Anda di halaman 1dari 16

PENGELOLAAN BUDIDAYA AIR TAWAR

Kelompok 15
• Al Afni (1911102010098)
• Dwi Rizky Oktari (1911102010015)
• Desviana Rahma (1911102010103)
• Nurul Hasanah (1911102010092)
• Putri Rizky Wahyuti (19111020114)
Pengelolaan

Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau


usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan
serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Adapun
pengelolaan sumberdaya air merupakan suatu proses yang
mendorong keterapaduan antara pembangunan dan pengelolaan
air,tanah, dan sumber daya lainnya, dengan tujuan untuk
memaksimalkan kesejahteraan sosial ekonomi dan memperhatikan
keberlanjutan ekosistem.
Air Tawar
Air tawar ialah air yang tidak berasa lawan dari air asin. Merupakan
air yang tidak mengandung banyak larutan garam dan larutan mineral di
dalamnya. Saat menyebutkan air tawar, orang biasanya merujuk ke air
dari sumur, danau, sungai, salju, atau es.

Budidaya ikan air tawar saat ini semakin maju ditunjang


meningkatnya sarana prasarana memadai berupa peralatan perikanan,
makanan obat-obatan, teknik budidaya yang disempurnakanmaupun
pemasaran yang lebih baik. Ruang lingkup kegiatan budidaya
mencakup pengendalian pertumbuhan dan mortilitas.
Pengertian Kualitas Air

Kualitas air merupakan keadaan dan sifat-sifat fisik, kimia,dan biologi


suatu perairan yang dibandingkan dengan standar kelayakan tertentu.Kualitas
air untuk budidaya ikan air tawar harus memenuhi beberapa persyaratan
karena air yang kurang baik dalam pemeliharaan akan menyebabkan ikan
mudah terserang penyakit.

Sumber air yang baik dalam pemeliharaan ikan harus memenuhi kriteria
kualitas air yang meliputi sifat-sifat fisika dan sifat-sifat kimia seperti suhu,
pH, kekeruhan DO,dan sebagainya. Kualitas air dalam budidaya sangat
menentukan tingkat keberhasilan. Tingginya atau rendahnya kualitas air akan
berakibat fatal bagi pertumbuhan ikan.
Budidaya ikan air tawar saat ini semakin maju ditunjang meningkatnya
sarana prasarana memadai berupa peralatan perikanan, makanan, obat-obatan,
teknik budidaya yang disempurnakan maupun pemasaran yang lebih baik.
Ruang lingkup kegiatan budidaya mencakup pengendalian pertumbuhan dan
mortilitas.
Dalam budidaya perikanan kualitas air memegang peranan penting karena
seluruh siklus hidup biota yang dipelihara berada dalam air. Selain air harus
jernih, bebas pencemaran,air yang dikhususkan untuk budidaya harus
diperhatikan fisik dan kimia air untuk budidaya ikan air tawar yang harus
diketahui yaitu suhu, pertukaran air, kedalaman, kekeruhan, kandungan
oksigen terlarut, derajat keasaman air serta logam berat terutama merkuri (Hg).
Pentingnya Pengelolaan Kualitas Air
dalam Budidaya Perikanan

Pengelolaan kualitas air dalam budidaya perikanan penting guna


meningkatkan produksi dan menunjang keberhasilan budidaya tersebut.
Pertumbuhan dan perkembangan ikan yang baik dapat dipengaruhi oleh
faktor luar dan faktor dalam. Salah satu faktor luar yang penting dalam
manajemen budidaya adalah pengelolaan kualitas air sebagai media hidup
organisme akuatik. Air sebagai media utama tempat hidup bagi ikan, maka
harus diperhatikan dengan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengelolaan
Kualitas Air

Budidaya perikanan yang intensif akan dapat menyebabkan


menurunnya kualitas air sebagai media perkembangan dan pertumbuhan
ikan. Hal-hal yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas air dalam
budidaya perikanan antara lain:
1. Kandungan amoniak
Amoniak umumnya dihasilkan dari hasil ekskresi suatu organisme.
Kandungan amoniak yang tinggi dalam air, akan dapat mempengaruhi
pertumbuhan ikan karena mereduksi masukan oksigen akibat rusaknya
insang ikan, serta dapat merusak jaringan fisik pada ikan. Amoniak juga
dapat menjadi racun bagi ikan apabila kandungan dalam air sudah terlalu
tinggi.
2. Kandungan oksigen dalam air
Oksigen merupakan suatu hal yang sangat penting bagi makhluk hidup
untuk bernafas. Begitu pula dengan fungsi oksigen dalam budidaya perikanan.
Oksigen dibutuhkan untuk perkembangan organisme akuatik, sehingga apabila
kandungan okesigen dalam air kurang, maka aktivitas ikan akan terhambat.
Oksigen penting bagi ikan itu sendiri, maupun bagi ekosistem di dalam
perairan tersebut. Kandungan oksigen yang rendah di dalam air biasanya juga
akan diikuti dengan meningkatnya kandungan amoniak (NH3) dan
karbondioksida (CO2) dalam air. Kandungan amoniak dan karbondiokasida
yang tinggi di dalam air akan menyebabkan kualitas air dalam kolam menurun.
3. Suhu air kolam
Suhu atau temperatur merupakan salah satu faktor penentu kehidupan ikan.
Suhu air dapat mempengaruhi proses pencernaan makanan yang terjadi pada ikan.
Proses pencernaan makanan pada ikan saat suhu rendah biasanya akan berjalan
sangat lambat, namun pada saat suhu tinggi, maka proses pencernaan pada ikan akan
berjalan secara cepat. Suhu air yang optimal dan sesuai dengan selera makan ikan
adalah antara 25°C-27°C.

Kenaikan suhu dapat menimbulkan akibat sebagai berikut:

1) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun;

2) Kecepatan reaksi kimia meningkat;

3) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.


4. Kepadatan ikan
Kepadatan ekosistem dalam suatu kolam juga akan dapat
mempengaruhi kualitas air dalam kolam tersebut. Kepadatan yang
terlalu tinggi dapat mempercepat proses penurunan kualitas air dalam
budidaya perikanan. Kepadatan yang tinggi dapat menyebabkan feses
yang dihasilkan oleh ikan akan semakin banyak, sehingga endapan
NH3 pada dasar kolam akan meningkat.
5. Cahaya Matahari
Air yang sangat keruh akan dapat mempengaruhi aktivitas dan perkembangan
ikan dalam kolam. Cahaya matahari akan sulit masuk apabila air kolam terlihat
sangat keruh. Cahaya matahari penting bagi organisme karena ikut menentikan
produkstivitas perairan.
6. Kecerahan
Tingkat kecerahan dan kekeruhan air sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroorganisme, plankton, lumpur dan senyawa anorganik diduga
kuat sebagai penyebab kekeruhan air. Kekeruhan air menyebabkan sinar yang
sampai ke air lebih banyak dihamburkan dan diserap daripada ditransmisikan
disekelilingnya. Untuk mengukuran kecerahan digunakan alat yang disebut sechi
disc (keping sechi).
7. Derajat Keasaman (pH)
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
Kebanyakan perairan air tawar umumnya mempunyai nilai pH antar 6-9.
Perairan yang ideal bagi kegiatan budidaya perikanan adalah 6,8 sampai
8,5 dan perairan dengan pH < 6 menyebabkan organisme tidak dapat hidup
dengan baik. Nilai pH diatas 10 dapat membunuh ikan, sementara nilai pH
dibawah 5 mengakibatkan pertumbuhan ikan terhambat dan berdampak
tidak adanya reproduksi.
Manfaat meningkatkan kualitas air
Pengelolaan kualitas air dalam budidaya perikanan penting untuk
menghilangkan sisa buangan metabolisme tubuh dari ikan yang berbahaya
seperti amoniak (NH3), serta sebagai pengganti aerasi. Kualitas air yang
baik akan mengurangi tingkat kekeruhan pada air, sehingga cahaya matahari
dapat masuk untuk mencukupi kebutuhan produktivitas ikan. Kualitas air
yang menurun akan menyebabkan terkumpulnya sisa pakan, bahan organik,
senyawa toksik atau racun, dan zat berbahaya lainnya. Limbah yang sangat
berbahaya dan bersifat racun bagi ikan adalah amoniak. Amoniak dapat
menyebabkan racun maupun munculnya penyakit pada ikan.
Cara mengolah kualitas air
Pengelolaan kualitas air pada budidaya perikanan dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Salah satu cara yang biasanya dilakukan dalam budidaya perikanan
adalah dengan proses pergantian air kolam secara berkala. Kecepatan pergantian air
yang teratur dan maksimal, akan dapat meningkatkan kualitas air dalam budidaya
perikanan. Namun, apabila proses pergantian air ini tidak teratur, maka belum tentu
dapat menghilangkan seluruh zat berbahaya dalam air, sehingga kualitas air masih
belum maksimal.
Daftar Pustaka
• Eshmat, M. E., dan A. Manan. 2013. Analisis kondisi kualitas air pada budidaya ikan
kerapu tikus di Situbondo. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 5(1) : 1-4.
• Yumame, R. Y., R. Rompas, dan N. P. L. Pangemanan. 2013. Kelayakan kualitas air
kolam di lokasi pariwisata Embung Klamalu Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat.
Jurnal Budidaya Perairan. 1(3) : 56-62.
• Boyd, C.E., L. Massaut, and L.J.Weddig,1998. Towards reducing environmental
impacts of pond aquaculture. INFOFISH Internasional 2/98, p : 27–33.
• Effendi. (2000). Telaahan Kualitas Air, bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan
Perairan. Jurusan manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
Kelautan, IPB. Bogor.
• Effendie, M. I. (2004). Metoda Biologi Perikanan, Cetakan II, Yayasan Dewi Sri. Bogor.
• Effendie. M. I. (2004). Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
• Ismoyo IH. (1994). Kamus Istilah Lingkungan. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara.
• Subagja. (2009). Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti. Jakarta.
• Tjarmana, Maman., (1999). Sistem Budi Daya Ikan. Universitas Terbuka, Jakarta.
• Susanto. (2004). Budidaya Mas. Jakarta: Kanisius
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai