Anda di halaman 1dari 10

Rahn/Gadai

Oleh: Fitri Faa’izah,S.EI,MH


Pengertian
Etimologi • Tetap dan Lama
• Pengekangan dan keharusan
Terminolo • Penahanan terhadap suatu barang dengan hak
gi sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran
dari barang tersebut
Ulama • Menjadikan suatu benda sebagai jaminan utang
Syafi’iyah yang dapat dijadikan pembayar ketika
berhalangan dalam membayar utang
Ulama • Harta yang dijadikan jaminan utang sebagai
Hanabilah pembayar harga (nilai) utang ketika yang
berutang berhalangan (tak mampu) membayar
utangnya kepada pemberi pinjaman.
Dasar Hukum Rahn
Al- Apabila kamu dalam perjalanan
Qur’an (dan bermuamalah tidak secara
tunai), sedangkan kamu tidak
memperoleh seorang penulis,
hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang. (QS Al-Baqarah:
283)
As- “Dari Siti Aisyah r.a bahwa
Sunnah Rasulullah SAW pernah membeli
makanan dengan menggadaikan baju
besi.” (HR Bukhari dan Muslim )
Rukun dan syarat gadai
4 UNSUR • Rahin (orang yang memberikan jaminan)
RAHN • Al- murtahin (orang yang menerima)
• Al-marhun (jaminan)
• Al-marhun bih (utang)
Ulama • Ijab dan Qabul dari rahin dan al-
Hanafiyah murtahin
Ulama • Shighat
Selain • Aqid (orang yang akad)
Hanafiyah • Marhun (jaminan)
• Marhun bih (utang)
Syarat2 Rahn
1. Persyaratan • Al-ahliyah
Aqid • Ulama Syafi’iyah adalah org yg telah sah untuk jual-beli, yakni
berakal dan mumayyiz, tidak disyaratkan harus baligh
• Ulama selain Syafi’iyah adalah seperti dalam pengertian jual beli dan
derma. Tidak boleh dilakukan org yg mabuk, gila, bodoh, atau anak
kecil yg belum baligh.
2. Syarat sighat • Ulama Hanafiyah = Tidak boleh memakai syarat (hukumnya syarat
tersebut batal dan rahn tetap sah)
• Ulama Syafi’iyah =
 Syarat sahih, seperti mensyaratkan agar murtahin cepat membayar
sehingga jaminan tidak disita
 Mensyaratkan sesuatu yg tidak bermanfaat, seperti mensyaratkan agar
hewan yang dijadikan jaminanx diberi makanan tertentu. Syarat seperti
itu batal, tetapi akadnya sah
 Syarat yang merusak akad, seperti mensyaratkan sesuatu yang akan
merugikan murtahin
• Ulama Malikiyah =
 Syarat sahih, rahn yg mengandung unsur kemaslahatan dan sesuai
dengan kebutuhan
 Syarat fasid, rahn yg mengandung persyaratan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan atau dipalingkan pada sesuatu yang haram, seperti
mensyaratkan barang harus berada dibawah tanggung jawab rahin
• Ulama Hanabilah = seperti ulama Malikiah
3. Syarat Ulama • Marhun bih hendaklah barang yang wajib
Marhun bih/ Hanafiyah diserahkan (uang atau benda)
Utang • Marhun bih memungkinkan dapat
dibayarkan
• Hak atas marhun bih harus jelas, sehingga
boleh memberikan dua marhun bih tanpa
dijelaskan urang mana menjadi rahn
Ulama • Berupa utang yang tetap & dapat
Hanabilah dimanfaatkan
dan • Utang harus lazim pada waktu akad
Syafi’iyah • Utang harus jelas dan diketahui rahin dan
murtahin
4. Syarat Ulama Hanafiyah
Marhun/Jaminan 1. Dapat diperjualbelikan
2. Bermanfaat
3. Jelas
4. Milik rahin
5. Bisa diserahkan
6. Tidak bersatu dengan harta lain
7. Di pegang/dikuasai oleh rahin
8. Harta yang tetap atau dapat dipindahkan
Hukum pengambilan manfaat barang gadai
Jumhur Fuqaha • Murtahin tidak berhak mengambil suatu manfaat barang2 gadai,
sekalipun rahin mengizinkan, karena hal ini termasuk utang
yang dapat memberi manfaat, sehingga bila dimanfaatkan
termasuk riba.
• Rasulullah bersabda : “Setiap utang yang menarik manfaat
adalah termasuk riba” (Riwayat Harits bin Abi Usamah)
Imam Ahmad, • Jika barang gadai berupa kendaraan yang dapat dipergunakan
Ishak, al-Laits, atau binatang ternak yang dapat diambil susunya, maka
dan al-Hasan penerima gadai dapat mengambil manfaat dari kedua benda
gadai tersebut disesuaikan dengan biaya pemeliharaan yang
dikeluarkannya selama kendaraan atau binatang ternak itu ada
padanya.
• Rasulullah bersabda : “Binatang tunggangan boleh ditunggangi
karena pembiayaannya apabila digadaikan, binatang boleh
diambil susunya untuk diminum karena pembiayaannya bila
digadaikan bagi orang yg memegang dan meminumnya wajib
memberikan biaya.”
• NOTE : Pengambilan manfaat pada benda2 gadai diatas
ditekankan pada biaya/tenaga untuk pemeliharaan sehingga bagi
yg memegang barang2 gadai seperti di atas punya kewajiban
tambahan? Pemegang barang gadai berkewajiban memberikan
makanan bila barang gadaian itu adalah hewan. Harus
memberikan bensin bila pemegang barang gadaian berupa
Resiko kerusakan marhun
Menurut Bila marhun hilang dibawah
Syafi’iyah penguasaan murtahin, maka
murtahin tidak wajib
menggantinya, kecuali bila rusak
atau hilangnya itu karenakelalaian
murtahin atau karena disia-siakan.
Menurut Murtahin yang memegang marhun
Hanafi menanggung risiko kerusakan
marhun atau kehilangan marhun,
bila marhun itu rusak atau hilang,
baik karena kelalaian (disia-
Penyelesaian Gadai
• Apabila pada waktu pembayaran yang telah ditentukan rahin belum
membayar hutangnya, hak murtahin adalah menjual marhun,
pembelinya boleh murtahin sendiri atau yg lain, tetapi dengan harga
yang umum berlaku pada waktu itu dari penjualan marhun tersebut.
Hak murtahin hanyalah sebesar piutangnya, dengan akibat apabila
harga penjualan marhun lebih besar dari jumlah hutang, sisanya
dikembalikan kepada rahin. Apabila sebaliknya, harga penjualan
marhun kurang dari jumlah utang, rahin masih menanggung
pembayaran kekurangannya
• NOTE : karena itu dalam gadai tidak boleh diadakan syarat2,
misalnya dengan mengucapkan “apabila rahin tidak mampu
melunasi hutangnya, maka marhun menjadi milik murtahin sebagai
pembayaran utang”
Riba dan Gadai
• Perjanjian gadai pada dasarnya adalah perjanjian utang-
piutang, hanya saja dalam gadai ada jaminannya, riba akan
terjadi dalam gadai jika dalam akad gadai ditentukan
bahwa rahin harus memberikan tambahan kepada
murtahin ketika membayar hutangnya atau ketika akad
gadai ditentukan syarat-syarat, kemudian syarat tersebut
dilaksanakan.
• Bila rahin tidak mampu membayar utangnya hingga pada
waktu yg ditentukan, kemudian rahin menjual marhun
dengan tidak memberikan kelebihan harga marhun kepada
rahin, maka disini juga telah berlaku riba

Anda mungkin juga menyukai