Anda di halaman 1dari 7

N G

A
EL
LM
A NI A
DT A R
A K ES
J L
PAD A H
N
A I IN

I HA N D
N AG H :
PE O
E
L
PAJAK DAN ASPEK HUKUM PAJAK
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Menurut
Rochmat Soemitro)
penjelasannya.:
“dapat dipaksakan” artinya bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan
menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita dan juga penyanderaan, walaupun
atas pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan jasa timbal balik tertentu.
Menurut R. Santoso Brotodihardjo SH, memberikan definisi pajak yang berbeda ditinjau
dari sudut pandang peralihan aset dari sektor privat ke sektor publik, Pajak adalah
keseluruhan dan peraturan-peraturan yang meliputi wewenang pemerintah, untuk
mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat
dengan melalui kas negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik, yang
mengatur hubungan-hubungan hukum antar negara dan orang-orang atau badan-badan
(hukum) yang berkewajiban membayar pajak (disebut wajib pajak).
Menurut Prof.Dr.P.J.A. Adriani : Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib pajak membayarnya menurut peraturan-
peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Pasal 1 ayat 1 UU nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU Nomor 16
tahun 2009, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung.
Berdasarkan definisi tersebut, pajak memiliki karakteristik sebagai berikut:
• Pungutan secara paksa oleh Negara
• Yang bersangkutan tidak mendapatkan prestasi langsung
• Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum
ASPEK HUKUM PERPAJAKAN
Secara umum hukum terbagi 2 bagian, hukum publik dan hukum perdata.
Hukum Publik terdiri atas hukum pidana dan hukum tatra, yang meliputi hukum tata
negara dan hukum tata usaha negara.
Hukum perdata, meliputi hukum perdata dalam arti sempit dan hukum dagang.
Hukum Publik adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemerintah
dengan warganya, sedangkan hukum perdata adalah hukum yang mengatur
hubungan hukum antara perorangan di dalam masyarakat.
Hukum tata usaha negara atau hukum administrasi negara adalah perkumpulan
peraturan hukum yang mengatur segala cara kerja dan pelaksanaan wewenang yang
langsung dari lembaga-lembaga negara serta aparaturnya dalam melaksanakan
tugasnya masing-masing.
Hukum pajak adalah bagian dari hukum publik mengingat hubungan hukum yang
diatur adalah antara warga negara dengan negaranya.
Pembagian hukum pajak dibagi menjadi 2 bagian, yaitu hukum pajak materiil dan hukum
pajak formil.

Hukum Pajak Materiil adalah hukum pajak yang memuat norma-norma yang menerangkan
keadaan-keadaan, perbuatan-perbuatan, dan peristiwa-peristiwa hukum yang harus
dikenakan pajak, siapa-siapa yang harus dikenakan pajak, berapa besarnya pajak atau
dapat dikatakan pula segala sesuatu tentang timbulnya, besarnya dan hapusnya utang
pajak dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak.

Hukum Pajak Formil adalah hukum pajak yang memuat peraturan-peraturan mengenai cara-
cara pendaftaran diri untuk memperoleh NPWP, cara-cara pembukuan, cara-cara
pemeriksaan, cara-cara penagihan, hak dan kewajiban wajib pajak, cara-cara penyidikan,
macam-macam sanksi, dan lain-lain.
Secara garis besar penggolongan pajak di Indonesia dibagi 2 yaitu:
1. Pajak Negara/Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat ,
penyelenggaraannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, digunakan untuk
pembiayaan rumah tangga negara umumnya, misalnya pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, bea materai, pajak bumi dan
bangunan khususnya sektor perkebunan, pertanian dan kehutanan.
2. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh daerah provinsi, daerah kabupaten, dan
daerah kota untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya masing-masing, misalnya pajak
bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, pajak kendaraan bermotor, bea balik
nama kendaraan bermotor, pajak parkir dan sebagainya.

Penagihan Pajak menurut Pasal 1 angka 9 UU No.19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan UU No. 9 Tahun 2000 adalah
“Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan
penagihan seketika dan sekaligus, memmberitahukan surat paksa, mengusulkan
pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang
telah disita.
Tujuan dari Penagihan Pajak adalah agar wajib pajak atau penanggung pajak melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak.
Agar tujuan penagihan pajak tersebut tercapai, maka diperlukan serangkaian tindakan yang
dapat diambil oleh juru sita pajak mulai dari surat teguran atau sejenisnya, penyampaian
surat paksa, penyampaian surat perintah melakukan penyitaan dan pelaksanaan
penyitaan, penjualan barang hasil penyitaan, sampai dengan tindakan pencegahan
bepergian ke luar negeri dan penyederaan.
Tindakan penagihan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tidaklah
harus tuntas dilakukan semuanya, namun urutan-urutan tindakan hanya dilanjutkan
apabila penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya.
Serangkaian tindakan penagihan telah diatur dengan prosedur dan urutan jangka waktu yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai