Anda di halaman 1dari 32

DEPRESI

Vadhilla Safitri
150611032
Outline
Definisi Jupiter Neptune

Mars Venus
Definisi Depresi

Kaplan mendefinisikan depresi sebagai suatu periode


terganggunya fungsi manusia yang dikaitkan dengan
perasaan yang sedih serta gejala penyertanya, dimana
mencangkup hal-hal seperti perubahan pola makan,
psikomotor, konsentrasi, rasa lelah, anhedonia, rasa
tak berdaya, putus asa dan bunuh diri
Etiologi Depresi
Faktor Biologi Faktor Genetik Faktor Psikososial

Faktor Kognitif Faktor Kegagalan


Faktor Biologi

Penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik,


seperti: 5 HIAA (5-hidroksi-indol-asetic-acid), HVA (homo-vanilic-
acid), MPGH (5-methoxy-0-hydroksi-phenil-glikol), di dalam darah,
urin dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neuro-
transmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan
epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada
pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah
Faktor Biologi

Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan


dalam patofisiologi depresi. Selain itu aktivitas dopamin pada depresi
adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang
menurunkan konsentrasi dopamine, seperti respirin, dan penyakit
dimana konsentrasi dopamin menurun, seperti parkinson, adalah
disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin,
seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala
depresi.
Faktor Biologi

Disregulasi Endokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis


neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung
neurotransmitter-amin-biogenic. Pada pasien depresi ditemukan
adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat
kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya,
stres kronik yang mengaktivasi aksis hypothalamic-pituitary-adrenal
(HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin-biogenic-central.
Aksis neuro-endokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal,
tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis
yang paling banyak diteliti.
Faktor Biologi

Hipersekresi corticotropin relasing hormone (CRH) merupakan


gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi.
Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya kerusakan pada sistem
umpan balik kortisol di sistem limbik atau adanya kelainan pada
sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH.
Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut
dan marah berhubungan dengan para-ventriculer-nucleus (PVN), yang
merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur
oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang
menyebabkan peningkatan sekresi CRH.
Faktor Biologi

Kehilangan saraf atau penurunan neurotransmiter. Sistem saraf pusat


mengalami kehilangan secara selektif pada sel-sel saraf selama proses
menua. Walaupun ada kehilangan sel saraf yang konstan pada seluruh
otak selama rentang hidup, degenerasi neuronal korteks dan kehilangan
yang lebih besar pada sel-sel di dalam lokus seroleus, substansia nigra,
serebelum dan bulbus olfaktorius. Bukti menunjukkan bahwa ada
ketergantungan dengan umur tentang penurunan aktivitas dari
noradrenergik, serotonergik, dan dopaminergik di dalam otak.
Khususnya untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada
umur 80-an tahun dibandingkan dengan umur 60-an tahun.
Faktor Genetik

Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa


angka resiko di antara anggota keluarga tingkat
pertama dari individu yang menderita depresi berat
(unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan
dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar
11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar
monozigot. Pengaruh genetik terhadap depresi tidak
disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa
terdapat penurunan dalam ketahanan dan kemampuan
dalam menanggapi stres
Faktor Psikososial

Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi


meliputi:

● Peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan


● Kepribadian
● Psikodinamik
● Kegagalan yang berulang
● Teori kognitif
● Dukungan sosial
Peristiwa kehidupan penyebab stres lebih sering mendahului episode pertama
gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa
peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain
menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam
onset depresi.

Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset episode depresi adalah
kehilangan pasangan. Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan
orang yang dicintai, atau stressor kronis, misalnya kekurangan finansial yang
berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat
menimbulkan depresi.
Faktor kepribadian, beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu,
seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko
tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid,
yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif, mempunyai resiko yang
rendah.

Faktor psikodinamika, berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa


kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi. Dalam upaya untuk
mengerti depresi, Freud mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek
dan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi
diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud
percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu- satunya bagi ego untuk
melepaskan suatu objek. Freud membedakan melankolia atau depresi dari duka
cita, atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang
melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri,
sedangkan orang yang berkabung tidak demikian.
Faktor kegagalan yang berulang, dilakukan percobaan terhadap binatang dengan
dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari, secara berulang-ulang. Binatang
akhirnya menyerah dan tidak melakukan usaha lagi untuk menghindari. Disini
terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia yang menderita
depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip.

