Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN PERILAKU KEKERASAN


di susun oleh :
Kelompok : 2
 Irmawati (18.014)
 Linda permatasari (18.015)
 Lutfiah fitriani 18.016)
 Mailani putri.W(18.017)
 Mariatul kiptiah (18.018)
 Maulan bernika (18.019)
 Maya juniarsih (18.020)
 Merni anita kase (18.021)
 Nia kamilah (18.023)
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara
fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi
tersebut maka perilaku kekerasan dapat
dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk
yaitu sedang berlangsung kekerasan atau
perilaku kekerasan terdahulu (riwayat
perilaku kekerasan).

pengertian
Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi
klien dengan perilaku kekerasan adalah:
1) Teori Biologis
2) ) Teori Psikogis

etiologi
teori biologis

Neurologic Faktor Brain Area


Disorder

Faktor Biokimia
Genetic Faktor

Cycardian
Rhytm
Teori psikogis

Teori Learning
Psikoanalisa Imitation,
Theory
modelling and
information
processing
theory
Faktor Predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang
yang merupakan faktor predisposis, artinya
mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi
perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu:

patofisiologi
Menurut Townsend(1996, dalam jurnal penelitian)
Faktor psikologi perilaku kekerasan meliputi:
1. Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak
terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat
mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan
membuat konsep diri yang rendah. Agresif dan
kekerasan dapat memberikan kekuatan dan
meningkatkan citra diri (Nuraenah, 2012: 30).
2. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan
merupakan perilaku yang dipelajarai, individu
yang memiliki pengaruh biologik terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk
dipengaruhioleh peran eksternal (Nuraenah,
2012: 31).
Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat
melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek
ini menstiumulasi individu mengadopsi perilaku
kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 142).
Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya
kemajuan teknologi informasi memberikan dampak
terhadap nilai – nilai sosial dan budaya pada
masyarakat. Di sisi lain, tidak semua orang
mempunyai kemampuan yang sama untuk
menyesuaikan dengan berbagai perubahan, serta
mengelola konflik dan stress (Nuraenah, 2012: 31).
Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik,
lobus frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan
neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 143).
Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya
merasa terancam, baik berupa injury secara fisik,
psikis atau ancaman konsep diri. Beberapa.
faktor pencetus
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan,
ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan
agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan
orang, meras
 terancam baik internal dari permasalahan diri
klien sendiri maupun eksternal dari lingkungan.
3). Lingkungan: panas, padat dan bising
Tanda dan gejala :
Muka merah dan tegang
Pandangan tajam
Mengatupkan rahang dengan kuat
Mengepalkan tangan
Jalan mondar
Mandir
Bicara kasar
Suara tinggi, menjerit atau berteriak
Mengancam secara verbal atau fisik
Melempar atau memukul benda atua orang lain
Merusak barang atau benda
Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan oerilaku
kekerasan

MANIFESTASI KLINIS
Computed Tomograph (CT) Scan
Hasil yang ditemukan pada pasien dengan Skizofrenia berupa
abnormalitas otak seperti atrofi lobus temporal, pembesaran ventrikel
dengan rasio ventrikel - otak meningkat yang dapat dihubungkan
dengan derajat gejala yang dapat dilihat.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat memberi gambaran otak tiga dimensi, dapat memperlihatkan
gambaran yang lebih kecil dari lobus frontal rata - rata, atrofi lobus
temporal (terutama hipokampus, girus parahipokampus, dan girus
temporal superior).
Positron Emission Tomography (PET)
Alat ini dapat mengukur aktivitas metabolik dari area spesifik otak dan
PEMERISAAN DIAGNOSTIK
dapat menyatakan aktivitas metabolik yang rendah dari lobus frontal,
terutama pada area prefrontal dari korteks serebral.
Regional Cerebral Blood Flow (RCBF)
Alat yang dapat memetakan aliran darah dan menyatakan intensitas
aktivitas pada daerah otak yang bervariasi
Brain Electrical Activity Mapping (BEAM)
Alat yang dapat menunjukkan respongelombang
otak terhadap ransangan yang bervariasi disertai
dengan adanya respons yang terhambat dan
menurun, kadang -kadang di lobus frontal dan
sistem limbik.
Addiction Severity Index (ASI)
ASI dapat menentukan masalah ketergantungan
(ketergantungan zat), yang mungkin dapat
dikaitkan dengan penyakit mental, dan
mengindikasikan area pengobatan yang diperlukan.
Electroensephalogram (EEG)
Dari pemeriksaan didapatkan hasil yang mungkin
abnormal, menunjukkan ada atau luasnya
kerusakan organik pada otak.
Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan
pengobatan mempunyai dosis efektif tinggi contohnya:
clorpromazine HCL yang berguna untuk
mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat
bergunakan dosis efektif rendah. Contohnya
trifluoperasineestelasine, bila tidak ada juga maka
dapat digunakan transquilizer bukan obat anti psikotik
seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian
keduanya mempunyai efek anti tegang,anti cemas,dan
anti agitasi (Eko Prabowo, 2014: hal 145).

PENATALAKSANAAN
Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja
terapi ini buka pemberian pekerjaan atau kegiatan
itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan
mengembalikan kemampuan berkomunikasi, karena
itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan
tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca
koran, main catur dapat pula dijadikan media yang
penting setelah mereka melakukan kegiatan itu
diajak berdialog atau berdiskusi tentang
pengalaman dan arti kegiatan uityu bagi dirinya.
Terapi ni merupakan langkah awalyang harus
dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah
dilakukannya seleksi dan ditentukan program
kegiatannya (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
Peran serta keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang
memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan
(sehat - sakit) pasien. Perawat membantu keluarga agar
dapat melakukan lima tugas kesehatan, yaitu mengenal
masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan
kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan keluarga yangsehat, dan
menggunakan sumber yang ada pada masyarakat.
Keluarga yang mempunyai kemampuan mengtasi masalah
akan dapat mencegah perilaku maladaptif (pencegahan
primer), menanggulangi perilaku maladaptif (pencegahan
skunder) dan memulihkan perilaku maladaptif ke
perilakuadaptif (pencegahan tersier) sehinnga derajat
kesehatan pasien dan keluarga dapat ditingkatkan secara
optimal (Eko Prabowo, 2014: hal 145).
Terapi somatic
Menurut depkes RI 2000 hal 230
menerangkan bahwa terapi somatic terapi
yang diberikan kepada pasien dengan
gangguan jiwa dengan tujuan mengubah
perilaku yang mal adaftif menjadi perilaku
adaftif dengan melakukan tindakan yang
ditunjukkan pada kondisi fisik pasien,terapi
adalah perilaku pasien (Eko Prabowo,
2014: hal 146).
Terapi kejanglistrik
Terapi kejang listrik atau electronic
convulsive therapy (ECT) adalah bentuk
terapi kepada pasien dengan menimbulkan
kejang grand mall dengan mengalirkan arus
listrik melalui elektroda yang menangani
skizofrenia membutuhkan 20 - 30 kali
terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap
2 - 3 hari sekali (seminggu 2 kali) (Eko
Prabowo, 2014: hal 146).
Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada klien dengan perilaku
kekerasan menurut Keliat (1999 : 3 - 4 dan 21), adalah
sebagai berikut:
a. Pada pengkajian biodata atau identitas klien dapat kita
kaji meliputi: nama, umur, jenis kelamin (l/p), nomor
cm, ruang rawat, tanggal masuk MRS.
b. Penanggung Jawab klien meliputi: orang tua, wali,
atau,orang lain
c. Tanda dan gejala perilaku kekerasan Menurut Yosep
(2008: 1250 - 1251), perawat dapat mengidentifikasikan
tanda dan gejala perilaku kekerasan :

Asuhan Keperawatan Teoritis


Fisik
Ciri - ciri pada penampilan fisik dapat ditandai dengan :
muka merahdan tegang, mata melotot/pandangan tajam,
tangan mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku,
dan jalan mondar - mandir.
Verbal
Penampilan verbal yang tampak meliputi : bicara kasar,
suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam
secara verbal atau fisik, mengumpat dengan kata -kata
kotor dan ketus
Perilaku
Perilaku yang biasa ditunjukan biasanya : melempar atau
memukul benda/orang lain, menyerang orang lain,
melukai diri sendiri atau orang lain, merusak lingkungan
dan amuk/agresif
Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam
dan jengkel, bermusuhan, mengamuk, menyalahkan dan
menuntut.
Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan
sarkasme.
Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat
oranglain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan
kasar.
Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
sindiran.
Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, dan penyimpangan seksual.
 
Diagnosis keperawatan dari pohn masalah
pada gambar adalah sebagai berikut
(Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 106).
1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri
sendiri dan orang lain
2. Harga diri rendah kronik

Diagnosa
Tujuan Umum
Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai denga
tanggung jawab
Tujuan Khusus
TUK
I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi
Klien mau membalas salam
Kien mau berjabat tangan
Klien mau menyebutkan nama
Klien mau kontak mata
Klien mau mengetahui nama perawat
Klien mau menyediakan waktu untuk ontak

Rencana Asuhan Keperawatan


Intervensi
Berikesempatan mengungkapkan
perasaannya
Bantu klien mengungkap perasaannya
Intervensi
Beri salam dan panggil nama kien
Sebutkan nama perawat sambil berjabat
tangan
Jelaskan maksud hubungan interaksi
Jelaskan tentang kontrak yang akan
dibuat
Beri rasa aman dan sikap empat
 Lakukan kontak singkat tapi sering
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi
penyebab perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi
a. Klien dapat mengungkapkan perasaannya
b. Klien dapat mengungkapkan penyebab
perasaan jengkel/jengkel (dari diri
sendiri, orang lain dan lingkungan)
TUK III : Kien dapat mengidentifikasi tanda - tanda perilaku
kekerasan
Kriteria Evaluasi
Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau
jengkel
Klien dapat menyimpulkan tanda - tanda jengkel/kesal yang
dialami
Intervensi
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat
marah/jengkel
Observasi tanda - tanda perilaku kekerasan pada klien
Simpulkan bersama klien tanda - tanda klien saat
jengkel/marah yang dialami
TUK III : Kien dapat mengidentifikasi tanda - tanda
perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi
Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah
atau jengkel
Klien dapat menyimpulkan tanda - tanda
jengkel/kesal yang dialami
Intervensi
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat
marah/jengkel
Observasi tanda - tanda perilaku kekerasan pada klien
Simpulkan bersama klien tanda - tanda klien saat
jengkel/marah yang dialami
TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilakuk kekerasan
yang biasa dilakukan
Kriteria Evaluasi
Klien dapatmengungkapkan perilaku kekerasan yang
dilakukan
Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan
yang dilakukan
Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat
menyelesaikan masalah atau tidak
Intervensi
Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan klien
Bantu klien dapat bermain peran dengan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien
lakukan masalahnya selesai
Intervensi
Anjurkan klien mengungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan klien
Bantu klien dapat bermain peran dengan
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Bicarakan dengan klien apakah dengan
cara yang klien lakukan masalahnya
selesai
TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi
Klien dapat mengungkapkan akibat dari cara
yang dilakukan klien
Intervensi
Bicarakan akibat kerugian dari cara yang
dilakukan klien
Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang
dilakukan oleh klien
Tanyakan pada klien apakah ingin
mempelajari cara baru yang sehat
TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara
konstruktif dalam berespon terhadap
kemarahan secara konstruktif
Kriteria Evaluasi
Klien dapat melakukan cara berespn
terhadap kemarahan secara konstruktif
Intervensi
Tanyakan pada klien apakah ingin
mempelajari cara baru
Beri pujian jika klien menemukan cara yang
sehat
Diskusikan dengan klien mengenai cara lain
TUK VII : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
Fisik : olahragadan menyiram tanaman
Verbal : mengatakan secra langsung dan tidak
menyakiti
Spiritual : sembahyang, berdoa/ibdah yang lain
Intervensi
Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien
Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
Bantu klien menstimulasi cara tersebut
Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien
menstimulasi cara tersebut
Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya
jiak ia sedang kesal/jengkel
TUK VIII : Klien mendapat dukungan keluarga dalam
mengontrol perilaku kekerasan
Kriteria Evaluasi
Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien
yang berperikalu kekerasan
Keluarga klien meras puas dalam merawat klien
Intervensi
Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari
sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien
selam ini
Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien
Jelaskan cara merawat klien
Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat kien
Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar
(sesuai program pengobatan)
Kriteria Evaluasi
Klien dapat meyebutkan obat - batan yang diminum dan
kegunaannya
Klien dapat minum obat sesuai dengan program
pengobatan
Intervensi
Jelaskan jenis - jenis obat yang diminum klien
Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti
minum obat tanpa izin dokter
Klien dapat meyebutkan obat - batan yang diminum dan
kegunaannya
Klien dapat minum obat sesuai dengan program
pengobatan
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Inisial : Tn. A
Umur : 50 tahun
Alamat : Desa Lau Damak Pekan Bahorok
Agama : Kristen
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pengkajian : 27 Mei 2019
Sumber Data : Klien, keluarga dan status klien

TINJAUN KASUS
2. Alasan Masuk
Klien dibawa ke Puskesmas karena bicara-
bicara sendiri, mengurung diri, mendengar
suara yang menyuruhnya memukul dirinya
sendiri dan membenturkan kepala ke
dinding, memukul istri, susah tidur,
merusak dan melempar-lempar barang.
Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa 1
tahun yang lalu, sudah pernah dibawa berobat
namun pengobatannya kurang berhasil karena
klien tidak teratur minum obat di rumah. Dan
klien datang kembali berobat ke Puskesmas
pada bulan Mei 2019. Tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Dalam keluarga hanya klien yang mengalami
gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan: Regiment terapeutik
inefektif
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital: TD:120/70 mmHg
HR: 80x/menit
Temp: 360c
RR: 20x/menit
Ukur: TB : 160 cm BB: 64 kg
Klien tidak memiliki keluhan tentang
fisiknya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
psikososial
Keterangan :
 : laki -laki
 : perempuan
 : klien laki-laki
 : keluarga laki-laki yang
meninggal
 : keluarga perempuan yang
meninggal
Klien mengatakan anak ke empat dari lima
bersaudara, klien sudah menikah dan
mempunyai 4 orang anak dan tinggal
serumah dengan istri dan ke empat
anaknya.
Citra Tubuh
Klien menyukai bentuk tubuhnya dan tidak ada yang istimewa
Identitas
Klien anak ke empat dari lima bersaudara
Peran
Klien berperan sebagai suami dan ayah untuk anak-anaknya
Ideal diri
Klien ingin cepat sembuh
Harga diri
Klien merasa dirinya tidak berharga karena tidak bisa bekerja

Konsep diri
Orang yang berarti dalam hidup klien
adalah istri dan anak. Klien tidak pernah
ikut dalam kegiatan kelompok di
masyarakat. Penyakit klien menyebabkan
klien lebih memilih menyendiri.

