Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH
DIARE
Kelompok 6

Amelia Febrina (PK 115019088)

Harma Listiawati (PK 115017045)

Mukdianto Mahadju (PK 115017025)


PENGERTIAN

• Diare adalah frekuensi defekasi encer lebih dari 3 x sehari dengan atau tanpa daerah atau tinja yang
terjadi secara mendadak berlangsung kurang dari tujuh hari yang sebelumnya sehat (Mansjoer 2000).

• Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain
memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer
tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
ETIOLOGI

Faktor penyebab gastroenteritis adalah:


a. Faktor infeksi
1) Infeksi internal :
a) Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella, capylabactor, versinia aoromonas
dan sebagainya.
b) Infeksi virus : entero virus ( v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
c) Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris, srongyloidis,protozoa, jamur).
Lanjut..

2) infeksi parenteral : infeksi di luar alat pencernaan, seperti : OMA, tonsilitis,


bronkopneumonia, dan lainnya.

b. Faktor malabsorbsi:
1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
mosiosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galatosa).
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun dan alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
(Mansjoer arief, 2000)
ANATOMI FISIOLOGI

• Mulut
• Faring
• Esofagus
• Gaster
• Intestinum Minor
• Intestinium Mayor ( Usus besar )
• Rektum dan Anus
PATOFISIOLOGI
• patofisiologi dari Diare adalah meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada
intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang
berlebihan, cairan sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam
tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis
metabolik.
• Diare yang terjadi merupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin bakteri
terhadap elektrolit ke dalam usus halus, sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel
mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas
intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan
kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan ini
terjadi pada sindrom malabsorbsi. Peningkatan motilitas intestinal dapat mengakibatkan
gangguan absorbsi intestinal.
MANIFESTASI KLINIS
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain :
1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun) ubun-
ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
3. Kram abdominal.
4. Demam.
5. Mual dan muntah.
6. Anoreksia.
7. Lemah.
8. Pucat.
9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.
10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. PH dan kadar gula dalam tinja
c. Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
PENATALAKSANAAN

Menurut Supartini (2004), penatalaksanaan medis pada pasien diaremeliputi:


pemberian cairan, dan pemberian obat-obatan. Pemberian cairan pada pasien
diare dan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
a. Pemberian cairan.
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa untuk diare
akut.
b. Cairan Parenteral.
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan kebutuhan
pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan setampat. Pada umumnya
cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung berat / ringan dehidrasi, yang di
perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan.
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
2) Dehidrasi sedang.
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.
3) Dehidrasi berat.
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1 ml : 20
tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral 2
c. Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan / tanpa
muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain (gula, air
tajin, tepung beras, dsb).
1) Obat anti sekresi.
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg
BB / hari.
2) Obat spasmolitik, umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora, opium
loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras tinja seperti kaolin,
pectin, charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan
lagi.
3) Antibiotic.
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas. Bila penyebabnya
kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB / hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat
penyakit seperti OMA, faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.
KOMPLIKASI

• 1. Dehidrasi
• 2. Renyatan Hiporomelik
• 3. Kejang
• 4. Bakterikimia
• 5. Malnutrisi
• 6. Hipoglikimia
• 7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
• Dari komplikasi Gastroenteritis, tingkat dehidrasi dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
• a) Dehidrasi ringan.
• Kehilangan cairan 2 – 5% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum
jatuh pada keadaan syok.
• b) Dehidrasi sedang.
• Kehilangan 5 – 8% dari BB dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi
cepat dan dalam.
• c) Dehidrasi berat
• Kehilangan cairan 8 – 10% dari BB dengan gambaran klinik seperti tanda dihidrasi sedang ditambah dengan
PENGKAJIAN

• Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan dengan pengumpulan data-data
yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 : 98)
• Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :
a. Identitas Klien
1) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor medical record.
2) Identitas klien
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Bab cair lebih dari 3x.
2) Riwayat Keperawatan Sekarang.
Pada umumnya pasien masuk rumah sakit dengan keluhan BAB cair berkali-kali baik desertai atau
tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin
didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan
gejala penurunan kesadaran.
3) Riwayat Keperawatan Dahulu.
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, dll.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan
dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-
lain.
C. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun
2) Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan suhu tubuh meningkat.
3) Keadaan sistem tubuh
a) Mata : cekung, kering, sangat cekung
b) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt,
nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan
haus, minum sedikit atau kelihatan tidak bisa minum
c) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi
otot pernafasan)
d) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .
e) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu meningkat > 375 0 c, akral
hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah
perianal.
f) Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan pemenuhan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang
berlebihan dengan intake yang kurang adekuat
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu makan
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
4. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan sering BAB
5. Gangguan eliminasi BAB : Diare berhubungan dengan peningkatan frekuensi
defekasi
INTERVENSI KEPERAWATAN

1) Gangguan pemenuhan cairan dan elektrolit berhubungan dengan out put yang berlebihan dengan intake yang
kurang adekuat
Tujuan : Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil : Turgor kulit elastis dan mukosa bibir lembab
Intervensi :
a. Kaji status dehidrasi : mata, tugor kulit dan membran mukosa.
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan atau dehidrasi.
b. Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan.
Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga
merupakan pedoman untuk pengganti cairan.
c. Monitor TTV.
Rasional : Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi.
d. Pemeriksaan laboratorium sesuai program : elektrolit, Hb, Ph, dan albumin.
Rasional : Untuk menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat anti diare dan antibiotik.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan muntah, hilangnya nafsu makan
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : BB klien kembali normal dan nafsu makan meningkat
Intervensi :
a. Timbang BB tiap hari.
Rasional : Untuk memberikan info tentang kebutuhan diet atau keefektifan terapi.
b. Monitor intake dan out put.
Rasional : Untuk mengetahui berapa banyak masukan dan pengeluaran cairan ke dalam tubuh.
c. Hindari makanan buah-buahan dan hindari diet tinggi serat.
Rasional : Memungkinkan aliran usus untuk memastikan kembali proses pencernaan, protein perlu
untuk integritas jaringan.
d. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan.
Rasional : Mulut yang bersih dapat menigkatkan rasa makanan.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi.
Rasional : membantu kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus.
3) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan : Hipertermi teratasi
Kriteria hasil : Tubuh tidak panas dan suhu tubuh normal (S : 36-37 o C)

Intervensi :
a. Observasi vital sign.
Rasional : Membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi.
b. Berikan kompres air hangat.
Rasional : Untuk mengurangi / menurunkan rasa panas yang disebabkan oleh
infeksi.
c. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan banyak minum.
Rasional : Untuk mengurangi dehidrasi yang disebabkan oleh out put yang
berlebihan.
d. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memberikan pakaian tipis, longgar dan
menyerap keringat.
Rasional : Agar pasien merasa nyaman.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti piretik.
Rasional : Untuk membantu memulihkan kondisi tubuh dan mengurangi terjadinya
infeksi.
4) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan sering BAB
Tujuan : Kerusakan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil : Kulit utuh dan tidak ada lecet pada area anus.
Intervensi :
a. Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap BAB.
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda iritasi pada kulit misal : kemerahan pada luka
b. Ajarkan selalu cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pakaian.
Rasional : Untuk mempertahankan teknik aseptic atau antiseptik.
c. Hindari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.
Rasional : Untuk menghindari pada daerah anus terdapat kuman, bakteri, karena bakteri suka daerah yang
lembab.
d. Observasi keadaan kulit. Rasional : Pada daerah ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan
memerlukan pengobatan lebih intensif.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.
• Rasional : Untuk membantu memulihkan kondisi badan.
5) Gangguan eliminasi BAB : Diare berhubungan dengan peningkatan
frekuensi defekasi).
Tujuan : BAB dengan konsistensi lunak / lembek, warna kuning.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan rasional program
pengobatan dan meningkatkan fungsi usus mendekati normal.
Intervensi :
a. Observasi / catat frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlah . Rasional : Diare sering terjadi setelah
memulai diet.
b. Dorong diet tinggi serat dalam batasan diet, dengan masukan cairan sedang sesuai diet yang dibuat.
Rasional : Meningkatkan konsistensi feses meskipun cairan perlu untuk fungsi tubuh optimal, kelebihan
jumlah mempengaruhi diare.
c. Batasi masukan lemak sesuai indikasi. Rasional : Diet rendah lemak menurunkan resiko feses cairan dan
membatasi efek laksatif penurunan absorbsi lemak.
d. Awasi elektrolit serum. Rasional : Peningkatan kehilangan gaster potensial resiko ketidakseimbangan
elektrolit, dimana dapat menimbulkan komplikasi lebih serius / mengancam.
e. Berikan obat sesuai indikasi anti diare.
Rasional : Mungkin perlu untuk mengontrol frekuensi defekasi sampai tubuh mengatasi perubahan akibat
bedah.
IMPLEMENTASI

• Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana asuhan


keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tindakan yang lebih,
dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi
dengan tim kesehatan lain yakni dokter, ahli gizi, dan keluarga.
EVALUASI

1. Pasien tidak diare lagi


2. Konsitensi feses berbentuk dan tidak cair
3. Pasien tidak merasa mulas
4. Suhu tubuh pasien normal

Anda mungkin juga menyukai