Anda di halaman 1dari 19

Abdullah bin Hudhafah as-

Sahmi
Pembawa pesan kepada Raja Persia dan tawanan perang Kaisar Romawi
Timur
1. Abdullah bin Hudzafah dengan
Kisra, Raja Persia
• Terjadi di tahun keenam Hijriyah

• Diutus oleh Rasulullah SAW beserta utusan lain untuk menyampaikan


surat pada Raja Persia, dengan perihal ingin mengajak masuk ke
agama Islam.

• Para utusan berangkat menuju Persia. Sesampainya di Persia,


Abdullah bin Hudzafah diizinkan masuk ke istana.
• Kisra, Raja Persia, meminta seorang pengawalnya untuk mengambil
surat dari tangan Abdullah. Namun Abdullah menolak dengan alasan
“Tidak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkanku
agar menyerahkannya kepadamu secara langsung, aku tidak akan
menentang perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”

• Akhirnya Kisra membiarkan Abdullah mendekat untuk menyerahkan


secara langsung surat dari Rasulullah lalu memanggil seseorang untuk
membuka surat yang dibawa oleh Abdullah dan memintanya
membacakan isi surat tersebut,
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dari
Muhammad Rasulullah kepada Kisra penguasa Persia, salam kepada
orang yang mengikuti petunjuk…”
• Kisra marah ketika mendengar bagian tersebut, karena Rasulullah
SAW memulai suratnya dengan menyebut nama dirinya terlebih
dahulu, bukan nama Kisra. Lalu Kisra merobek surat tersebut tanpa
mengetahui apa isi surat tersebut,
“Beraninya dia menulis seperti ini padahal dia adalah bawahanku
(yang tinggal di wilayah kekuasaanku).”

• Abdullah bin Hudzafah diusir keluar dari majelis, dan akhirnya


Abdullah memutuskan untuk kembali pulang,
“Demi Allah, aku tidak peduli keadaan apa pun, yang penting aku
sudah menunaikan tugas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
• Kemarahan Kisra sudah mereda, ia memerintahkan agar Abdullah bin
Hudzafah dipanggil kembali. Namun Abdullah sudah berjalan jauh
meninggalkan Persia.

• Sesampainya di hadapan Rasulullah, ia menyampaikan apa yang


terjadi pada surat tersebut dan Rasulullah berdoa dengan singkat,
“Semoga Allah merobek-robek kerajaannya.”

• Kisra menulis surat kepada Badzan, gubernurnya di Yaman,


“Utuslah dua orang laki-laki yang kuat kepada seorang laki-laki yang
mengaku sebagai Nabi di Hijaz, perintahkan dua orang laki-laki itu agar
membawanya kepadaku.”
• Badzan, meminta dua utusannya mencari tahu tentang pribadi
Rasulullah. Lalu kedua utusan tersebut mencari tahu hingga bertanya
kepada para pedagang dari Quraisy. Lalu didapatkanlah informasi bahwa
Rasulullah berada di Yastrib.

• Para utusan akhirnya pergi menuju Madinah dan menemui Rasulullah,


mereka menyerahkan surat dari Badzan dan berkata,
“Raja diraja, Kisra, telah menulis surat kepada raja kami Badzan agar
mengirim orang yang diberi tugas membawamu kepadanya, kami datang
kepadamu agar kamu berkenan berangkat bersama kami kepada Kisra,
jika kamu berkenan berangkat bersama kami maka kami akan meminta
Kisra agar memperlakukan kamu dengan baik dan tidak menyakitimu,
namun jika kamu menolak, maka kamu telah mengetahui kekuatannya,
kekejamannya, dan kemampuannya untuk mencelakakanmu dan
mencelakakan kaummu.”
• Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya tersenyum dan
bersabda kepada keduanya,
“Pulanglah ke tempat istirahat kalian, kembalilah esok hari.”

• Esok harinya, kedua utusan Badzan kembali dating dan menanyakan


apakah Rasulullah sudah siap ikut mereka menghadap Kisra.
Rasulullah menjawab,
“Kalian berdua tidak akan bertemu Kisra setelah hari ini. Allah telah
mematikannya, Dia telah menyerahkan kekuasaannya kepada anaknya
Syirawaih di malam ini di bulan ini.”
• Kedua utusan Badzan terkejut dan menyatakan bahwa akan
menyampaikan apa yang Rasulullah sampaikan, lalu kembali
menjawab,
“Ya, katakan kepadanya bahwa agamaku akan menjangkau apa yang
dijangkau oleh kerajaan Kisra, jika kamu masuk Islam, maka aku akan
memberi apa yang ada di tanganmu an menjadikanmu raja atas
kaummu.”

• Utusan Badzan meningggalkan Rasulullah dan menyampaikan semua


yang terjadi pad Badzan, lalu Badzan berkata,
“Jika apa yang dikatakan oleh Muhammad benar, maka dia adalah
Nabi, jika tidak maka kami akan berpikir ulang.”
• Tidak lama setelah itu Badzan menerima surat Syirawaih yang berisi:
“Amma ba’du, aku telah membunuh Kisra, aku tidak membunuhnya
kecuali demi membalas dendam untuk kaum kita, dia telah membunuh
orang-orang mulia dari mereka, menawan kaum wanita mereka dan
merampas harta benda mereka, jika suratku ini telah sampai di
tanganmu maka ambillah baiat dari kaummu untukku.”

• Akhirnya Badzan mengumumkan diri masuk Islam, diikuti orang-orang


Persia di negeri Yaman
2. Abdullah bin Hudzafah dengan
Kaisar Raja Romawi
• Kejadian ini terjadi pada tahun ke-19 Hijriyah

• Umar bin Khattab mengutus pasukan untuk berperang melawan


orang-orang Romawi. Kaisar Romawi yang sudah mengetahui bahwa
tentara utusan kaum muslimin adalah pasukan dengan iman dan
akidah yang kokoh, memerintahkan pada tentaranya agar menangkap
sebagian kaum muslimin dan membiarkan mereka hidup. Ia ingin
melihat secara langsung kaum muslimin tersebut.

• Abdullah bin Hudzafah termasuk dalam tentara muslim yang ditawan


oleh Romawi, dimasukkan dalam penjara, disediakan minuman yang
dicampur arak, daging babi panggang serta khamar. Namun semua
hidangan tersebut tidak disentuhnya.
• Abdullah dikeluarkan dari penjara saat pihak Romawi
mengkhawatirkan kematiannya. Dia berkata pada dirinya,
“Demi Allah, sesungguhnya ini semua telah menjadi halal bagiku
karena aku dalam kondisi terpaksa, hanya saja aku tidak ingin
berbahagia di atas bencana yang menimpa kalian dengan sebab
berpegang teguh pada Islam.”

• Abdullah dibawa ke hadapan raja, diperkenalkan sebagai sahabat


dekat Rasulullah. Raja menawarkan kebebasan dan kedudukan yang
terhormat hanya jika Abdullah mau masuk ke agama Nasrani. Dengan
kekuatan teguh, Abdullah menolaknya,
“Mana mungkin? Kematian seribu kali lebih aku sukai daripada
memenuhi ajakanmu itu.”
• Kaisar raja kembali memberi penawaran lebih besar, yaitu berbagi
sebagian kekuasaannya agar Abdullah mau berpindah ke agama
Nasrani. Hal ini kembali ditolak oleh Abdullah,
“Demi Allah, seandainya kamu menyerahkan seluruh apa yang kamu
miliki dan segala apa yang dimiliki oleh orang-orang Arab dengan
syarat aku meninggalkan agama Muhammad sekejap pun, niscaya aku
tidak akan melakukannya.”

• Karena terus diberikan penolakan, kaisar akhirnya berkata bahwa ia


akan membunuh Abdullah dan Abdullah dengan lantang menjawab,
“Lakukan apa yang engkau inginkan.”
• Abdullah diikat di tiang salib, dan Kaisar memerintahkan pengawalnya
untuk menembakkan anak panah didekat kedua tangan Abdullah.
Kaisar kembali menawarkan Abdullah agar masuk ke agama Nasrani,
namun Abdullah tetap menolak.

• Kaisar kembali memerintahkan pengawalnya untuk menembakkan


anak panah didekat kedua kaki Abdullah, dan Abdullah tetap
menolak.

• Kaisar akhirnya memerintahkan pengawalnya untuk menurunkan


Abdullah dari tiang salib. Lalu menyiapkan bejana besar yang diisi
dengan air/minyak mendidih. Lalu Kaisar meminta 1 tawanan kaum
muslimin dilemparkan ke dalam bejana tersebut.
• Kaisar kembali mengajak Abdullah untuk berpindah ke agama Nasrani,
namun Abdullah semakin keras menolaknya. Karena Kaisar putus asa,
akhirnya ia memerintahkan pengawalnya untuk melemparkan
Abdullah ke bejana tersebut.

• Para pengawal membawa Abdullah menuju bejana tersebut, namun


tiba-tiba Abdullah tampak menangis. Sehingga para pengawal segera
melaporkan hal ini pada Kaisar dan Kaisar meminta agar Abdullah
segera dibawa kehadapannya. Kaisar menyangkan bahwa tangisan
tersebut adalah bentuk dari keputusasaan dan ketakutan.
• Kaisar bertanya mengapa Abdullah menangis, dan ia menjawab,
“Karena aku hanya mempunyai satu nyawa yang apabila dilemparkan
ke dalam periuk itu maka langsung akan musnah. Aku membayangkan,
alangkah bahagia sekiranya aku mempunyai nyawa sebanyak jumlah
rambutku yang merasakan siksaan seperti itu dalam rangka
mempertahankan agama Allah.”

• Mendengar hal ini, Kaisar bertanya, “Apakah kamu mau mencium


kepalaku dan aku akan membebaskanmu?” lalu dijawab oleh
Abdullah “Dan melepaskan seluruh tawanan kaum muslimin?”
• Hal ini akhirnya disetujui oleh Kaisar. Lalu Abdullah bin Hudzafah
mencium kepala Kaisar Romawi tersebut, dan Kaisar memerintahkan
agar seluruh tawanan kaum muslimin dikumpulkan dan diserahkan
kepada Abdullah bin Hudzafah.

• Seluruh tawanan muslim kembali ke Madinah, menghadap kepada


Umar bin Khattab dan menceritakan seluruh kejadian yang terjadi.
Menanggapi hal tersebut, Umar bin Khattab berkata,
“Adalah menjadi kewajiban setiap muslim untuk mencium kepala Ibnu
Hudzafah, dan akulah orang yang pertama yang akan memulainya.”
Lalu Umar mencium kepala Abdullah.
Referensi
• https://kisahmuslim.com/595-abdullah-bin-hudzaifah-dan-siksaan-yang-sangat-p
edih.html
• https://kisahmuslim.com/2771-abdullah-bin-hudzafah-as-sahmi.html
• https://id.wikipedia.org/wiki/Abdullah_bin_Hudhafah_as-Sahmi

Anda mungkin juga menyukai