Hubungan Sosial
◦ Spiritual
 Klien beragama Kristen dan klien menyakini adanya Tuhan
Yang Maha Esa
 
◦ Status Mental
 Penampilan
 Klien berpenampilan rapi, memakai baju sesuai fungsinya
dan tidak terbalik.
 Pembicaraan
 Klien ketika bicara nada suara keras, tinggi, tidak meloncat-
loncat dari tema yang dibicarakan dan dapat berkomunikasi
dengan lancar.
 Aktivitas Motorik
 Klien tampak gelisah dan bingun, terkadang mondar-mandir
 Alam perasaan
 Alam perasaan klien saat ini sedih karena merasa tidak
berguna karena sakit yang dialaminya
 Afek
 Labil karena klien mudah marah, mudah emosi bila ditanya
 Interaksi selama wawancara
Selama wawancara klien dapat diajak kerja sama dengan perawat dan kontak
mata sepenuhnya.
 Persepsi
Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk memukul
dirinya sendiri
 Proses pikir
Selama wawancara klien dapat menjawab pertanyaan secara lancar dan sesuai.
 Isi pikir
Klien mengatakan tidak ada perasaan curiga kepada orang lain. 
 Tingkat kesadaran
Klien sadar penuh (compos mentis) dan konsentrasi saat sedang di wawancarai.
 Memori
Klien masih dapat mengingat kejadian masa lalu dan sekarang (saat dibawa ke
Puskesmas dan diantar oleh keluarga dan klien dapat mengingat nama perawat
saat berkenalan).
 Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu konsentrasi dan dapat berhitung secara sederhana
 Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan yang mana baik dan buruk
 Daya tilik diri
Klien menyadari penyakit yang dideritanya
◦ Kebutuhan Persiapan Pulang
Klien mampu makan dengan mandiri
dengan cara yang baik seperti biasanya,
klien makan 3x sehari, pagi, siang dan
malam. Klien BAB 1x sehari dan BAK
kurang lebih 5x sehari, dan mampu
melakukan eliminasi dengan baik, menjaga
kebersihan setelah BAB dan BAK dengan
baik. Klien tidak mengetahui tentang
pemakaian obat-obatan, klien mandi 2x
sehari dengan mandiri.
◦ Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien merasa terasingkan diantara keluarga
dan lingkungan karena penyakit yang
dialami klien saat ini.
Masalah dengan dukungan lingkungan:
sebelum dibawa ke Puskesmas klien mau
mengikuti kegiatan di lingkungan, namun
orang-orang tidak menerima kehadirannya
karena emosinya yang tidak terkendali.
◦ Aspek Medik
Diagnosis Medik: Skizofrenia paranoid
Perilaku Kekerasan
Therapy Medik:
Clozapine 1x1
Trihexypenidil 2mg 2x1
Risperidone 2mg 2x1
n Analisa data masalah
o
1. DS: Resiko perilaku kekerasan
- Klien mengatakan mendengar suara-suara yang
menyuruhnya untuk memukul dirinya sendiri
- Keluarga klien mengatakan pernah membenturkan
kepalanya ke dinding
- Klien mengatakan saat marah tidak bisa mengontrol
emosinya
- Klien mengatakan pernah memukul istrinya
- Keuarga mengatakan di rumah klien sering merusak dan
melempar-lempar barang.
DO:

Analisa data
- Wajah klien tampak tegang
- Wajah memerah
- Tangan mengepal
no Analisa data Masalah
2 DS: Gangguan persepsi sensori:
- Klien mengatakan mendengar suara-suara yang halusinasi pendengaran
menyuruhnya untuk memukul dirinya sendiri
DO:
Klien tampak berbicara sendiri

3. DS:
- Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang-
orang di sekitarnya
- Klien mengatakan lebih senang hidup menyendiri
- Keluarga mengatakan sewaktu di rumah klien sering
mengurung diri di kamar
DO:
- Klien tampak menyendiri
no Analisa data masalah

4. DS: Ganguuan Konsep


Diri: Harga Diri
- Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna
Rendah
karena sakit
DO:
- Klien tampak sedih

5. DS: Penatalaksanaan
- Klien mengatakan saat di rumah tidak teratur minum Regiment Terapeutik
Inefektif
obat
DO:
- Obat yang diberikan tidak diminum teratur oleh klien
- Penyakit klien kambuh lagi
Resiko perilaku kekerasa

Gangguan Persepsi Sensori


: Halusinasi Pendengaran

isolasi sosial

Gangguan Konsep diri: Harga Diri Rendah


penatalaksaan
regiment terapeutik inefektif

Pohon masalah
Resiko Perilaku Kekerasan
Gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
Isolasi sosial: Menarik Diri
Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah
Penatalaksanaan Regiment Terapeutik
Inefektif

Daftar Masalah Keperawatan


Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Prioritas Masalah
N Dx Tujuan Kriteria Intervens Rasional
o keperawatan hasil i
1 Resiko Tujuan Klien Bina Kepercaya
perilaku Keperawatan: menunjuk hubungan an dari
kekerasan Klien dapat kan tanda- saling klien
mengontrol tanda percaya merupaka
atau percaya dengan n hal yang
mengendalikan kepada mengguna mutlak
perilaku perawat kan prinsip serta akan
kekerasan • Ekspresi komunikas memudah
  wajah i kan dalam
Tujuan Khusus: bersaha teraupetik melakukan
Klien dapat bat • Sapa pendekata
membina • Menunju klien n dan
hubungan kkan dengan tindakan
saling percaya rasa ramah keperawat
• Klien dapat senang baik an kepada
mengenal • Ada verbal klien
perilaku kontak maupun
kekerasan mata nonverb
yang • Mau al
dilakukannya berjabat • Perkenal
n Dx kep tujuan Kriteria hasil intervensi rasional
o
1 1 • Klien Klien • Bantu Melihat
dapat menceritaka klien mekanis
mengidenti n penyebab mengung me
fikasi perilaku kapkan koping
perilaku kekerasan perasaan klien
kekerasan yang marahnya dalam
yang dilakukannya • Motivasi menyele
pernah Menceritakan klien saikan
dilakukan penyebab untuk masalah
• Klien perasaan mencerita yang
dapat jengkel/mara kan dihadapi
mengidenti h, baik dari penyebab
fikasi diri sendiri rasa
perilaku maupun kesal
kekerasan lingkunganny atau
yang a jengkelny
pernah a
dilakukan • Dengarka
• Klien n tanpa
dapat menyela
mengidenti atau
Implementasi
no Hari/ta Dx kep implementasi Evaluasi
mggal
1 Senin, Senin, S:
Sp 1
27 Mei 27 Mei
- Klien
2019 2019 Fase orientasi teraupetik
mengatakan
- Menyapa klien
sudah
- Memperkenalkan nama lengkap,
mengerti cara
nama panggilan dan tujuan
mengungkapk
berkenalan
an rasa marah
Fase Evaluasi Validasi
dengan cara
- Menanyakan kabar klien
fisik: relaksasi
- Menanyakan keluhan klien saat ini
napas
Fase Kontrak
dalamO:
- Membuat kontrak yang jelas
- Klien
dengan klien untuk
menunjukka
membincangkan tentang apa yang
n tanda-
dirasakan klien
tanda
Fase Kerja
no Hari/tangg Dx kep implementasi evaluasi
al

- Mendiskusikan dengan klien - Klien mau


apakah klien mau duduk
mempelajari cara baru untuk berdampinga
mengungkapkan marah n dengan
yang sehat perawat
- Menjelaskan kepada klien - Klien mau
berbagai alternatif pilihan mengungkap
untuk mengungkapkan kan masalah
kekerasan klien yang
- Menjelaskan cara-cara sehat dihadapi
untuk mengungkapkan - Klien mau
marah menceritakan
penyebab
perasaan
marah
no Hari/tangg Dx kep implementasi evaluasi
al

- Memperagakan cara yang - Klien

dipilih klien untuk mengungkap


kan
mengungkapkan
perasaanya
kemarahan
setelah
- Menjelaskan manfaat cara
memperagak
tersebut an cara yang
- Menganjurkan klien telah
menirukan peragaan yang diajarkan
sudah dilakukan - Klien mau
mendiskusika
n kontrak
yang jelas
dengan
perawat
(lokasi dan
waktu)
no Hari/tanggal Dx kep implementasi evaluasi

2. Selasa, Resiko
SP 2 S:
28 Mei 2019 perilaku
kekerasan Fase orientasi - Klien

Salam teraupetik mengatakan

- Menyapa klien telah

dengan ramah melakukan


cara yang
Evaluasi validasi
telah
- Menanyakan keadaan
diajarkan
klien
perawat
- Mengevaluasi
(cara fisik:
kembali cara yang
napas
telah dilatih
dalam,
Fase Kontrak
pukul
- Memberitahukan
bantal atau
kontrak selanjutnya
kasur)
kepada klien sesuai
N Hari/tanggal Dx implementasi evaluasi
o kep
3 Rabu, 1 - Mengajarkan klien Klien mengatakan
29 Mei 2019
mengungkapkan rasa sebelumnya jarang
kesal atau marah dengan beribadah
cara yang lain yaitu cara - Klien mengatakan
spiritual (berdoa, sholat, perasaanya lebih
berzikir, meditasi dll) tenang setelah
- Menanyakan kembali berbincang-
kepercayaan yang dianut bincang tentang
oleh klien cara
- Menanyakan klien mengungkapkan
apakah rajin beribadah rasa kesal atau
- Menganjurkan klien agar marah secara
lebih mendekatkan diri spiritual
kepada Tuhan dengan  
cara rajin beribadah O:
sesuai kepercayaan yang - Wajah klien
no Hari/tangg Dx kep implementasi evaluasi
al
4 Kamis, 1 - Menjelaskan carake S:
30 Mei 2019
empat (SP 4) yaitu - Klien mengatakan
dengan meminum obat senang mendengar
dengan teratur dengan penjelasan perawat
prinsip lima benar mengenai minum
- Menjelaskan prinsip obat secara teratur
lima benar cara minum - Klien mengatakan
obat, yaitu benar pasien, sudah mengetahui
benar obat, benar dosis, manfaat minum obat
benar cara dan benar secara teratur , jenis-
waktu. jenis obat, dosis,
- Menanyakan kepada pemakaian obat dan
klien apakah sudah efek jika tidak
mengenal obat-obat minum obat yang
- Menjelaskan nama- telah dijelaskan oleh
Karakteristik klien dengan perilaku kekerasan dalam penelitian ini
sebagian besar adalah berjenis kelamin laki-laki. Pada jenjang
pendidikan, sebagian besar tingkat pendidikannya adalah
menengah (SMP-SMA). Pada riwayat pekerjaan, hampir seluruh
tidak bekerja. Sebagian besar ≥ satu tahun lama klien pulang dari
rumah sakit jiwa. Pada frekuensi kekambuhan ≥ 2kali/ tahun klien
mengalami kekambuhan. Karakteristik berdasarkan usia
ditemukan pada kelompok usia dewasa.
Karakteristik keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan
perilaku kekerasan dalam penelitian ini hampir seluruh berjenis
kelamin perempuan. Pada jenjang pendidikan, hampir setengah
tingkat pendidikannya adalah rendah (SD) dan menengah (SMP-
SMA). Karakteristik berdasarkan usia rata-rata keluarga terbanyak
adalah pada usia dewasa tua.

kesimpulan
Karakteristik klien dengan perilaku kekerasan
dalam penelitian ini sebagian besar adalah berjenis
kelamin laki-laki. Pada jenjang pendidikan,
sebagian besar tingkat pendidikannya adalah
menengah (SMP-SMA). Pada riwayat pekerjaan,
hampir seluruh tidak bekerja. Sebagian besar ≥
satu tahun lama klien pulang dari rumah sakit
jiwa. Pada frekuensi kekambuhan ≥ 2kali/ tahun
klien mengalami kekambuhan. Karakteristik
berdasarkan usia ditemukan pada kelompok usia
dewasa.

saran

Anda mungkin juga menyukai