Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN


GANGGUAN KOGNITIF
OLEH : NERS MAULIDA ,S.KEP
RESPON RENTANG KOGNITIF

 Kognitif adalah kemampuan berfikir dan memberi


rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi,
persepsi dan memperhatikan (Stuart dan Sundeen,1987
hal 612).
 Rentang respon kognitif pada gambar di bawah ini
menggambarkan fungsi kognitif yang terjadi sepanjang
rentang sehat-sakit
Rentang Respons Kognitif

Respon Adaptif Respon Maladatif

Logis. Pelupa Inkoheren


Koheren Kadang-Kadang Bingung Disorientasi
Rasional. Penilaian Miskin Daya ingat hilang

Gambar 1. Rentang Respon Kognitif


(Stuart dan Sundeen, 1987, hlm 593 )
Gangguan Kognitif merupakan respons
maladaptif yang ditandai oleh daya ingat
terganggu, disorientasi, inkoheren dan sukar
berpikir logis.
PENGKAJIAN

FAKTOR PREDISPOSISI
Gangguan kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan
fungsi susunan saraf pusat (SSP). SSP memerlukan
nutrisi untuk berfungsi, setiap gangguan pengiriman
nutrisi mengakibatkan gangguan fungsi SSP.
Faktor yang dapat menyebabkan adalah penyakit infeksi
sistematik, gangguan peredaran darah, keracunan zat
(Beck, Rawlins dan Williams, 1984 hlm 871). Banyak
faktor lain yang menurut beberapa ahli dapat
menimbulkan gangguan kognitif, seperti kekurangan
vitamin, malnutrisi, gangguan jiwa fungsional.
FAKTOR PRESIPITASI

Setiap kejadian di otak dapat berakibat gangguan kognitif.


Hipoksia dapat berupa anemia hipoksia, histoksik, hipoksia,
hipoksemia hipoksia atau iskemik hipoksia. Semua keadaan ini
mengakibatkan distribusi nutrisi ke otak berkurang. Gangguan
metabolisma sering mengganggu fungsi mental, seperti
hipotiroidisme, hipoglikemia, Racun, Virus dan Bakteri yang
menyerang otak mengakibatkan gangguan fungsi otak
misalnya siplis. Perubahan struktur otak trouma atau tumor
juga mengubah fungsi otak.
Stimulasi yang kurang atau berlebihan dapat
mengganggu fungsi kognitif . Misalnya di ruang ICU
dengan cahaya, bunyi yang konstan merangsang dapat
mencetuskan disorientasi, delusi dan halusinasi, namun
belum ada penelitian yang tepa.

PRILAKU
Gangguan fungsi kognitif umumnya mempunyai
diagnosis medik gangguan mental organik (DSM III R) .
Delirium dan demensia merupakan diagnosis medik
yang sering dihadapi di rumah sakit.
DELIRIUM
Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau
ditandai dengan kesadaran, berkabut, yang
dimanifestasikan oleh lama konsentrasi yang
rendah, persepsi yang salah gangguan pikir
( Stuart dan Sundeen. 1987, hlm 594). Menurut
Liposwski ( dikutip oleh Stuart dan Sundeen)
yang dimaksud dengan gangguan pikir termasuk
gangguan konsentrasi, daya ingat, orientasi dan
persepsi. Secara rinci dapat dilihat keriteria
dedirium pada Boks 1.
1. Menurun Kemampuan konsentrasi terhadap stimulus
(misalnya, pertanyaan harus diulang ).
2. Proses pikir yang tidak tertata, misalnya tidak relevan
atau inkoheren.
3. Minimal 2 dari yang berikut :
a. Menurun tingkat kesadaran
b. Gangguan persepsi, ilusi, halusinasi.
c. Gangguan tidur, tidur berjalan dan insomania atau
ngantuk pada siang hari.
d. Miningkat atau menurun aktivitas psikomotor
e. Disorientasi : tempat, waktu, orang.
f. Gangguan daya ingat, tidak dapat mengingat hal
baru, misalnya nama
beberapa benda setelah lima menit.

* Sumber : American Psychiatric association, dikutip oleh Wilson dan Kneisi, 1988, hlm 324
4. Keadaan klinik berkembang cepat (jam sampai
beberapa hari) dan cenderung
fluktuasi.
5. Antara a dan b
a. Melalui perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, tes
laboratorium, ditemukan
faktor organik yang spesifik sebagai penyebab
gangguan.
b. Jika hal di atas tidak ditemukan , penyebab faktor
organik dapat diperkirakan
jika tidak ada keterangan tentang gangguan mental
non organik
Kebanyakan kasus kembali pulih jika
dilakukan intervensi dengan cepat dan
tepat.
Delirium dapat disebabkan oleh racun,
obat, infeksi dan trauma.
Gangguan kognitif
DEMENSIA
ditandai oleh hilangnya fungsi
intelektual yang berat. Dari pengkajian ditemukan
disorientasi,daya ingat terganggu, gangguan
penilaian, afek yg labil. Dimulai dgn disorientasi
waktu, kemudian tempat dan orang. Keadaan ini
membuat klien sangat stress. Daya ingat hilang
terutama pengalaman yang baru, pengalaman yang
lalu mungkin ingat dengan jelas. Disorientasi
biasanya diakhiri oleh agitasi dan takut terutama
pada malam hari. Perubahan tidak mudah diterima,
keadaan rutin perlu dipertahankan. Perbedaan
karaketristik delirium dan dimensia dapat dilihat
pada tabel I
TABEL.1. KARAKTERISTIK DELIRIUM DAN DEMENSIA

  Delerium Demensia
Onset Biasanya tiba-tiba, Biasanya perlahan,
Lama Biasanya singkat (bulan) biasanya lama dan progresif
berubah pada tingkat fungsi
sebelumnya
Umur Semua umur Yang paling banyak 65 thn

Stressor Racun, infeksi, trouma Hipertensi, hipotensi,


anemia, def, Vit, Tumor atropi
sel ota

Prilaku Flaktuasi kesadaran Daya ingat hilang, gangguan pe


disorientasi, gelisah, agitasi, nilaian, jangka waktu perhatian,
ilusi, halusinasi, pikiran yang disorientasi, prilaku sosial yg
tidak teratur, gangguan pe- tidak sesuai, afek labil, gelisah,
nilaian, dan pengambilan agitasi, menolak perubahan
  keputusan afek yang labil  

SUMBER : STUART DAN SUNDEERT 1987, HLM 599


 Demensia dapat
disebabkan oleh
trauma (operasi
atau tidak
sengaja), infeksi
kronis (sifilis),
gangguan
peredaran darah
(arteriosklerosis)
MEKANISME KOPING
 Cara klien mengatasi emosi dengan kemampuan
kognitif yang terganggu dipengaruhi oleh pengalaman
masa lalu. Klien yang mempunyai koping yang efektif
akan lebih mudah mengatasi masalah saat ini.
 Respon klien thd ggn kognitif mrpkn cermin pola
respon klien yang lalu, misalnya klien yang biasa
marah pada orang lain dan lingkungan jika mengalami
stres, maka hal yang sama dapat terjadi. Regresi
biasanya terjadi pada keadaan lanjut yang disertai
kemunduruan fungsi mental.
Menurut Stuart dan Sundeen (1987, hlm 600) koping
yang biasa dilakukan klien adalah mengingkari
rasionalisasi, intelektualisasi dan regresi.
PERENCANAAN
 Diagnosis keperawatan ditujukan pada
kemungkinan penyebab dan prilaku yang
diobservasi oleh perawat. Aspek yang paling
terganggu adalah fungsi fisiologis. Penanganan
fisik dan psikososial harus seimbang. Peran
serta keluarga harus dipertimbangkan karena
peran serta klien sangat terbatas. Macam
diagnosis keperawatan yang dikutip dari
NANDA dapat dilihat pada Tabel.2
TABEL 2 HUBUNGAN DIAGNOSIS MEDIS DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA
GANGGUAN KOGNITIF

Klasifikasi diagnosis Klasifikasi diagnosis


medik keperawatan psikiarti
Gangguan mental organik Kerusakan /gangguan kongnitif
Diagnosis Medik Diagnosis keperawatan
( DSM-III-R ) ( NANDA )
 Delerium  Cemas
 Demensia  Gangguan eliminasi inkon-
tinen
 Sindrom amnesia  Ganngguan komunikasi ver-
verbal
 Sindrom delusi organik Koping yang tidak efektif
 Halusinasi organik  Takut
 Sindrom afektif organik  Defisiensi cairan potensial
 Sindrom personality organik  Pemeliharaan kesehatan
 Sindrom cairan organik  Perawatan di rumah
 Gannguan interaksi sosial  Potensial terjadi kecelakaan
trouma
 Gangguan mobilitas fisik Kurangnya perawatan diri
makan, mandi pakaian
 Gannguan konsep diri  Gannguan persepsi sensoris
 Gannguan pola tidur  Isolasi sosial
 Gannguan proses pikir  
APLIKASI PROSES KEPERAWATAN GANGGUAN KOGNITIF

I. Diagnosis keperawatan: Perawatan diri terganggu


sehubungan dengan gangguan kongnitif yang
menyebabkan tidak memperhatikan diri.

Tujuan jangka panjang Klien dapat melakukan aktivitas


sehari-hari seoptimal mungkin.

Tujuan jangka pendek :


Melakukan aktivitas sehari-shari sesuai kemampuan.
Melaksanakan perawat diri yang rutin.
Membuat keputusan yang sesuai.
Mengikuti petunjuk secara bertahap.
Menampilkan diri yang sesuai.
INTERVENSI

 Monitor kemampuan melakukan aktivitas sehari-


hari.
 Dorong aktivitas dan keterampilan yang dapat
dilakukan klien.
 Coba mengikuti jadwal yang pernah dipakai
(misalnya berapa kali mandi, peralatan mandi).
 Dorong memutuskan aktivitas yang akan
dilakukan.
 Jika perlu arahkan tahap per tahap dan ajarkan
satu tahap setiap kali.
 Ajarkan cara berpakaian (jika perlu).
Buat cara berpakaian yang rutin.
Letakan pakaian dengan arah yang gampang dipakai.
Hindarkan kancing dan resleting.
Beri instruksi sederhana dan ulang sampai dapat mengikuti.
Perhatikan privacy.
 Ajarkan b.a.k. dan b.a.b pada tempatnya (jika perlu).
Anjurkan ke WC setiap 2 jam setelah makan.
Hindarkan penggunaan pispot dan urinal.
Beri pujian jika sukses.
Mulai dengan mengatasi inkontinen siang hari, lalu lanjutkan
dengan malam hari.
 Diagnosis keperawatan Gangguan nutrisi
pemasukan kurang dari kebutuhan sehubungan
dengan penilaian yang tak adekuat.
Tujuan jangka panjang Klien dapat memelihara
kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Tujuan Jangka Pendek.
1. Memakan Diet yang seimbang.
2. Mengikuti jadwal makan yang tertentu.
3. Memakan makanan sendiri.
4. Menimbang berat badan teratur.
INTERVENSI
Sediakan makanan yang seimbang termasuk cukup
cairan.
Pertahankan jadwal makanan yang teratur.
Berikan makanan yang disukai dan dikenal.
Berikan macam makanan yang terbatas.
Memodifikasi alat-alat makan (pegangan yang besar).
Timbang berat badan tiap minggu.
Jika klien tidak mau makan dan ada tanda dehidrasi
pertimbangkan pemberian makanan melalui sonde
atau intervena (bicaran dengan dokter)
III. Gangguan keperawatan: Gangguan sensori dan
persepsi sehubungan dengan halusinasi.

Tujuan jangka panjang : Klien dapat mengungkapkan


persepsi realitas secara akurat.

Tujuan Jangka Pendek :

1. Mengekspresikan perasaan dan persepsi dengan


rasa aman.
2. Berespons pada setiap stimulasi realitas.
3. Membedakan yang nyata dan yang tidak nyata.
4. Mengontrol halusinasi.
INTERVENSI
1. Pelihara ketenangan lingkungan, hindari perubahan,
jaga seminimal mungkin penggantian staf.
2. Sediakan waktu sering dan singkat untuk klien.
3. Jangan ingkari realitas klien, dan jangan dukung
halusinasi klien.
4. Hindarkan realitas; Perawat secara fisik dan
psikososial, bicara tentang keadaan sekitar yang nyata,
kenyataan klien (lakukan berulang-berulang).
5. Beri ketenangan, kalem, hangat, empati, rasa aman
jangan berargumentasi.
6. Dorong klien untuk berespons pada realitas bukan
pada halusinasinya.
IV. Diagnosis keperawatan: Gangguan
proses pikir sehubungan dengan
disorientasi.]

Tujuan jangka panjang : Klien dapat


mengenal / berorientasi pada realitas.
Tujuan Jangka Pendek klien dapat :
1. Menggunakan objek di lingkungan untuk pertahankan realitas.
2. Mengekspresikan kelupaan.
3. Mendiskusikan topik yang diingat.
4. Mengindetifikasi tempat, waktu, orang.

INTERVENSI
1. Tulis semua aktivitas sehari-hari.
2. Bantu pernyataan realitas dengan :
TV, Radio
Kelender yang besar, lebaran perhari.
Jam.
Beri nama semua barang di bangsal.
Nama petugas.
3. Orientasi pada fakta: siapa dimana, apa yang terjadi.
4. Diskusi tentang topik yang dipilih klien.
5. Izinkan barang milik klien dibawa dan dipakai.

Anda mungkin juga menyukai