Anda di halaman 1dari 59

PENANGANAN BENCANA

ALAM BANJIR

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH


(BPBD)
Jl. Piere Tendean No. 1 Slawi
Telp. (0283) 6198486 1
Latar Belakang
Letak Kab. Tegal yang terbentang dari pesisir
pantai utara sampai wilayah berbukit dan
pegunungan selatan yang dikelilingi hutan negara
dan keberadaan Gn. Api Slamet, dengan
karakteristik geologi maupun klimatologisnya
rawan terhadap bencana : banjir, tanah longsor,
kekeringan, rob, letusan gunungapi,
putingbeliung.

Mengingat beragamnya bencana yang


mengancam kehidupan masyarakat di Kab. Tegal
maka perlu adanya kesiapan aparat pemerintah
(PNS), TNI, POLRI dan masyarakat dalam
penanggulangan bencana 2
Bencana  disebabkan
alam/non alam
 tiba-tiba atau
perlahan-lahan
PENGER- hilangnya jiwa manusia,
TIAN harta benda,
Kerusakan
BENCANA  di luar kemampuan
(DISASTER) masyarakat

BENCANA adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. (UU 24/2007)
"Telah nampak kerusakan
di darat dan di laut
disebabkan karena
perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagiaan dari
( akibat ) perbuatan mereka,
agar mereka kembali
( ke jalan yang benar )."
( QS 30. Ar-Ruum : 41 )

4
Bencana karena Faktor Alam diakibatkan peristiwa
alam (antara lain gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor)
Bencana Non Alam:  diakibatkan peristiwa nonalam
(antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
epidemi, dan wabah penyakit).
Faktor Manusia:  diakibatkan peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia (konflik sosial antar kelompok
atau antar komunitas masyarakat, dan teror).
Issu Strategis
1. Minimnya Anggaran / APBD dalam penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana, baik ditingkat Provinsi &
Kab/Kota sehingga kinerja masih perlu ditingkatkan,
sementara sumber dana dari non pemerintah / asing relatif
cukup banyak.
2. Terbatasnya kapasitas Sumberdaya Manusia yg handal,
terlatih & tangguh masih perlu ditingkatkan, termasuk
pendataan/inventarisasi relawan di daerah sesuai dengan
kapasitas sumber daya & lokasi tempat tinggal
3. Minimnya dukungan Sarana & Prasarana perlenggkapan
& mobilitas PB baik ditingkat Provinsi & Kab/Kota .
KEBIJAKAN
UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana

1. Urusan bersama, hak & kewajiban seluruh stakeholder diatur


2. Pemerintah sbg penanggungjawab PB dengan peran serta aktif
masyarakat & lembaga usaha => Platform Nasional
3. Merubah paradigma respons menjadi Pengurangan Risiko
Bencana
4. Perlindungan masyarakat thd bencana dimulai sejak Pra
bencana, pd saat & pasca bencana, secara terencana, terpadu
& terkoordinasi
5. Membangun masyarakat yg tangguh / tahan dlm menghadapi
bencana
6. Membangun sistem penanggulangan bencana yg handal
melalui Kelembagaan yg kuat, pendanaan yg memadai
7. Integrasi PB dlm Rencana Pembangunan ( RKP/D, RPJM/D,
RPJP/D )
TANGGUNGJAWAB PEMERINTAH DAERAH
DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

Pasal 5 - UU 24 / 2007 :
“ Pemerintah & Pemerintah Daerah menjadi penanggungjawab
dlm penyelenggaraan Penanggulangan Bencana ”.
Pasal 8 - UU 24 / 2007 :
Tanggungjawab Pemerintah Daerah dlm penyelenggaraan
penanggulangan bencana, meliputi:

1. penjaminan pemenuhan hak masyarakat & pengungsi yg


terkena bencana sesuai dgn standar pelayanan minimum
2. perlindungan masyarakat dari dampak bencana
3. pengurangan risiko bencana & pemaduan pengurangan
risiko bencana dgn program pembangunan
4. pengalokasian dana penanggulangan bencana dlm APBD
yg memadai.
10
KEWAJIBAN MASYARAKAT DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA

Pasal 27 - UU No. 24 / 2007 :


Setiap orang berkewajiban:

• menjaga kehidupan sosial masy. yg harmonis


• memelihara keseimbangan, keserasian,
keselarasan & kelestarian fungsi lingkungan
hidup
• melakukan kegiatan penanggulangan
bencana
• memberikan informasi yg benar kepada
publik tentang penanggulangan bencana
HAK MASYARAKAT DLM PENANGG. BENCANA

Pasal 26 - UU No. 24 / 2007 :


Setiap orang ber Hak:
a. Mendptkan perlindungan sosial & rasa aman, khususnya bagi
kelomp. Masy. rentan bencana
b. Mendptkan pendidikan, pelatihan & ketrampilan dlm
penyelenggaraan PB
c. Mendptkan informasi secara tertulis dan/atau lisan ttg
kebijakan PB
d. Berperan serta dlm perenc, pengoperasian & pemeliharaan
program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan, termasuk
dukungan psikososial
e. Berpartisipasi dlm pengambilan keput. thd kegiatan PB,
khususnya yg berkaitan dg diri & komunitasnya
f. Melakukan pengawasan sesuai dg mekanisme yg diatur atas
pelaksanaan PB
PERAN LEMBAGA USAHA DALAM
PENANGGULANGAN BENCANA
Pasal 28 - UU 24 / 2007 :
Lembaga usaha mendapatkan kesempatan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana, baik secara tersendiri maupun
bersama dengan pihak lain.

Pasal 29 - UU 24 / 2007 :
1. Lembaga Usaha menyesuaikan kegiatannya dengan kebijakan
penyelenggaraan penanggulangan bencana
2. Lembaga Usaha berkewajiban menyampaikan laporan kepada
Pemerintah dan / atau Badan yg diberi tugas melakukan
penanggulangan bencana serta menginformasikannya kepada
publik secara transparan
3. Lembaga Usaha berkewajiban mengindahkan prinsip
kemanusiaan dlm melaksanakan fungsi ekonominya dalam
penanggulangan bencana
13
1. Cepat & tepat
2. Prioritas
3. Koordinasi & Keterpaduan
4. Berdaya guna & Berhasil guna
5. Transparansi & Akuntabilitas
6. Kemitraan
7. Pemberdayaan
8. Non Diskriminatif
9. Non Proletisi
Pasal 3 ( 2 ) UU No 24 / 2007
14
1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman
bencana
2. Menyelaraskan peraturan per UU an yang sudah ada
3. Menjamin terselenggaranya Penanggulangan Bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi & menyeluruh
4. Menghargai budaya lokal
5. Membangun partisipasi & kemitraan publik serta swasta
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan &
kedermawanan
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa & bernegara
Pasal 4 UU No 24 / 2007

15
PEMBANGUNAN & BENCANA
( UU No.24/2007 )
PEMBANGUNAN Ps.36- 47
Ps. 39-42 Pencegahan,
RENBANG Mitigasi,
Kesiapsiagaan
Pembangunan Pembangunan
menimbulkan mengurangi
- Bencana risiko Bencana +
Ps. 48-56 Bencana Bencana
Tanggap
merusak hasil membuka Ps.57-59
pembangunan peluang Pemulihan:
darurat pembangunan Rehabilitasi,
Rekonstruksi
BENCANA
ARAHAN PRESIDEN RI
ttg. Penanggulangan Bencana
1. Pemda Kabupaten / Kota menjadi penanggung jawab utama
penyelenggaraan penanggulangan bencana di wilayahnya.
2. Pemda Provinsi segera merapat ke daerah bencana untuk
memberikan dukungan dengan mengerahkan seluruh sumberdaya
yang ada di tingkat Provinsi jika diperlukan.
3. Pemerintah memberi bantuan sumberdaya yang secara ekstrim
tidak tertangani daerah.
4. Libatkan TNI dan POLRI.
5. Laksanakan penanganan secara dini
Dampak Bencana Terhadap Pembangunan
Nasional/Daerah:
 Hilangnya sumberdaya
 Ganggguan terhadap Program-program
 Pengaruh terhadap iklim investasi
 Pengaruh terhadap sektor non formal
 Destabilisasi politik
Masyarakat:
1. Kerusakan pada pola kehidupan normal
2. Merugikan manusia : mati, luka berat,sengsara, sakit, wabah
penyakit,dll
3. Kerusakan struktur sosial : kerusakan bangunan, tempat
rekreasi, listrik, tempat ibadah,dll
4. Munculnya kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal atau
penampungan, makan dan minum, pakaian, kesehatan,dll
BELAJAR DARI PENGALAMAN

Pra Bencana :

kurang diperhatikan,

kesiapsiagaan kurang, Bencana terjadi pada waktu kita tidak siap


Pada saat kondisi darurat :

Panik berkepanjangan

Tidak tahu apa yang harus diperbuat

Koordinasi kacau, kewenangan tidak jelas

Stress (diri, famili/Keluarga, tetangga menjadi korban)

Distribusi bantuan kacau

Ketidakpercayaan pada pemerintah

Tekanan Media

Isu yang menyesatkan dari pihak yang tidak bertanggungjawab

Semua ingin membantu tapi tidak banyak yang bisa diperbuat

Keamanan terganggu


Kondisi Pasca Bencana:

Pemulihan Fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan berjalan lambat, dan tidak menyeluruh

Bantuan hanya sebatas pada masa tanggap darurat

Bantuan tidak merata

Psikososial tidak tertangani secara tuntas, menyisakan depresi yang mendalam
SIKLUS PENYELENGGARAAN
PENANGGULANGAN BENCANA
BENCANA

Tanggap
Darurat
Kesiapsiagaan

Pencegahan
dan Mitigasi Rehabilitasi

ANUNG untuk BPBD 2010 20


2. MANAJEMEN PENYELENGGARAAN
PENANGGULANGAN BENCANA
Perencanaan
Situasi Tidak Pencegahan
Pengurangan Risiko
Ada Bencana
Pendidikan
Pelatihan
Penelitian
Prabencana Penaatan Tata Ruang

Situasi Terdapat Mitigasi


Potensi Bencana Peringatan Dini
Kesiapsiagaan

Kajian Cepat
Penyeleng Status Keadaan Darurat
garaan Saat Tanggap Penyelamatan & Evakuasi
Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Darurat Perlindungan
Pemulihan

Prasarana dan Sarana


Rehabilitasi Sosial
Ekonomi
Pascabencana Kesehatan
Rekonstruksi Kamtib
Lingkungan

21
Paradigma Lama
Penanggulangan Bencana

Tanggap Darurat : Terjadi bencana baru dilakukan


kegiatan

Belum terorganisir, belum ada pembagian tugas, tidak


terkoordinir.
Paradigma Baru
 Mencegah terjadi Bencana lebih baik daripada
melakukan kegiatan pada saat bencana dan pasca
bencana

Mengapa ???

1. Lebih Murah
2. Meminimalis Dampak Kegiatan
3. Lain-lain ??? PRB ???
SIAPA SAJA YANG WAJIB
MELAKSANAKAN ???
Menurut UU RI No. 24 2007
Tanggung
Jawab &
Wewenang
Pemerintah Pengurangan
Resiko
Bencana(PRB)

Kewajiban
seluruh
Lapisan
Masyarakat
Bagaimana caranya ???
Pemerintah Pusat sdh mengeluarkan
peraturan untuk penanggulangan bencana
:UU no.24 2007 beserta aturan 2 pelengkap
Pemerintah Provinsi Jateng: Perda no.11 tahun
2008
Pemerintah Kabupaten Tegal : Perda No.
11/2009
Pemerintah Desa : Perdes ???
PERLINDUNGAN WARGA NEGARA

UUD
UUD1945
1945: :
Tugas/Tujuan
Tugas/TujuanNegara
Negaraa.l.
a.l. : :
“melindungi
“melindungisegenap
segenapbangsa
bangsaIndonesia
Indonesiadan dan
seluruh tumpah darah Indonesia serta
seluruh tumpah darah Indonesia serta
memajukan
memajukan kesejahteraan
kesejahteraanumum”.
umum”.
UU 24 / 2007
tentang
Penanggulangan
Bencana
Setiap
Setiap WN
WN berhak
berhak mendapatkan
mendapatkan perlindungan
perlindungan
dan
dan hak-hak
hak-hak dasar,
dasar, termasuk
termasuk perlindungan
perlindungan dan
dan
hak-hak
hak-hak untuk
untuk bebas
bebas dari
dari rasa
rasa takut,
takut,
ancaman/risiko/dampak bencana.
ancaman/risiko/dampak bencana.

 Pemerintah/PEMDA
 Masyarakat
 Sektor Swasta
Landasan Hukum
1. UU no. 24 Tahun 2007 tentang
”Penanggulangan Bencana”
2. UU no. 26 Tahun 2007 tentang
”Penataan Ruang”

Keberadaan UU RI no. 24 dan 26 tahun 2007 telah mengubah


paradigma mitigasi bencana dari penanganan bencana menjadi
penanggulangan bencana yang lebih menitikberatkan pada upaya-
upaya sebelum terjadinya bencana dengan fokus pengurangan risiko.

Setelah
Kejadian
Sebelum
Kejadian
KEJADIAN BENCANA

PEMICU

BAHAYA/ANCAMAN

RISIKO
BENCANA BENCANA

KERENTANAN
ANCAMAN
Ancaman bencana adalah suatu
kejadian atau peristiwa yang bisa
(berpotensi) menimbulkan bencana
(pasal 1 ayat 13 uu pb) misalnya Gempa
Bumi,Banjir,Tanah Longsor,Angin Ribut
dll.
Ancaman Jika tidak terjadi, maka tidak
bisa disebut sbg bencana;
Ancaman yg terjadi tetapi tidak
menimbulkan kerugian atau
mengganggu kehidupan masyarakat,
maka tidak bisa disebut sbg bencana;
misalnya dalam kawasan terjadi angin
ribut, tetapi sama sekali tidak
menyebabkan kerusakan apapun, maka
angin ribut ini tidak bisa disebut
bencana.

29
KAPASITAS DAN KERENTANAN


KAPASITAS suatu gabungan semua
sumberdaya, cara, kekuatan yang
tersedia di masyarakat dan organisasi
yang memungkinkan masyarakat
memiliki daya tangkal dan daya tahan
untuk mengurangi tingkat risiko atau
akibat dari bencana


KERENTANAN suatu kumpulan maupun
rentetan keadaan yang melekat pada
masyarakat yang mengarah dan
menimbulkan konsekuensi (fisik, sosial,
ekonomi dan perilaku) pada menurunnya
daya tangkal dan daya tahan masyarakat
sehingga berpengaruh buruk terhadap
upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan bencana.
FAKTOR-FAKTOR KERENTANAN
FISIK
KEBIJAKAN EKONOMI SOSIAL LINGKUNGAN
(Infrastruktur)

Adanya
Adanya
kebijakan Prasarana
kebijakan Prasarana Kemiskinan, tanah,ai
pembangun dasar, Kemiskinan, Pendidikan,ke tanah,ai
pembangun dasar, penghasilan, Pendidikan,ke r,
an yang konstruksi, penghasilan, sehatan, r,
an yang nutrisi sehatan, tanama
tidak konstruksi,
kepadatan nutrisi politik, tanama
n,
tidak
mempertim kepadatan politik,
hukum,
bangunan hutan,n,
mempertim
bangkan hukum,
kelembagaan,
bangunan kelembagaan,
hutan,
lautan
bangkan
PRB, tidak kepadatan lautan
PRB,
adatidak kepadatan
penduduk,
ada
kebijakan penduduk,
persentase
kebijakan
PRB persentase
penduduk
PRB penduduk
usia tua-
usia tua-
balita,
balita,
penduduk
penduduk
wanita .
wanita.
Mana yang lebih rentan?
 Orang Dewasa atau Anak-anak
 Orang Muda atau Lanjut Usia
 Laki-laki atau Perempuan
 Orang Normal atau Orang Cacat
 Orang Sehat atau Orang Sakit
 Orang Kaya atau Orang Miskin
 Orang Berpengetahuan atau Orang
Tidak Berpengetahuan
Contoh Perilaku yang rentan
Penduduk yang tinggal :
• ditepi sungai
• dikaki bukit
• dilereng gunung api
• dipinggir pantai

Penduduk yang melakukan kegiatan:


• membuka ladang dengan cara membakar
• menambang batu /bahan tambang,
• membuang sampah di sungai,
• penebangan liar dll.
Bahaya dan Kerentanan
BAHAYA merupakan fenomena atau kondisi yang SULIT
UNTUK DIRUBAH atau diperbaiki.
KERENTANAN merupakan situasi/sikap/ perilaku
individu/masyarakat yang relatif DAPAT DILAKUKAN
PERUBAHAN.
Oleh karena itu PENGURANGAN RISIKO BENCANA
dapat dilakukan dengan cara MEMPERKECIL
KERENTANAN.
Manajemen Risiko
Risiko
?

Kapasitas Bahaya

Kerentanan

Bahaya x Kerentanan
Risiko =
Kapasitas
• Pengurangan Risiko Bencana adalah upaya untuk
melindungi penghidupan (livelihood) dan asset
individu dan masyarakat dari dampak bencana
melalui kegiatan :
– Pelibatan seluruh stakeholder
– Melakukan penanggulangan bencana sesuai
siklus bencana
– Melakukan Manajemen Risiko Bencana
– Membuat strategi dalam pengurangan risiko
bencana
Pencegahan (Prevention)

Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk


mengurangi atau menghilangkan risiko
bencana, baik melalui pengurangan ancaman
bencana maupun kerentanan pihak yang
terancam bencana (UU no. 24/2007).
Upaya mencegah terjadi bahaya
Upaya tidak mempertemukan bahaya dengan
kerentanan/kapasitas
Mitigasi (Mitigation)

Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana baik


melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana
(UU no. 24/2007)
Upaya meminimalkan dampak bahaya
Ada 2 (dua) bentuk mitigasi:
- Mitigasi Struktural (mis: bangun cekdam,bangun
bronjong sungai,dll)
- Mitigasi Non Struktural : penyadaran masyarakat,
pendidikan dan pelatihan kebencanaan, simulasi,
penetapan tata ruang
Kesiapsiagaan (Preparedness)
Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna
(UU No. 24 Tahun 2004)

Ada 9 kegiatan dalam komponen kesiapsiagaan:


– Penilaian Risiko (risk assessment)
– Perencanaan siaga (contingency planning)
– Mobilisasi sumberdaya (resource mobilization)
– Pendidikan dan Pelatihan (training & education)
– Koordinasi (coordination)
– Manajemen Darurat (response mechanism)
– Peringatan Dini (early warning)
– Manajemen Informasi (information systems)
– Gladi / Simulasi (drilling/simulation)
Prioritas Pilihan Penanggulangan Bencana

Menjauhkan manusia dari sumber bencana;


Menjauhkan sumber bencana dari manusia;
Hidup Harmoni dengan ancaman
bencana
JENIS BENCANA

Gn. Api Slamet Gempa Angin Puting Beliung Tebing Longsor Banjir

41
PENGELOMPOKAN JENIS ANCAMAN

HIDRO- BIOLOGI TEKNO LINGK SOSIAL


GEOLOG METEOR
I • Epidemi, LOGI UNGA • Konflik
OLOGI penyakit • Kecelak N
• Gempa • Banjir, tanaman,
sosial,
aan • Kebakar
bumi, topan, hewan transpo
teror
an,
tsunami banjir rtasi, kebakar
, bandang industri an
longsor, , , hutan,
gerakan kebakar penggu
kekering an
tanah an ndulan
rumah hutan.
BANJIR
Bencana Alam Banjir

44
45
KARAKTERISTIK
Jenis : Banjir genangan banjir bandang

Penyebab:
• Kerusakan lingkungan (rusaknya hutan/alih fungsi hutan shg daerah resapan air
berkurang, pembangunan pemukiman didaerah bantaran sungai, pembuangan
sampah di saluran sungai shg menyumbat dan menghambat aliran sungai)
• intensitas curah hujan tinggi
• Drainase / kapasitas aliran rendah : penyempitan, pendangkalan
• Topografi
• Pasang laut
• Kebijakan yang tidak tepat dalam pengelolaan DAS

Parameter:
• Luas , kedalaman, durasi genangan

Korban/Kerusakan dan kerugian:


• Jiwa, Kerusakan areal pertanian/ tambak, infrastruktur, transportasi, ekonomi
(naiknya harga harga kebutuhan)
KAPAN DAN DIMANA BANJIR TERJADI

1. Pagi, Siang, Malam pada saat Musim Hujan;


2. Terjadi di daerah cekungan atau disekitar sungai secara
meluas;
3. Daerah pesisir akibat pengaruh dari masuknya air laut ke
daratan

Saat Banjir Apa yang Harus Dilakukan:

1. Matikan aliran listrik dirumah;


2. Mengungsi kedaerah yang aman;
3. Evakuasi dan penyelamatan korban banjir;
4. Mendirikan Posko dan Dapur Umum;
5. Waspadai penggunaan air, gunakan selalu air bersih yang disupplay
agar terhindar dari penyakit;
6. Perhatikan tanda-tanda banjir dan pantau situasi banjir terkini
7. Koordinasi dengan pihak terkait
REKOMENDASI TEKNIS

Peningkatan kewaspadaan dan Kesiapsiagaan


melalui pengelolaan dan penanganan wilayah
yang terkena banjir antara lain :
• Normalisasi sungai / pengerukan sedimen
• Menfokuskan pembangunan infrastruktur desa pada jaringan
drainase pemukiman
• Mengintensifkan komunikasi dan koordinasi dengan pihak
pengelola DAS (Daerah Aliran Sungai) terutama dengan
petugas yang menangani daerah hulu sehingga dapat
mengantisipasi adanya banjir kiriman.
• Meminimalisir lahan tutupan yang bisa menghambat resapan
air dan pembuatan biopori terutama di daerah cekungan

48
Peningkatan kewaspadaan dan Kesiapsiagaan melalui
pemahaman peta Kerentanan Tanah longsor:
• Lebih bijak dalam penggunaan lahan, dengan tidak membangun
rumah di bantaran sungai akan tetapi lebih pada tindakan
memperkuat sisi sungai dengan mempertahankan vegetasi yang
ada pada bantaran sungai atau bahkan menambah vegetasi
diatasnya.
• Membatasai perkembangan permukiman agar tidak semakin
bertambah ke arah badan sungai. Menurut keputusan Menteri PU
No. 53 Tahun 1993 tentang Garis Sempadan Sungai, bahwa
sempadan untuk sungai kecil (lebar < 30m) adalah sejauh 15 m dari
bibir sungai kanan maupun kiri, sehingga sangat diperlukan
pengawasan yang ketat dalam hal pendirian bangunan.

49
TSUNAMI
BENCANA GEOLOGI
PENYEBAB TSUNAMI
Gempabumi, letusan gunungapi (Krakatau 1883), longsoran bawah
laut dan meteor jatuh ke laut

Parameter tsunami
• Dinyatakan dalam intensitas I – XII, berdasarkan ketinggian gelombang pasang.

Karakteristik
• Energi gelombang sangat besar
• Tinggi gelombang semakin tinggi didaerah dangkal
• Terjadi secara berulang
• Tsunami di Indonesia termasuk jenis lokal tsunami

51
REKOMENDASI TEKNIS

Kejadian tsunami belum dapat di ramal secara pasti, sehingga


upaya yang dilakukan adalah penataan kawasan pesisir pantai
dan Peningkatan pemahaman masyarakat yaitu;
Green belt/jalur hijau.
Pembuatan jalur evakuasi.
Penentuan lokasi evakuasi.
Pembuatan tembok pemecah gelombang.
Bangunan alami seperti gumuk pasir, pulau karang jangan
dimusnahkan, sungai alami yang berkelok-kelok jangan
diluruskan karena akan mempercepat landaan tsunami.
Pemberdayaan dan Peningkatan Pemahaman masyarakat
tentang tanda-tanda akan terjadi tsunami

52
REKOMENDASI TEKNIS

SIMELUE

Courtesy of Danny Hilman Natawijaya 53


HIDROMETEOROLOGI

KEKERINGAN
KARAKTERISTIK
Jenis Penyebab :
• Alam (pengaruh iklim)/Kekeringan Alamiah (Dampak El Nino/ENSO El-Nino Southern
Oscillation)
• Ulah Manusia (lebih sering terjadi)/ Antropogenik : ketidaktaatan aturan

Dampak
• Parameter bencana :
• Curah hujan turun terhadap curah hujan normal
• Debit air sungai berkurang
• Prosentase daun kering pada tanaman
• Gagal panen, kelapara, wabah penyakit, korba manusia (meninggal)

Upaya Penanganan
• Penataan air (water management) : embung dan waduk
• Perbaikan lingkungan
• Pemetaan daerah rawan dan perencanaan penanganan yang komprehensif
• Pemanfaatan TMC
KEBAKARAN RUMAH
HIDROMETEROLOGI
FAKTOR PENYEBAB

1. Terlalu padatnya lokasi perumahan;


2. Hubungan arus pendek pada instalansi listrik;
3. Ledakan akibat penggunaan bahan bakar minyak atau gas
elpiji;
4. Kelalaian pemilik rumah

1. Gunakan kabel listrik standard dan gunakan satu stop


kontak maksimal 2-3 cabang;
TINDAKAN 2. Pasang klem regulator gas elpiji dengan erat dan kuat;
PENCEGAHAN 3. Jauhkan benda-benda yang mudah terbakar dari kompor
gas elpiji;
4. Hindari merokok di tempat tidur;
5. Selalu periksa sehabis menggunakan setrika listrik,
kompor gas, dan jaringan listrik rumah

1. Padamkan kebakaran dengan keset/karung goni basah atau


Jika Terjadi alat kebakaran standard;
Kebakaran 2. Jika akibat dari kompor minyak atau gas, jangan siram dengan
air, lepaskan regulator dari tabung gas;
3. Jangan gunakan air atau alat pemadam kebakaran jenis busa,
bila aliran listrik belum diputus; segera memutus aliran listrik
DAFTAR WILAYAH TERANCAM BANJIR DAN LONGSOR SERTA PENYEBABNYA
DI KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015
DAS / WILAYAH WILAYAH DUNIA
NO DESA KETERANGAN
GERTAN TERDAMPAK USAHA

1 Di RAMBUT Kec. Warurejo 1. Kedungkelor Banjir


2. Banjarturi Banjir
3. Sukareja Banjir
4. Sidamulya Banjir
2 Di CENANG Kec. Suradadi 1. Sidaharja Banjir
2. Karangwuluh Banjir
3. Jatibogor Banjir
4. Harjasari Longsor + Banjir
3 Di CACABAN, Kec. Kramat 1. Kemuning Banjir
Kali GUNG
2. Plumbungan Banjir
3. Dampyak Banjir + Rob
4. Mejasem Timur Banjir

5. Maribaya Banjir
6. Munjungagung Banjir
4 Di KUMISIK dan Kec. Margasari 1. Prupuk Selatan Banjir
PAMALI
2. Prupuk Utara Banjir
3. Kaligayam Banjir
4. Pakulaut Banjir

5. Jatilaba Longsor

5 SUNGAI TARUB Kec. Tarub 1. Karangmangu Banjir


2. Brekat Banjir
3. Karangjati Banjir

6 PERBUKITAN Kec. Jatinegara 1. Dermasuci Longsor


2. Gantungan Longsor
3. Cerih Longsor

7 PERBUKITAN Kec. Bojong Semua Desa Longsor

6 PERBUKITAN Kec. Bumijawa Semua Desa Longsor

Anda mungkin juga menyukai