Anda di halaman 1dari 37

Perubahan Perilaku Pada

Usia Senja

Seminar Psikogeriatri
Medan, 11 November 2006
Populasi lansia di Indonesia
60000
+80
50000
75-79
40000 65-74
N
(1000’s) 30000

20000

10000

0
1997 2025 2050

(WHO, 1998)
BPSD
 Peningkatan populasi lansia di Indonesia
 Peningkatan usia harapan hidup
 Penyakit: stroke, Parkinson, demensia,
behavioral and psychological symptoms of
dementia ( BPSD)
 Frekuensi demensia usia 60 th: 1%, 65-70
th:2%, 71-74:4%, 75-79:8%, 80-84:16%.
Dampak BPSD
 Beban caregiver secara moril dan materil
untuk merawat pasien
 Distres yang dialami caregiver dan pasien
 Kualitas hidup menurun
 Risiko rawat inap
 Ketergantungan pada caregiver
 Meningkatnya risiko elder abuse
Gejala positif
 Psikosis , waham, halusinasi
 Mania
 Depresi
 Agitasi
 Anxietas
 iritabel
Gejala Negatif
 Apatis
 Terganggunya persepsi stimuli emosional
 Kisaran ekspresi emosi normal yang berkurang
 Reduksi mood, affek, dan intonasi suara
Apatis
 Intelektual ( minat dan rasa ingin tahu)
 Emosi ( enthusiasme , afek)
 Affektif ( hypomimia)
 Motorik ( aktivitas)
 Withdrawal dari kegiatan sosial
 Reduksi metabolisme medial frontal
 Cholinesterase inhibitors dan Stimulan
Medial Frontal - apathy syndrome
Depresi
 Mood depresi
 Tdk memenuhi kriteria episode depresi mayor
 Prevalensinya tinggi sesudah stroke, terutama jika
lesi akut/ kiri, kronik kiri atau kanan frontal
 Substrat anatomi yg terlibat: brain stem, locus
ceruleus, mid brain raphe
 Gangguan regulasi neurotransmitter: serotonin, nor
adrenalin, dopamin.
Depresi
 Late life depression: keluhan somatik,apatis,
tdk nafsu makan, retardasi psikomotor,
iritabel,insomnia, fatigue.
 Cholinesterase inhibitors dan antidepressant.
 Bedakan dengan Pseudobulbar afek
( pathological crying or laughter)
 Lesi pada substansia alba
Agitasi
 Aktivitas verbal, vokal, motorik yang tidak
sesuai ( Cohen- Mansfield).
 Meludahi orang lain, agresi verbal, melempar
barang.
 Komorbid dengan psikosis, anxietas, depresi.
 lingkungan yang overstimulasi, hostile, teman
yg agresif, atau caregiver yang tidak disukai.
Patofisiologi agitasi
 Metabolisme Frontal/ Temporal
 Neurofibrilarry tangles yang meningkat
 Defisit kolinergik
 Antipsikotik, trazodone, mood stabilizer,beta
bloker.
Agitation in Alzheimer’s Disease

(Cummings JL. Neuropsychiatry of Alzheimer’s Disease and Related Dementias.

Martin Dunitz, London, 2003.)(N=10 in each group)


Agitated Patients Have More Neurofibrillary
Tangles in the Frontal Cortex
Without Agitation With Agitation

(Tekin et al, Ann Neurol 2001; 49: 355-361)


Environmental
Antipsychotics Antidepressants
Intervention

Environmental
Psychosis Depression
Disturbance

Agitation: Frontal Lobe

A Comprehensive Dysfunction

Model Mood Stabilizers,

Antipsychotics
Agitation
Anxietas
 Sadar akan penurunan kapasitas mental
mereka, merasa tidak berdaya.
 Kecemasan antisipasi akan peristiwa yg akan
datang, berpisah dengan caregiver, penyakit.
 Lesi pada frontal Kiri
 Disabilitas dalam ADL
 Antianxietas dan SSRI
Halusinasi
 Yang paling sering : visual, auditorik,
gabungan keduanya.
 Jenis dan bentuk halusinasi dapat membantu
mengetahui Dx penyakit
 Kebutaan akibat katarak, penyakit retina atau
degenerasi makula, lesi destruktif pada
hemisfer : release hallucinations.
 Acetylcholinesterase inhibitors dan
antipsikotik.
Waham
 Pencurian, perselingkuhan, intruder.
 Sindrom Capgras, Cotard.
 Phantom Boarder Syndrome
 The loss of self
 Prosopagnosia
Disinhibisi
 Kurangnya pengendalian perilaku sosial
 Impulsif, dan non reflektif
 Hendaya daya nilai
 Labil, iritabel
 Lesi pada Orbitofrontal
 Perilaku interpersonal yang tidak sesuai
Orbitofrontal Disinhibition
syndrome
Gangguan bangun tidur
 Hypersomnia, insomnia, siklus bangun tidur
yang terbalik.
 Gangguan arsitektur tidur, ngorok
 Tidur pada usila terganggu: rasa nyeri, bak,
makan obat.
 Perubahan degeneratif di retina & saraf
Optikus mengurangi paparan cahaya matahari ,
jam biologik ( nukleus supra Chiasmaticus)
Gangguan makan dan seksual
 Pengurangan nafsu makan.
 Perubahan pola makan ( carbohydrate
craving), atau memakan item non food
 Sindrome Kluver Bucy
 Berkurangnya minat seksual atau perubahan
pola seksual.
Mania
 Confounded dengan konfusi dan delirium.
 Mania murni sebagai bagian bipolar jarang.
 Prevalensinya rendah
 Lebih banyak pada Vaskular Demensia dan
Frontal lobe Dementia
 Reduksi kadar serotonin.
 Lesi stroke di Frontal Kanan.
Phineas Gage
Perubahan Kepribadian
 Aksentuasi ciri kepribadian premorbid.
 Proses degeneratif membuka aspek
kepribadian yang dapat disupresi secara parsial
oleh pasien.
 Individu yang iritabel menjadi lebih iritabel,
ciri dependent menjadi lebih dependent.
Amyloid Generation

Neuritic Plaque

NFT Excitotoxicity Oxidation Inflammation


Cholinesterase
Inhibitors

Cell
Death

Cholinergic Deficit
©jlc2004
Amyloid Generation

Neuritic Plaque

NFT Excitotoxicity Oxidation Inflammation

Memantine

Cell
Death

Cholinergic Deficit
©jlc2004
Amyloid production Anti-amyloid agents
and aggregation

Nerve cell loss Neuroprotective agents

Cholinesterase
Neurochemical deficit
inhibitors

Cognitive/Behavioral
Psychotropic agents
Abnormalities
Acetylcholinesterase Inhibitors
 Menghambat pemecahan asetilkolin menjadi
kolin dan asetat yang diperantarai esterase
sehingga:
 Terjadi peningkatan asetilkolin di celah

sinaptik
 Meningkatkan availabilitas asetilkolin
untuk reseptor asetilkolin muskarinik dan
nikotinik di presinaps dan post sinaps.
Nordberg A, Svensson A-L. Drug Safety. 1998;19:465-480.
Reminyl® (galantamine HBr):
Proposed Mechanisms of Action
REMINYL binds to allosteric site on
nicotinic receptor*
Acetic acid Choline REMINYL
inhibits
Presynaptic
AChE*
nerve
terminal
Muscarinic
receptor

Postsynapti
c nerve
ACh
terminal
Nicotini Acetylcholinestera
c se
receptor (AChE)

Maelicke A, Albuquerque EX. Eur J Pharmacol. 2000;393:165-170. Nordberg A, Svensson A-L. Drug
Safety. 1998;19:465-480.
Reminyl® (galantamine HBr) :
Cara kerja

 Meningkatkan jumlah asetilkolin di celah


sinaps dengan menghambat pemecahan
asetilkolin
 Modulasi aktivitas reseptor nikotinik, hal ini
meningkatkan pelepasan asetilkolin dari
terminal syaraf presinaptik

Maelicke A, Albuquerque EX. Eur J Pharmacol. 2000;393:165-170.


Activation with
Cholinesterase Inhibitors

Brain regions
showing activation
following
administration of a
cholinesterase
inhibitor
Galantamine and Behavioral Symptoms
Placebo
–0.4 Reminyl® Improvement
(16 and 24 mg/d)
–0.3
–0.2 †

†§
Mean –0.1
Change 0
From
Baseline 0.1
in NPI 0.2
0.3
0.4

Hallucinations
Disinhibition
Depression/

0.5 Deterioration
Dysphoria

Irritability/
Euphoria
Elation/

Lability

.05 < P  .10, Reminyl 24 mg vs placebo.
§
.05 < P  .10, Reminyl 16 mg vs placebo.

Reference: Tariot, et al, Neurology, 2000.


Penatalaksanaan BPSD
 Mengurangi stress pasien dan caregiver
 Meningkatkan kualitas hidup pasien dan
caregiver
 Mengurangi risiko rawat inap
 Meningkatkan penggunaan sumber kognitif
yang masih ada pada pasien
 Meningkatkan kemampuan fungsional
Simpulan
 Perubahan perilaku adalah umum di usia
lanjut
 Dampak spesifik perubahan neurobiologik
 Terapi dengan Cholinesterase inhibitors dan
psikotropik memberikan manfaat yang
bermakna untuk perbaikan perilaku dan
kognitif.
Simpulan
 Umumnya BPSD akan kambuh
 BPSD dapat membantu untuk menentukan
diagnosis penyakit dan terapi penyakit.
 Penatalaksaan BPSD dapat membantu untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan
caregiver.

Anda mungkin juga menyukai