalah,
Qaul Sahabat, Perbuatan
orang-orang Madinah dan
sebagainya.
Oleh sebab itulah, maka dalil-
dalil tersebut merupakan
faktor yang sangat domian
penyebab meluasnya
perbedaan pendapat tentang
Prosedur Penetapan Methode
Ijtihad setelah masa tabi’in,
sehingga tiap-tiap mujtahid
memiliki methode atau sistem
istinbath masing-masing
Terimakasih
Wassalamu’alaikum

Anda mungkin juga menyukai