Faktor kognitif, adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu dapat menyebabkan
distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang
negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut
menyebabkan perasaan depresi.
Diagnosis

Major Depressive Disorder, Major Depressive Disorder,


Single Episode Recurrent
Kriteria Major Depressive Disorder
A. Lima atau lebih dari gejala dibawah ini yang sudah ada bersama-sama selama 2 minggu dan memperlihatkan
perubahan fungsi dari sebelumnya; minimal terdapat 1 gejala dari (1) mood yang depresi atau (2) hilangnya minat.
Catatan : Jangan memasukkan gejala yang merupakan bagian dari gangguan kondisi medis lainnya.

1. Mood depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, yang ditunjukkan oleh baik laporan subyektif (misalnya
perasaan sedih, kosong, tidak ada harapan) atau ob servasi orang lain (misalnya terlihat menangis). ( C atatan :
pada anak - anak dan remaja, bisa mood yang iritabel).
2. Secara nyata terdapat penurunan minat atas seluruh rasa senang, aktifitas harian, hampir setiap hari (yang ditandai
oleh perasaan subyektif ata u objektif).
3. Kehilangan atau peningkatan berat badan yang nyata tanpa usaha khusus (contoh : perubahan 5% atau lebih berat
badan dalam 1 bulan terakhir), atau penurunan dan peningkatan nafsu makan yang hampir terjadi setiap hari.
(catatan : Pada anak - anak, perhatikan kegagalan mencapai berat badan yang diharapkan).
4. Sulit tidur atau tidur berlebih hampir setiap hari.
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (teramati oleh orang lain, bukan semata - mata perasaan
gelisah atau perlambatan yang subye ktif).
Kriteria Major Depressive Disorder

A. Lima atau lebih dari gejala dibawah ini yang sudah ada bersama-sama selama 2 minggu dan memperlihatkan
perubahan fungsi dari sebelumnya; minimal terdapat 1 gejala dari (1) mood yang depresi atau (2) hilangnya minat.
Catatan : Jangan memasukkan gejala yang merupakan bagian dari gangguan kondisi medis lainnya.

6. Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari.


7. Perasaan tidak berguna atau rasa bersalah yang mencolok (bisa bersifat waham) hampir setiap hari (bukan semata
- mata menyalahkan diri atau rasa bersalah karena menderita sakit).
8. Penurunan kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi, atau penuh keragu - raguan hampir setiap hari (baik
sebagai hal yang dirasakan secara subyektif atau teramati oleh orang lain).
9. Pikiran berulang tentang kematian (bukan sekedar takut mati), pikiran berulang tentang ide bunuh diri dengan
atau tanpa rencana yang jelas, atau ada usaha bunuh diri atau rencana bunuh diri yang jelas.
Kriteria Major Depressive Disorder

B. Gejala - gejala ini secara klinis nyata menyebabkan distress atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area
penting kehidupannya.
C. Episodenya tidak terkait dengan efek fisiologis zat atau kondisi medis lainnya.
Catatan : Kriteria A - C menggambarkan episode depresi.
Respon kehilangan yang bermakna (misalnya berduka, masalah financial, lolos dari bencana, penyakit berat atau
disabilitas ) termasuk perasaan sedih yang berat, pemikiran tentang kehilangan, sulit tidur, kehilangan nafsu makan,
dan penurunan berat badan seperti yang terdapat di kriteri A, mungkin menyerupai depresi. Walaupun gejala - gejala
tersebut mungkin dapat dipahami atau dipertimbangk an sebagai respon normal terhadap kehilangan yang bermakna,
harus secara hati - hati tetap dipertimbangkan. Keputusan ini tidak dapat dipungkiri membutuhkan pelatihan
keterampilan klinis berdasarkan riwayat hidup individu dan norma budaya dalam menentukan di stress akibat
kehilangan.
D. Keberadaan episode depresi tidak dapat dijelaskan pada gangguan skizoafektif, skizofrenia, skizofreniform,
gangguan waham, atau spektrum skizofrenia lainnya yang tidak spesifik.
E. Tidak pernah dijumpai episode manik atau hipomanik.
Manifestasi Klinis Depresi
Depressed mood dan hilangnya minat atau kesenangan adalah gejala
utama depresi. Pasien mungkin berkata bahwa mereka merasa sedih,
putus asa, atau tidak berharga. Pasien sering menggambarkan gejala
depresi sebagai salah satu nyeri emosional yang menyiksa dan
terkadang mengeluh tidak bisa menangis.
Manifestasi Klinis Depresi
Kira-kira dua pertiga dari semua pasien depresi berpikir untuk bunuh
diri, 10 sampai 15% bunuh diri. Beberapa pasien depresi terkadang
tampak tidak sadar akan depresinya dan tidak mengeluhkan gangguan
suasana hati meskipun mereka menunjukkan penarikan diri dari
keluarga, teman, dan aktivitas yang sebelumnya menarik minat mereka.
Manifestasi Klinis Depresi

Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluhkan energi yang


berkurang dan juga meliputi:

● Mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas, mengalami


gangguan di sekolah dan pekerjaan, dan memiliki motivasi yang
lebih rendah untuk menjalankan hal baru.
● Sekitar 80% pasien mengeluhkan kesulitan tidur dan banyak
terbangun di malam hari dan mereka merenungkan masalah
mereka.
● Banyak pasien mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan
berat badan, tetapi ada juga mengalami peningkatan nafsu makan
dan penambahan berat badan dan tidur lebih lama dari biasanya.
Pasien-pasien ini diklasifikasikan memiliki ciri-ciri atipikal.
Manifestasi Klinis
Kecemasan, gejala umum depresi, mempengaruhi sebanyak 90% dari semua pasien depresi.
Berbagai perubahan dalam asupan makanan dan istirahat dapat memperburuk penyakit medis
yang berdampingan seperti diabetes, hipertensi, penyakit ob uktif kronik, dan penyakit jantung.

Gejala vegetatif lainnya termasuk menstruasi yang tidak normal dan penurunan minat dan
kinerja dalam aktivitas seksual. Masalah seksual terkadang dapat menyebabkan rujukan yang
tidak tepat, seperti konseling perkawinan dan terapi seks, ketika dokter gagal mengenali
gangguan depresi yang mendasarinya. Kecemasan (termasuk serangan panik), penyalahgunaan
alkohol, dan keluhan somatik (mis., Sembelit dan sakit kepala) sering kali memperumit
penyakit depresi.

Sekitar 50% dari semua pasien menggambarkan variasi yang berbeda dalam gejala mereka,
dengan peningkatan keparahan pada pagi dan berkurangnya gejala pada malam hari. Gejala
kognitif termasuk laporan subjektif dari ketidakmampuan untuk berkonsentrasi (84% pasien
dalam satu penelitian) dan gangguan dalam berpikir (67% pasien dalam penelitian lain).
Tatalaksana
Terapi Psikososial
Terapi Kognitif
Tujuan dari terapi kognitif adalah untuk mengurangi episode depresi dan mencegah
kekambuhannya dengan membantu pasien mengidentifikasi dan meningkatkan kesadaran;
mengembangkan cara berpikir yang alternatif, fleksibel, dan positif; dan melatih respons
kognitif dan perilaku baru.

Penelitian telah menunjukkan bahwa terapi kognitif efektif dalam pengobatan gangguan
depresi berat. Sebagian besar penelitian menemukan bahwa terapi kognitif sama
manfaatnya dengan farmakoterapi dan dikaitkan dengan lebih sedikit efek samping dan
tindak lanjut yang lebih baik daripada farmakoterapi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kombinasi terapi kognitif dan farmakoterapi


lebih efektif daripada terapi tunggal, NIMH Treatment of Depression Collab orative
Research Program, menemukan bahwa farmakoterapi, baik sendiri atau dengan
psikoterapi, menjadi pilihan bagi pasien dengan episode depresi mayor yang parah.
Terapi Psikososial
Terapi Interpersonal
Terapi interpersonal, yang dikembangkan oleh Gerald Klerman, berfokus pada satu atau
dua masalah interpersonal pasien saat ini. Terapi interpersonal efektif dalam pengobatan
gangguan depresi dan membantu dalam mengatasi masalah interpersonal. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa terapi interpersonal mungkin merupakan metode yang
paling efektif untuk episode depresi mayor yang parah ketika pilihan pengobatan adalah
psikoterapi saja.Program terapi interpersonal biasanya terdiri dari 12 hingga 16 sesi
mingguan dan dibarengi pendekatan terapeutik aktif.
Terapi Psikososial
Terapi Perilaku
Terapi perilaku didasarkan pada hipotesis bahwa pola perilaku maladaptif mengakibatkan
seorang menerima feedback positif dan mengurangi kemungkinan penolakan dari
lingkungannya. Dengan menangani perilaku maladaptif dalam terapi, pasien dapat
diterima oleh masyarakat.
Terapi Psikososial
Family Therapy

Terapi keluarga umumnya tidak dipandang sebagai terapi utama untuk pengobatan
gangguan depresi mayor, tetapi semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa
membantu pasien dengan gangguan mood untuk mengurangi dan mengatasi stres dapat
mengurangi kemungkinan kambuh. Terapi keluarga diindikasikan jika gangguan tersebut
membahayakan pernikahan pasien karena pasien dengan gangguan mood memiliki
tingkat perceraian yang tinggi, dan sekitar 50 persen dari semua pasangan melaporkan
bahwa mereka tidak akan menikah atau memiliki anak
FARMAKOTERAPI

Penggunaan antidepresan memungkinkan pasien


depresi 2 kali lebih cepat masa pemulihannya dalam
satu bulan. Antidepresan digunakan selama 3-4
minggu untuk bisa mencapai efek terapeutik,
walaupun ada juga yang sudah menunjukkan
hasilnya lebih awal.
Meskipun obat antidepresan pertama, monoamine
oxidase inhibitors (MAOis) and Tricyclic
antidepressants (TCAs) masih digunakan, senyawa
yang lebih baru membuat pengobatan depresi
menjadi lebih "dokter dan pasien friendly."
PEDOMAN KLINIS UMUM

Kesalahan klinis yang paling umum yang menyebabkan percobaan obat antidepresan
yang gagal adalah penggunaan dosis yang terlalu rendah untuk waktu yang terlalu
singkat, kecuali unuk pencegahan efek samping.

Dosis antidepresan harus dinaikkan ke tingkat maksimum yang direkomendasikan dan


dipertahankan pada tingkat itu setidaknya selama 4 atau 5 minggu sebelum obat dianggap
tidak berhasil. Sebaliknya, jika pasien membaik secara klinis dengan dosis obat yang
rendah, dosis ini tidak boleh dinaikkan kecuali perbaikan klinis berhenti sebelum manfaat
maksimal diperoleh.
DURASI DAN PROFILAKSIS

Pengobatan antidepresan harus dipertahankan setidaknya selama 6 bulan atau selama


episode sebelumnya, mana yang lebih lama. Pengobatan profilaksis dengan antidepresan
efektif dalam mengurangi jumlah dan keparahan kekambuhan. Satu studi menyimpulkan
bahwa ketika episode kurang dari 2,5 tahun, pengobatan profilaksis selama 5 tahun
mungkin diindikasikan. Faktor lain yang menunjukkan upaya profilaksis adalah
keparahan episode depresi sebelumnya. Episode yang melibatkan ide bunuh diri yang
signifikan atau gangguan psikososial mungkin menunjukkan bahwa dokter harus
mempertimbangkan penggunaan profilaksis. Ketika pengobatan antidepresan dihentikan,
dosis obat harus dikurangi secara bertahap selama 1 sampai 2 minggu, tergantung pada
waktu paruh senyawa tertentu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengobatan
antidepresan tampaknya aman dan efektif untuk pengobatan depresi kronis.Pencegahan
kekambuhan adalah tujuan dari fase pemeliharaan pengobatan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai