Anda di halaman 1dari 16

Integeritas Islam dan Ilmu

Pengetahuan

1. Nur Zakiya Putri 20181221065


2. Rizal Esa Mahendra 20181221093
Muqoddimah

Pengetahuan merupakan hasil proses dari


usaha manusia untuk tahu. Berbedanya
cara dalam mendapatkan pengetahuan
tersebut serta tentang apa yang dikaji oleh
pengetahuan tersebut membedakan
antara jenis pengetahuan yang satu
dengan yang lainnya.
Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan
dua hal utama yakni, pertama, manusia
mempunyai bahasa yang mampu
mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran
yang melatarbelakangi informasi tersebut.
Kedua adalah kemampuan berpikir menurut
suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara
garis besar cara berpikir seperti ini disebut
penalaran
Sistem, Struktur, dan susunan Ilmu Pengetahuan

Peter R Senn  dalam Ilmu Dalam Perspektif (Jujun


Suriasumantri) meskipun tidak secara gamblang ia
menyampaikan bahwa ilmu memiliki bangunan
struktur Van Peursen menggambarkan lebih tegas
bahwa “Ilmu itu bagaikan bangunan yang tersusun
dari batu bata. Batu atau unsur dasar tersebut tidak
pernah langsung di dapat di alam sekitar. Lewat
observasi ilmiah batu-batu sudah dikerjakan
sehingga dapat dipakai kemudian digolongkan
menurut kelompok tertentu sehingga dapat
dipergunakan.
Dalam penerapannya, ilmu dapat dibedakan
atas berikut di bawah ini:

• Ilmu Murni (pure science)


• Ilmu Praktis (applied science)
• Ilmu Campuran
Jenis-jenis Ilmu pengetahuan dan sifatnya
• Natural Sciences (kelompok ilmu-ilmu alam)
• Social Sciences (kelompok ilmu-ilmu sosial)
• Sedang Dr. C. A. Van Peurson membedakan
ilmu pengetahuan atas:
• Ilmu pengetahuan kemanusiaan
• Ilmu pengetahuan alam
• Ilmu pengetahuan hayat
• Ilmu pengetahuan logic-deduktif
Sifat-sifat Ilmu Pengetahuan
• Bahwa ilmu itu rasional
• Bahwa ilmu itu Bersifat empiris
• Bahwa ilmu itu Umum
• Bahwa ilmu itu Akumulatif
Batasan-batasan Pengkajian Ilmu
Pengetahuan dalam perspektif ajaran
Islam

Apakah batasan yang merupakan lingkup


penelajahan ilmu? Dimanakah ilmu
berhenti? Apakah yang menjadi karakter
objek ontologis ilmu yang membedakan
ilmu dan pengetahuan pengetahuan yang
lain?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu adalah
sederhana: ilmu memulai penjelajahannya pada
pengalaman manusia dan berhenti di batas
pengalaman manusia. Ilmu tidak mempelajari ikhwal
surga dan neraka. Sebab ikhwal surga dan neraka
berada diluar Jangkauan pengalaman manusia.
Ilmu tidak mempelajari sebab musabab terciptanya
manusia sebab kejadian itu terjadi diluar jangkauan
pengalamann manusia. Baik hal-hal yang terjadi
sebelum hidup kita, maupun hal-hal yang terjadi
setelah kematian manusia, semua itu berada di luar
penjelajahan ilmu.
HAKIKAT AYAT-AYAT ALLAH

Allah SWT menuangkan sebagian kecil dari ilmu


Nya kepada umat manusia dengan dua jalan.
Pertama, dengan ath thoriqoh ar rosmiyah
(jalan resmi) yaitu dalam jalur wahyu melalui
perantaraan malaikat Jibril kepada Rasul-Nya,
yang disebut juga dengan ayat-ayat qauliyah.
Kedua, dengan ath thoriqoh ghoiru rosmiyah
(jalan tidak resmi) yaitu melalui ilham secara
kepada makhluq-Nya di alam semesta ini (baik
makhluq hidup maupun yang mati), tanpa
melalui perantaraan malaikat Jibril
KESATUAN ANTARA AYAT QAULIYAH DAN
KAUNIYAH

Allah menggunakan dua sandi besar dalam


menunjukan kekuasaan-Nya. Kedua sandi
tersebut adalah sandi qouliyah dan sandi
qouniyah. Sandi qouliyah dapat dilihat
dengan mempelajari Al Qur’an, sedangkan
sandi qouniyah dipelajari dengan
mencermati setiap fenomena yang ada di
sekitar kita, baik peristiwa alam maupun
kejadian sosial.
INTERKONEKSI DALAM MEMAHAMI AYAT
QAULIYAH DAN KAUNIYAH

Secara garis besar, Allah menciptakan ayat dalam dua


jalan keduanya saling menegaskan dan saling terkait
satu sama lainnya. Hal ini membuktikan bahwa
kemampuan manusia untuk memaham keduanya
adalah keniscayaan. Allah tidak hanya memberikan
perintah untuk sekedar memahami ayat-ayat Allah
berupa Qauliyah, tetapi uga untuk melihat fenomena
alam ini. Alam adalah ayat Allah SWT yang tidak
tertuang dalam bentuk perkataan Allah untuk dibaca dan
dihafal. Tetapi alam adalah ayat Allah yang semestinya
dieksplore dan digali sedalam-dalamnya untuk semakin
manusia mendekatkan diri pada kemahakuasaan Allah
SWT
Berangkat dari kesadaran tentang realitas atas
tangkapan indra dan hati, yang kemudian diproses
oleh akal untuk menentukan sikap mana yang benar
dan mana yang salah terhadap suatu obyek atau
relitas. Cara seperti ini bisa disebut sebagai proses
rasionalitas dalam ilmu. Sedangkan proses
rasionalitas itu mampu mengantarkan seseorang
untuk memahami metarsional sehingga muncul
suatu kesadaran baru tentang realitas metafisika,
yakni apa yang terjadi di balik obyek rasional yang
bersifat fisik itu. Kesadaran ini yang disebut sebagai
transendensi.
Firman Allah (QS. 3: 191), artinya:

(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah


sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia. Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa api neraka
Bagi orang-orang yang beriman, proses
rasionalitas dan spriritualitas dalam ilmu
bagaikan keping mata uang, antara satu
sisi dengan sisi yang lain merupakan satu
kesatuan yang bermakna. Bila
kesadarannya menyentuh realitas alam
semesta maka biasanya sekaligus
kesadarannya menyentuh alam spiritual
dan begitupun sebaliknya
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai