Anda di halaman 1dari 18

PENYAKIT DIABETES MELITUS DAN SINDROM CHUSING

■ Nama kelompok:
1. Faidatul Rohmah 1150019035
2. Mita Akhmalia Pratiwi 1150019048
3. Echa Citra Kartika 1150019068
PENGERTIAN DIABETES MILITUS
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolis mekronis
dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi
fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta
Langer hans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap
insulin
Walaupun Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan kematian
secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal bila pengelolaannya tidak tepat. Pengelolaan DM
memerlukan penanganan secara multi disiplin yang mencakup terapi non-obat dan terapi obat.
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang berkaitan dengan defisiensi atau resistansi
insulin relatif atau absolut, dan ditandai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak.Kondisi ini muncul dalam dua bentuk, yaitu tipe 1, ditandai dengan insufisiensi insulin absolut,
dan tipe 2, ditandai dengan resistansi insulin disertai kelainan sekresi insulin berbagai tingkatan.
■ tipe 1 biasanya muncul sebelum penderita berusia 30 tahun (namun bisa muncul pada penderita
usia berapapun) ; biasaya pasien menjadi kurus dan membutuhkan insulin eksogenosa dan
pengaturan makanan untuk mendapatkan kontrol.
■ tipe 2 biasanya muncul pada pasien dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun dan yang mengalami
obesitas, namun tipe ini makin banyak menyerang pemuda di Amerika Utara. Hampir dua- pertiga
penderita diabetes akan meninggal akibat openyakit kardiovaskular. Diabetes juga merupakan
penyakit yang paling sering menyebabkan gagal ginjal dan kebutaan pada orang yang baru
menginjak masa dewasa.
– Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus
■ Penurunan berat badan secara berangsur-angsur
■ Nafsu makan meningkat akibat sel butuh asupan energi lebih
■ Intensitas buang air kecil meningkat biasanya malam hari
■ Merasa kesemutan atau mati rasa akibat saraf mulai rusak
■ Penglihatan menurun, terganggu dan kabur
■ Mudah terjadi luka dan susah kering atau sembuh
■ Mudah lelah dan mengantuk
■ Sering merasa haus
■ Sulit tidur saat malam hari
■ Selera seksual menurun
Patofisiologi Diabetes Mellitus

1. Diabetes Mellitus Tipe 1


Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya, diperkirakan kurang dari 5-10%
dari keseluruhan populasi penderita diabetes.Gangguan produksi insulin pada DM Tipe 1 umumnya terjadi
karena kerusakan sel- sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun.Namun ada pula yang
disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella, CMVirus, Herpes, dan lain
sebagainya. Ada beberapa tipe otoantibodi yang dihubungkan dengan DM Tipe 1, antara lain ICCA (Islet Cell
CytoplasmicAntibodies), ICSA (Islet cell surface antibodies), dan antibodi terhadap GAD
(glutamicaciddecarboxylase).ICCA merupakan otoantibodi utama yang ditemukan pada penderita DM Tipe
1.Hampir 90% penderita DM Tipe 1 memiliki ICCA di dalam darahnya. Di dalam tubuh non-diabetik, frekuensi
ICCA hanya 0,5- 4%. Oleh sebab itu, keberadaan ICCA merupakan prediktor yang cukup akurat untuk DM Tipe
1.ICCA tidak spesifik untuk sel-sel β pulau Langerhans saja, tetapi juga dapat dikenali oleh sel-sel lain yang
terdapat di pulau Langerhans.
2. Diabetes Mellitus Tipe2
Diabetes Tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan
DM Tipe 1. Penderita DM Tipe 2 mencapai 90- 95% dari keseluruhan populasi penderita diabetes, umumnya
berusia di atas 45 tahun, tetapi akhir-akhir ini penderita DM Tipe 2 di kalangan remaja dan anak-anak populasinya
meningkat.Etiologi DM Tipe 2 merupakan multifaktor yang belum sepenuhnya terungkap dengan jelas. Faktor
genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet
tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan.

Berbeda dengan DM Tipe 1, pada penderita DM Tipe 2, terutama yang berada pada tahap awal, umumnya
dapat dideteksi jumlah insulin yang cukup di dalam darahnya, disamping kadar glukosa yang juga tinggi. Jadi, awal
patofisiologis DM Tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, tetapi karena sel-sel sasaran insulin
gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai “Resistensi Insulin”.
Resistensi insulin banyak terjadi di negara- negara maju seperti Amerika Serikat, antara lain sebagai akibat dari
obesitas, gaya hidup kurang gerak (sedentary), dan penuaan.
 
Teori Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus
A. PENGKAJIAN
1. Biodata
■ Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal MRS, tanggal pengkajian, No.RM,
diagnose medis
■ Identitas orang tua meliputi nama ayah dan ibu, agama, alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, pendidikan terakhir.
■ Identitas saudara kandung meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama berupa mudah mengantuk, lelah, sering merasa lapar dan luka sulit sembuh.
3. Riwayat kesehatan
■ Riwayat kesehatan sekarang ini berisi gejala awal biasanya mudah mengantuk, lelah, sering merasa lapar dan luka sulit sembuh.
■ Riwayat kesehatan dahulu ini berisi penyakit yang diderita klien sebelumnya.
■ Riwayat kesehatan keluarga ini berkaitan dengan penyakit keturunan.
4. Data dasar pengkajian
■ Aktifitas meliputi kelelahan dan kelesuhan
■ Sirkulasi meliputi kebas, kesemutan ektemitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama.
■ Eliminasi meliputi perubahaan pola berkemih (poliuria) dannokturia.
■ Nutrisi dan cairan meliputi tidak mengikuti diit, peningkatan pemasukan glukosa atau karbohidrat, haus dan penurunan berat
badan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
■ Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi pankreas, resistensi insulin,
gangguan toleransi glukosa darah, gangguan glukosa darah puasa dibuktikan oleh lelah/lesu, kadar
glukosa dalam darah tinggi/urin tinggi, mulut kering, haus meningkat, jumlah urin meningkat.
■ Gangguan intergeritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi, penurunan mobilitas,
kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi integeritas jaringan dibuktikan
dengan kerusakan jaringan dan/atau/ lapisan kulit, nyeri, perdarahan, kemerahan,hematoma
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
– Setelahdilakukantindakankeperawatan3x24jamdiharapkan kestabilan kadar glukosa darah meningkat
dengan kriteria hasil: Mengantuk menurun, lelah menurun, rasa lapar menurun, rasa haus menurun, mulut
kering menurun, jumlah urin membaik, kadar glukosa darah membaik, kadar glukosa dalam urin membaik.
■ Intervensi utama : Manajemen Hiperglikemia
1. Observasi
2. Terapeutik
3. Edukasi
4. Kolaborasi
D. ImplementasiKeperawatan
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat oleh perawat
E. EvaluasiKeperawatan
Dilakukan dengan membandingkan antara perkembangan kondisi yang terjadi pada klien dengan kriteria hasil yang ada
dalam intervensi keperawatan.
S : Data Subyektif
Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan, dikemukakan klien.
O : Data Obyektif
Adalah perkembangan yang bisa diamati dan di ukur oleh perawat atau tim kesehatan lainnya.
A : Analisis
Penilaian dari kedua jenis data (baik subyektif atau obyektif) apakah berkembang ke arah perbaikan atau kemunduran
P : Perencanaan
Rencana penanganan klien yang berdasarkan pada analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya
apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
 
PENGERTIAN CUSHING
SYNDROME
Cushing syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh hiperadreno kortisisme akibat
neoplasma korteks adrenal atau adenohipofisis, atau asupan gluko kortikoid yang berlebihan. Bila terdapat
sekresi sekunder hormone adrenokortikoid yang berlebihan akibat adenoma hipofisis dikenal sebagai
Cushing Disease (Dorland, 2002).
Cushing’s Sindrom adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek metabolic gabungan dari
peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara
spontan atau karena pemberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid. (Sylvia A. Price;
Patofisiolgi, Hal. 1088).
Cushing’s Sindrom adalah penyakit akibat aktivitas korteks adrenal yang meningkat dalam
pemberian kortikosteroid atau ACTH (Suzzanne C. Smeltzerdan Brenda G. Bare. 2001 : 1327-1328).
Cushing’s Sindrom adalah causa primer yang tidak terletak di hipofisisakan tetapi di supraren sebagai
suatu adenoma/karsinoma (Harvey Cushing, 1932). Syndrom cushing adalah syndrom yang diakibatkan
oleh aktivitas adrenolkortikal yang berlebihan (Baughmandkk. 2001 : 486).
Definisi Sindrom Cushing

Sindrom Cushing bercirikan klasterke abnormal anklinis, yang disebabkan oleh tingginya kadar hormone adreno
kortikal (terutama kortisol) atau kortik osteroid berkaitan dan dalam tingkat yang lebih rendah, androgen dan
alderosteron. Tandanya meliputi adipositas wajah (wajahbulan), leher, dan batang tubuh dan striaungu dikulit.
Sindrom cushing paling sering menyerang wanita. Prognosisnya tergantung pada penyebab mendasar : prognosis
buruk jika dialami pada penderita yang tidak ditangani dan penderita karsinoma penghasil kortikotropinektopik
yang tidak bisa ditangani, (Lihat menjalani penanganan seumurhidup).
Tanda dan Gejala Sindrom Cushing
1. Berat badan meningkat.
2. Menumpuknya jaringan lemak, terutama pada bahu (buffalo hump) serta wajah (moonface).
3. Guratan berwarna ungu kemerahan (striae) di kulit perut, paha, payudara, dan lengan.
4. Penipisan kulit, sehingga kulit menjadi mudah memar.
5. Luka pada kulit menjadi sulit sembuh.
6. Muncul jerawat
7. Otot melemah.
8. Lemas.
9. Depresi, cemas dan mudah marah.
10. Gangguan kognitif.
11. Tekanan darah tinggi.
12. Sakit kepala.
13. Pengeroposan tulang.
Patofisiologi Sindrom Cushing
1. Perubahan metabolisme protein
2. Perubahan metabolisme lemak
3. Perubahan metabolisme karbohidrat
4. Perubahan pada respon imun dan respon terhadapinflamasi
5. Gangguan metabolisme air dan mineral.
6. Perubahan pada emotionalstability.
7. Perubahan hematological.
8. Kegiatan androgen meningkat.
 Teori Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
■ Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal MRS, tanggal pengkajian, No.RM, diagnose medis
■ Identitas orang tua meliputi nama ayah dan ibu, agama, alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, pendidikan terakhir.
■ Identitas saudara kandung meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, hubungan dengan klien..
2. Keluhan utama berupa menumpuknya jaringan lemak pada bahu serta wajah, muncul jerawat, luka pada kulit menjadi sulit sembuh.
3. Riwayat kesehatan
■ Riwayat kesehatan sekarang ini berisi gejala awal biasanya sakit kepala, menumpuknya jaringan lemak terutama pada bahu serta wajah, guratan berwarna ungu
kemerahan dikulit perut, paha, payudara dan lengan, penipisan kulit sehingga kulit mudah memar, muncul jerawat
■ Riwayat kesehatan dahulu ini berisi penyakit yang diderita klien sebelumnya.
■ Riwayat kesehatan keluarga ini berkaitan dengan penyakit keturunan.
4. Data dasar pengkajian
■ Aktivitas meliputi sensitivitas, otot lemah, kelelahan berat.
■ Sirkulasi meliputi palpitasi
■ Eliminasi meliputi urine dalam jumlah yang meningkat, fesesdiare
■ Nutrisi dan cairan meliputi berat badan meningkat, peningkatan edema
■ Nyeri dan kenyamanan meliputi sakit kepala, cemas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
■ Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh (mis, menumpuknya jaringan lemak
pada bahu dan wajah, obesitas, jerawat), perubahan fungsi kognitif ditandai fungsi atau struktur tubuh
berubah/hilang, mengungkapkan kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain, fokus berlebihan pada perubahan
tubuh, menyembunyikan/menunjukkan bagian tubuh secara berlebihan.
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, gangguan kognitif, kecemasan, kerusakan
integritas stuktur tulang, ditandai dengan kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun, merasa cemas saat
bergerak.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
■ Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan citra tubuh meningkat dengan kriteria hasil :
– Verbalisasikekhawatiranpadapenolakan/reaksioranglainmeningkat
– Fokuspadabagiantubuhmeningkat
– Menyembunyikanbagiantubuhberlebihanmeningkat

■ Intervensi utama : promosi citra tubuh

1. Observasi
2. Terapeutik
3. Edukasi
4. Kolaborasi
D. ImplementasiKeperawatan
Dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat oleh perawat.
E. EvaluasiKeperawatan

Dilakukan dengan membandingkan antara perkembangan kondisi yang terjadi pada klien dengan kriteria
hasil yang ada dalam intervensi keperawatan,
S : Data subyektif
Adalah perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang dirasakan, dikeluhkan, dikemukakan
klien.
O : Data obyektif
Adalah perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat atau tim kesehatan lainnya.
A : Analisis
Penilaian dari kedua jenis data (data subyektif atau obyektif) apakah berkembang kearah perbaikan atau
kemunduran.
P : Perencanaan
Rencana penanganan klien yang berdasarkan pada analisis diatas yang berisi melanjutkan perencanaan
sebelumnya apabila keadaan atau masalah belum teratasi.
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai