Anda di halaman 1dari 49

PERENCANAAN PAJAK

M. Ihsan Atthaariq 12030117120026


Sri Aida Fitriani 12030117120028
Agnes Chariska Waluyo 12030117120040
Nadia Rahmadany 12030117120041
Lufis Ariefudin Alarafi 1203017120044
Kelompok 2
UU KUP no.6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

KETENTUAN UMUM

1. Wajib Pajak 9. Surat Setoran Pajak Your Picture Here


2. Badan 10. Surat taguhan pajak
3. Masa Pajak 11. Surat ketetapan pajak
4. Tahun pajak 12.Surat ketetapan pajak tambahan
5. Bagian tahun pajak 13. Surat paksa
6. Surat pemberitahuan 14. Kredit paksa
7. Surat Pemberitahuan Masa 15 Pekerjaan bebas
8. Surat pemberitahuan Tahunan 16. Tindakan pemeriksanaan
.
.
Surat Pemberitahuan (SPT)
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat
Pasal 3 Pemberitahuan, menandatangani, dan
ayat 1 menyampaikannya ke Direktorat Jenderal Pajak
dalam wilayah Wajib Pajak bertempat tinggal atau
berkedudukan.

Batas waktu penyampaian Surat


Pasal 3
Pemberitahuan adalah: Pasal 3 ayat 4
ayat 3
a. Untuk Surat pemberitahuan Masa,
Selambat-lambatnya dua puluh hari setelah Direktur Jenderal pajak atas permohonan Wajib
akhir Masa Pajak Pajak dapat memperpanjang jangka waktu
b. Untuk Surat Pemberitahuan masa, penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf b
selambat-lambatnya tiga bulan setelah
akhir Tahun Pajak
Surat Pemberitahuan (SPT)
Pasal 7
Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau
disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu maka dikenakan
sanksi berupa denda administrasi sebesar Rp 10.000
Your Picture Here

Pasal 2 ayat 2
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberithuan
yang mengakibatkan htang pajak menjadi lebih besar, maka
kepadanya dikenakan sanksi berupa bunga sebesar 2% sebulan
atas jumlah pajak yang kurang bayar, dihitung mulai saat
penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan
tanggal pembayaran
Pembayaran Pajak
Pasal 9 ayat 1 Pasal 9 ayat 3
 Tanggal jatuh tempo  Surat Tagihan Pajak, Surat
pembayaran dan penyetoran Keteapan Pajak, atau Surat
pajak yang terhutang selambat- Ketetapan Pajak Tambahan
lambatnya 15 hari setelah saat harus dilunasi dalam jangka
terhutangnya pajak atau masa waktu 1 bulan sejak tanggal
pajak berakhir diterbitkan

Pasal 9 ayat 2 Pasal 9 ayat 4


 Kekurangan pembayaran pajak  Direktur Jenderal pajak atas
yang terhutang harus dibayar permohonan WP dapat
lunas dalam jangka waktu 3 memberikan persetujuan
bulan setelah tahun pajak atau kepada WP untuk mengangsur
bagian tahun pajak akhir, atau memberikan penundaan
sebelum surat pemberitahuan pembayaran pajak
itu disampaikan
Penetapan dan Ketetapan
Pasal 13 ayat 1

Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terhutangnya pajak, atau


berakhirnya Masa Pajak, Direktur Jenderal pajak dapat mengeluarkan surat
ketetapan Pajak dalam hal-hal berikut:
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata
jumlah pajak yang terhutang kurang atau tidak bayar
b. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan dan setelah ditegor secara tertulis tidak
disampaikan pada waktunya sebagaimana dalam Surat Tegoran
c. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai PPN Barang dan jasa
dan PPnBM ternyata tidak seharusnya di kompensasikan selisih lebih
pajak, tidak seharusnya dikenakan tarif 0%, atau tidak seharusmya
diberikan pengembalian pajak
d. Apabila kewajiban tidak dipenuhi sebagaimana dimaksud Pasal 28 dan
pasal 29, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terhutang
Penetapan dan Ketetapan
Sanksi administrasi terkait pasal 13 ayat 1 huruf a yaitu ditambah
sanksi administrasi sebesar 2% sebulan untuk selama-lamanya 24
bulan, dihitung mulai saat terhutangnya pajak atau berakhirnya
masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Ketetapan pajak

Sanksi administrasi terkait pasal 13 ayat 1 huruf b,c, dan d


a. 50% dari Pajak Penghasilan yang kurang atau tidak dibayar
dalam satu tahun pajak
b. 100% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong,
tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetorkan, dan
dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor
c. 100% dari pajak Penghasilan Nilai Barang dan jasa dan pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang tidak atau kurang bayar
Penagihan pajak

Pasal 14 ayat 1 Pasal 15 ayat 1 Pasal 15 ayat 2

Surat tagihan pajak dikeluarkan


Direktur jenderal Pajak Surat ketetapan pajak
apabila:
dapat memberikan tambahan ditambah sanksi
a. Pajak dalam tahun berjalan tidak
Surat Ketetapan Pajak administrasi (100% dari
atau kurang bayar
Tambahan dalam jangka jumlah kekurangan pajak
b. Wajib Pajak dikenakan sanksi
waktu 5 tahun sesudah tersebut.
administrasi berupa denda
administrasi dan/atau bunga saat pajak terhuang
c. Dari hasil penelitian Surat
Pemberitahuan terdapat
kekurangan pembayaran pajak
sebagai akibat salah tulis dan/atau
salah hitung
Pembukuan dan Pemeriksaan
Pasal 29 ayat 3

Ketika Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan


maka, WP harus:
a. Memerlihatkan dan meminjamkan pembukuan atau
pencatatan, dokumen yang menjadi dasarnya, dan
dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas WP
b. Memberik kesempatan untuk memasuki tempat atau
ruangan yang dipandang perlu dan memberi bantuan
guna kelancaran pemeriksaan
c. Memberi keterangan yang diperlukan
Ketentuan Pidana
Pasal 38 ayat 1

WP dapat dipidana apabila


a. Tidak menyampaikan Surat pemberitahuan, atau
b. Menyampaikan Surat pemberitahuan, tetapi yang isinya
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
negara
 Sanksi yang diperoleh yaitu dipidana dengan kurungan
selama-lamanya 1 tahun dan/atau dengan setinggi-
tingginya sebesar 2 kali jumlah pajak terhutang
PERENCANAAN PAJAK
Menurut UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
PENGADILAN PAJAK
PENGERTIAN PENGADILAN PAJAK SIAPA SAJA PIHAK YANG TERLIBAT ?
Berdasarkan UU No 14 Tahun 2002 pasal 2 : Berdasarkan UU No 14 Tahun 2002 pasal 6-30,
• Pengadilan pajak adalah adalah badan peradilan terdiri dari :
yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi • Hakim tunggal
Wajib Pajak atau penanggung Pajak yang • Anggota hakim
mencari keadilan terhadap Sengketa Pajak. • Hakim ketua
• Berkedudukan di Jl. Hayam Wuruk No. 7, Jakarta • Panitera, Wakil Panitera, dan Panitera Pengganti
Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta • Sengketa pajak tertentu

TUGAS DAN WEWENANG


BANDING
Pasal 31 menyatakan bahwa tugas dan wewenang Pengadilan pajak hanya memeriksa dan memutus sengketa
1 Pengadilan pajak adalah memeriksa dan memutus atas keputusan keberatan, kecuali ditentukan lain oleh
sengketa pajak. peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada Pasal 32-33, Pengadilan pajak juga mengawasi
GUGATAN
kuasa hukum yang memberikan bantuan hukum
2 kepada pihak-pihak yang bersengketa dalam sidang- dilaksanakan atas pelaksanaan penagihan Pajak atau
keputusan pembetulan atau Keputusan lainnya.
sidang Pengadilan Pajak.
ALUR SIDANG PEMERIKSAAN

1. Hakim Ketua membuka


persidangan dengan mengetukkan 1. Dalam setiap pemeriksaan sengketa
palu sebagai tanda dimulainya pajak, Panitera harus membuat Berita
persidangan dan menyatakan Acara Sidang yang memuat segala
persidangan terbuka untuk umum. sesuatu yang terjadi dalam persidangan. 1. Dalam hal pemohon
banding memberitahukan
1. Hakim Ketua dan / atau Hakim akan hadir dalam
Tunggal melakukan penelitian identitas persidangan, Hakim Ketua
pemohon banding dan Kuasa 1. Apabila dipandang perlu Hakim Ketua
dapat memanggil pemohon Banding untuk memberitahukan tanggal
Hukumnya antara lain dengan dan hari sidang kepada
mencocokkan tanda tangan apakah hadir dalam persidangan, guna memberikan
keterangan yang diperlukan dalam rangka pemohon banding atau
pihak yang hadir sesuai dengan pihak- penggugat, dan memanggil
pihak yang menandatangani Surat penyelesaian sengketa pajak.
pemohon banding untuk
Banding tersebut. menghadiri persidangan.
1. Hakim Ketua menjelaskan masalah 1. Hakim Ketua menanyakan kepada
yang disengketakan kepada para terbanding mengenai hal-hal yang
pihak yang bersengketa diawal dikemukakan pemohon Banding dalam
persidangan. surat banding dan dalam surat bantahan.
JENIS PEMERIKSAAN
Pembeda Acara Biasa Acara Cepat
Dilakukan oleh Majelis yang terdiri dari Hakim Ketua, Hakim Tunggal
Anggota dan Panitera
Dihadiri oleh terbanding dan apabila dipandang perlu, terbanding dan apabila dipandang perlu
pemohon Banding atau penggugat atau pemohon Banding atau penggugat atau
Kuasa Hukumnya Kuasa Hukumnya.
Melakukan pemeriksaan  Surat Permohonan Banding yang Sengketa Pajak tertentu.
berkas perkara terhadap memenuhi ketentuan formal:
 Surat Banding diajukan masih dalam
tenggang waktu 3 (tiga) bulan sejak
keputusan yang dibanding diterima.
 Pajak terutang telah dibayar sampai
dengan 50 % (lima puluh persen) dari
jumlah hutang pajaknya, dengan
melampirkan bukti pembayarannya.
PROSES PENINJAUAN KEMBALI
PEMUTUSAN SIDANG
 Putusan Pengadilan Pajak diambil
berdasarkan hasil penilaian pembuktian, dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang bersangkutan serta
berdasarkan keyakinan Hakim.
 Putusan Pengadilan Pajak diambil
berdasarkan musyawarah yang dipimpin oleh
Hakim Ketua dan apabila majelis didalam
mengambil putusan dengan musyawarah
tidak dapat dicapai kesepakatan, putusan
diambil dengan suara terbanyak.
Erly Suandy (2017) menyatakan bahwa perencanaan pajak adalah
langkah awal dengan dilakukan pengumpulan terhadap peraturan pajak
agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang dilakukan.
Salah satunya memahami Undang-undang No 14 Tahun 2002 yang mana
telah jelas terdapat peraturan yang menangani sengketa dengan banding
ataupun gugatan.
Apabila manajemen tidak memahami UU ini, maka kemungkinan yang
terjadi akan ada penambahan biaya pemeriksaan pajak jika perusahaan
salah dalam menyampaikan banding atau gugatan.

KESIMPULAN & IMPLEMENTASI


Menurut UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak
UU NO
28
Tahun
2007
Susunan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum
Dan Tata Cara Perpajakan (KUP) terdiri dari 11 Bab dan 49 Pasal meliputi :
• Bab I Tentang Ketentuan Umum, terdiri dari Pasal 1.
• Bab II Tentang Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak,
Surat Pemberitahuan dan Tata Cara Pembayaran Pajak, terdiri dari Pasal 2 sampai
dengan Pasal 11.
• Bab III Tentang Penetapan dan Ketetapan Pajak, terdiri dari Pasal 12 sampai
dengan Pasal 17E.
• Bab IV Tentang Penagihan Pajak, terdiri dari Pasal 18 sampai dengan Pasal 24.
• Bab V Tentang Keberatan dan Banding, terdiri dari Pasal 25 sampai dengan Pasal
27A.
• Bab VI Tentang Pembukuan dan Pemeriksaan, terdiri dari Pasal 28 sampai dengan
Pasal 31.
• Bab VII Tentang Ketentuan Khusus, terdiri dari Pasal 32 sampai dengan Pasal 37A.
• Bab VIII Tentang Ketentuan Pidana, terdiri dari Pasal 38 sampai dengan Pasal 43.
• Bab IX Tentang Penyidikan, terdiri dari Pasal 43A sampai dengan Pasal 44B.
• Bab X Tentang Ketentuan Peralihan, terdiri dari Pasal 45 sampai dengan Pasal 47A.
• Bab XI Tentang Ketentuan Penutup, terdiri dari Pasal 48 sampai dengan Pasal 49.
• UU No. 28 tahun
2007 pada
dasarnya
mengatur hak dan
kewajiban Wajib
Pajak, wewenang
dan kewajiban
aparat pemungut
pajak, serta sanksi
perpajakan
 Hak-hak Wajib Pajak antara lain:
·         
Hak Memperpanjang Hak Hak Memohon
Jangka Waktu Mengangsur Pembetulan Surat
Penyampaian Surat Atau Menunda Tagihan Pajak/Surat
Pemberitahuan Pembayaran Ketetapan Pajak
Tahunan Pajak Yang Salah
1 3 5

6,7

Hak Mengajukan
Keberatan dan
2 4 Hak Mengajukan
Hak Memohon Banding
Hak
Membetulkan Restitusi
Surat
Pemberitahuan
Kewajiban Wajib Pajak antara lain:
        
Kewajiban
Kewajiban
dalam Hal
Mendaftarkan Diri
Diperiksa

2 4
1

3
Kewajiban
Pembayaran, Kewajiban
Pemotongan/ Memberi Data
Pemungutan,
dan
Pelaporan
Pajak
Wewenang dan •

Wewenang Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Wewenang Menerbitkan Surat Tagihan Pajak
Kewajiban Aparat • Wewenang Melakukan Penagihan Pajak
• Wewenang Melakukan Pemeriksaan
Perpajakan antara • Wewenang Melakukan Penyelidikan
• Wewenang Melakukan Penyegelan
lain: • Wewenang Mengurangkan Atau Menghapuskan
          Sanksi Administrasi.

• Kewajiban Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak


• Kewajiban Memberikan Keputusan
• Kewajiban Memberikan Keterangan
• Kewajiban Menjaga Kerahasiaan Data
DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK
Hak untuk melakukan penagihan pajak termasuk bunga denda, kenaikan, dan
penagihan pajak, daluwarsa setelah melampui waktu 5 tahun terhitung sejak
penerbitan surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak kurang bayar, Surat
Keputusan Pembetulan

Daluwarsa penagihan Pajak sebagai mana di maksut pada ayat (1) tertangguh
apabila:
• Diterbitkan Surat Paksa
• Ada Pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak  baik langsung maupun tidak
langsung
• Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagai mana di maksut
dalam Pasal 13 ayat (5)
• Dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan lain-lain.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2009
TENTANG
PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG
NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG
UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA
CARA PERPAJAKAN MENJADI UNDANG-UNDANG

Tujuan:
1. untuk lebih memberikan keadilan, meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak,
2. meningkatkan kepastian dan penegakan hukum,
3. serta meningkatkan keterbukaan administrasi perpajakan dan kepatuhan sukarela Wajib
Pajak yang pada akhirnya meningkatkan penerimaan negara dari sektor perpajakan.
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK, SURAT
PEMBERITAHUAN, DAN TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK

Penjelasan Pasal 2 Ayat (1)


Semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self
assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat
sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

a) Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai


subjek pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

b) Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan
perubahannya.
Pasal 3 (1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan
jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak.

Ayat (5a) Dalam rangka pembinaan terhadap Wajib Pajak yang


sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan ternyata
tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan, terhadap Wajib
Pajak yang bersangkutan dapat diberikan Surat Teguran.
Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
a. untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;
b. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah
akhir Tahun Pajak; atau
c. untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir
Tahun Pajak

Pasal 7 (1) Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4),

• Rp500.000,00 untuk Surat Pemberitahuan Masa PPN,

• Rp100.000,00 untuk Surat Pemberitahuan Masa lainnya,

• Rp1.000.000,0 untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan

• Rp100.000,00 untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi
Penjelasan Pasal 8 Ayat (1) Terhadap kekeliruan dalam pengisian Surat Pemberitahuan yang
dibuat oleh Wajib Pajak, Wajib Pajak masih berhak untuk melakukan pembetulan atas kemauan
sendiri, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan.
Yang dimaksud dengan “mulai melakukan tindakan pemeriksaan” adalah pada saat Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau
anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak.

Pasal 12 : Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang
dihitung dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan yang bersangkutan tidak
benar, misalnya pembebanan biaya ternyata melebihi yang sebenarnya, Direktur
Jenderal Pajak menetapkan besarnya pajak yang terutang sebagaimana mestinya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Keberatan
Pasal 25 (1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada
Direktur Jenderal Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau
e. pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Penjelasan Pasal 26 Ayat (1) Terhadap surat keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak,
kewenangan penyelesaian dalam tingkat pertama diberikan kepada Direktur Jenderal
Pajak dengan ketentuan batasan waktu penyelesaian keputusan atas keberatan Wajib Pajak
ditetapkan paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima.
UU NO 16 TAHUN 2009
Bahwa karena masih banyak masyarakat yang ingin
memanfaatkan fasilitas pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi perpajakan sebagaimana diatur dalam
Pasal 37A ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga atas UndangUndang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, sehingga Presiden menetapkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas UndangUndang Nomor 6 C E R T I F I C AT E
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang memberikan perpanjangan waktu yang
merupakan langkah tepat untuk memperkuat basis
perpajakan nasional;
 Pasal 37A (1) Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak
yang masih harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lambat tanggal
28 Pebruari 2009, dapat diberikan pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran
pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.

 Pasal II Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mulai berlaku pada


tanggal 1 Januari 2009.
PENAGIHAN
PAJAK
DENGAN
SURAT PAKSA

Sri Aida Fitriani-12030117120028


Definisi
Kegiatan penagihan
pajak dilakukan oleh
bagian penagihan
(seksi penagihan) di
Kantor Pelayanan
Pajak tempat Wajib
Pajak terdaftar
Penagihan pajak adalah
tindakan penagihan
yang dilaksanakan oleh
juru sita pajak kepada
penanggung pajak tanpa
menunggu jatuh tempo
pembayaran yang
meliputi seluruh utang
pajak.
Pelaksanaan penagihan aktif
Surat Penyitaan
Surat Teguran
Surat teguran diterbitkan oleh Surat Penyitaan diterbitkan
pejabat untuk menegur atau apabila utang pajak belum
memperingatkan Wajib Pajak dilunasidalam jangka waktu 2×24
untuk melunasi utang jam setelah Surat Paksa
pajaknya diberitahukan, maka dilakukan
tindakan penyitaan atas barang-
barang Wajib Pajak.
01 03

02 04
Surat Paksa Lelang
Surat paksa adalah Apabila Wajib Pajak telah melunasi utang
surat perintah pajak tetapi belum melunasi biaya
membayar utang pajak penagihan pajak maka penjualan secara
dan biaya penagihan lelang terhadap barang yang telah disita
pajak. tetap dapat dilakukan.
Tata Cara 01 Tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali
dengan penerbitan surat teguran setelah 7 hari jatuh
dan Waktu tempo pembayaran.

Penagihan 02 Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak


setelah 21 hari sejak diterbitkannya surat teguran,
maka akan diterbitkan Surat paksa

Pajak
03 Diterbitkan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan (SPMP)

04 Apabila utang pajak yang masih harus dilunasi oleh


penanggung pajak setelah lewat dari jangka waktu
14 hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, maka
akan dilaksanakan pengumuman lelang

05 penjualan barang sitaan penanggung


pajak melalui kantor lelang
Pencegahan dan Penyanderaan
Pencegahan
 larangan yang bersifat sementara terhadap Penanggung Pajak tertentu untuk
keluar dari wilayah Republik Indonesia .

 Dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai jumlah utang pajak
sekurang-kurangnya sebesar Rp 100.000.000,00 dan diragukan itikad baiknya
dalam melunasi utang pajak

 Dilakukan berdasarkan keputusan pencegahan yang diterbitkan oleh Menteri


Keuangan atas permintaan Pejabat .

Penyanderaan
 Pengekangan sementara waktu kebebasan Penanggung Pajak dengan
menempatkannya di tempat tertentu

 Dapat dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang mempunyai jumlah utang pajak
sekurang-kurangnya sebesar Rp 100.000.000,00 dan diragukan itikad baiknya
dalam melunasi utang pajak

 Dilakukan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan yang diterbitkan oleh


Pejabat setelah mendapat ijin tertulis dari Menteri Keuangan atau Gubernur
Kepala Daerah Propinsi.
Gugatan
Gugatan Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan Surat Paksa,
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau Pengumuman
Lelang hanya dapat diajukan kepada Pengadilan Pajak

Your Picture Here

Permohonan Pembetulan Atau Penggantian


Penanggung Pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau penggantian
kepada Pejabat terhadap Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain
yang sejenis, Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus, Surat Paksa,
Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Surat Perintah Penyanderaan,
Pengumuman Lelang dan Surat Penentuan Harga Limit yang dalam penerbitannya
terdapat kesalahan atau kekeliruan
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai