Anda di halaman 1dari 30

Peningkatan

Peningkatan Pencatatan
Pencatatan dan
dan Pelaporan
Pelaporan
Indikator
Indikator Terkait
Terkait Kesehatan
Kesehatan Anak
Anak
2
DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1)


sesuai standar
Definisi Operasional:
Cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir (umur 6
jam - 48 jam) yang memperoleh pelayanan sesuai
standar.
Keterangan:
-pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
-perawatan tali pusat,
-Konseling ASI dan tanda bahaya,
-pemberian imunisasi HB 0, salep mata antibiotik, dan
vitamin K1, jika belum diberikan saat lahir.
4
Keterangan
• Informasi pelayanan yang diberikan pada bayi
usia 6 - 48 jam dapat diperoleh dari : kartu balita/
formulir MTBM/ Buku KIA/ Kohor bayi.
• Puskesmas menghitung jumlah bayi usia 6 – 48
jam yang mendapat pelayanan KN1 dalam kurun
waktu 1 bulan. Kemudian melaporkan ke dinkes
kab/kota menggunakan format LB 3 SP2TP
Cara Perhitungan Cakupan KN1
Jumlah bayi baru lahir yang telah mendapatkan 1 kali
pelayanan Kunjungan Neonatal pada umur 6 - 48 jam
sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu
__________________________________________________ x 100%

 Jumlah Sasaran Kelahiran Hidup di satu wilayah kerja


pada kurun waktu yang sama

Sumber Data
1) SIMPUS (Kohor bayi, LB3, PWS-KIA)
2) SIRS termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta.
 
Perhitungan cakupan
Kohor bayi.
Contoh Soal Cakupan KN 1
• Jumlah seluruh bayi lahir hidup di Kec. N
tahun 2013 = 200 orang
• Jumlah bayi baru lahir yg telah mendapatkan
pelayanan kunjungan neonatal 1 (usia 6-48
jam) sesuai standar : 180 orang
• Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN 1)
= 180 / 200 x 100 % = 90 %.

6
DEFINISI OPERASIONAL

Puskesmas yang memberi pelayanan kesehatan esensial pada


bayi baru lahir (usia 0-28 hari) sesuai standar dalam kurun
waktu tertentu.
• Indikator ini mengukur kesiapan puskesmas yang mampu melaksanakan
pelayanan kesehatan neonatal esensial ditinjau dari ketersediaan SDM
(bidan/perawat/dokter), alat pemeriksaan fisik dasar (Timbangan Bayi,
Lampu penghangat, Termometer, Stetoskop bayi, ARI timer/stopwatch
atau jam dengan jarum detik, Pengukur panjang badan, Pengukur lingkar
kepala, Kain atau selimut, Semprit/Jarum Suntik 1cc), obat (vaksin HB0,
tetrasiklin salep mata, Vit K injeksi), dan formulir (BBL, MTBM)
DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0 – 28 hari


(KN Lengkap)
Definisi Operasional:
•Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0 – 28 hari
adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan
sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi
waktu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari
ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Keterangan:
-pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
Cara menghitung indikator cakupan pelayanan
9
kesehatan neonatus 0 – 28 hari (KN Lengkap)
• Informasi pelayanan yang diberikan pada
neonatus usia 0 – 28 hari dapat diperoleh dari :
kartu balita/formulir MTBM/Buku KIA/Kohor bayi.
• Puskesmas menghitung jumlah neonatus usia 0 –
28 hari yang mendapat penanganan KN1, KN2
dan KN3 dalam kurun waktu 1 bulan. Kemudian
melaporkan ke dinkes kab/kota menggunakan
format LB 3 SP2TP
Cara Perhitungan
Jumlah bayi baru lahir yang telah
memperoleh pelayanan kunjungan neonatal
minimal tiga kali yaitu 1 kali pada masa 6-48
Cakupan jam, 1 kali pada hari ke 3-7 dan 1 kali pada
pelayanan hari ke 8-28 setelah lahir sesuai standar di
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
kesehatan
= X 100%
neonatus 0–28
hari (KN
Lengkap) Jumlah seluruh kelahiran hidup di wilayah
kerja dalam tahun yang sama
Sumber Data
1) Buku KIA,
2) Register Kohort Bayi,
3) Formulir Bayi Baru Lahir
4) Formulir MTBM
Contoh perhitungan KN Lengkap
• Jumlah seluruh bayi lahir hidup di Kec. L
tahun 2014 = 300 orang
• Rekapitulasi Jumlah bayi baru lahir yg telah
mendapatkan pelayanan kunjungan neonatal
sesuai standar minimal 3 kali (1 kali pada 6-48
jam, 1 kali pada 3-7 hari dan 1 kali pada 8-28
hari) : 240 orang
• Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN
lengkap) = 240 / 300 x 100 % = 80 %.
11
DEFINISI OPERASIONAL

Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus


Definisi Operasional:
•Cakupan Penanganan komplikasi bayi baru lahir adalah cakupan
bayi baru lahir dengan komplikasi yang ditangani oleh tenaga
kesehatan yang terlatih sesuai standar di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.

Keterangan:
-pemeriksaan menggunakan formulir MTBM
-Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan
kesehatan dalam menangani kasus – kasus kegawatdaruratan
neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi.
-Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang
ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati.
FORMULIR PENCATATAN
MTBS DAN MTBM

13
◈ Update MTBS :
1. Revisi 1: 2003
2. Revisi 2: 2008
3. Revisi 3: 2015
◈  algoritma HIV, updating
tatalaksana malaria,
pneumonia (wheezing), dll

14
Komplikasi pada bayi baru lahir :
Yang termasuk komplikasi pada bayi baru lahir :
• Asfiksia , Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah
< 2500 gr), Infeksi/ sepsis, Ikterus, Kejang , Hipotermia,
Tetanus neonatorum, Masalah pemberian ASI , Trauma
lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan
kongenital, Masuk dalam klasifikasi kuning dan merah
dengan pemeriksaan algoritma MTBM pada saat
kunjungan neonatal ;
- infeksi bakteri lokal
- diare dehidrasi ringan/sedang
- ikterus
- berat badan rendah menurut umur dan/atau masalah
pemberian ASI.

15
Penjelasan indikator cakupan pelayanan neonatus
16 komplikasi
• Informasi pelayanan yang diberikan pada bayi
baru lahir (0-28 hari) dapat diperoleh dari: kartu
balita/formulir MTBM/Buku KIA/Kohor bayi.
• Puskesmas menghitung jumlah neonatus
komplikasi usia 0 – 28 hari yang mendapat
pelayanan baik yang ditangani maupun yang
dirujuk, dalam kurun waktu 1 bulan. Kemudian
melaporkan ke dinkes kab/kota menggunakan
format LB 3 SP2TP
Cara Perhitungan

Jumlah bayi baru lahir dengan komplikasi


yang tertangani sesuai standar di suatu
Cakupan wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Penanganan 100
= X
Komplikasi %
Neonatus 15 % x Jumlah seluruh kelahiran hidup di
suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Sumber Data
1) SIMPUS (Register Kohort Bayi, LB 3, PWS-KIA)
2) SIRS, termasuk pelayanan yang dilakukan oleh swasta

Perhitungan cakupan:
Kohor Bayi
Contoh perhitungan komplikasi neonatus
• Jumlah seluruh bayi lahir hidup di Kec. K
tahun 2014 = 300 orang
• Jumlah perkiraan bayi baru lahir dgn
komplikasi di Kec. K adalah 15% x 300 = 45
orang
• Jumlah bayi baru lahir dengan komplikasi yg
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
standar : 20 orang
• Cakupan penanganan komplikasi bayi baru
lahir = 20 / 45 x 100 % = 44 %.
18
DEFINISI OPERASIONAL

Jumlah neonatus yang mendapat pelayanan


Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)

Definisi Operasional:
•Jumlah neonatus yang dilakukan
pemeriksaan skrining hipotiroid kongenital
(SHK)
Keterangan:
Waktu pemeriksaan SHK idealnya usia 48 –
72 jam dengan mengambil darah dari tumit
bayi atau dari vena
Penjelasan indikator jumlah neonatus yang mendapat
20
pelayanan skrining hipotiroid kongenital (SHK)
• Pelayanan SHK yang idealnya diberikan pada bayi
usia 48 – 72 jam dapat diperoleh dari : Buku KIA
dan Kohor bayi.
• Puskesmas menghitung jumlah neonatus usia
48 – 72 jam yang mendapat pelayanan skrining
hipotiroid kongenital (SHK) dalam kurun waktu 1
bulan. Kemudian melaporkan ke dinkes kab/kota
menggunakan format SP2TP
Cara perhitungan jumlah neonatus yang
mendapatkan pelayanan Skrining Hipotiroid
Kongenital (SHK)

Jumlah neonatus
Jumlah bayi baru lahir yang dilakukan
yang pemeriksaan SHK
=
mendapatkan
pelayanan SHK

Sumber data:
1.Buku KIA
2.Kohor Bayi
3.SP2TP

Perhitungan cakupan:
Kohor bayi
21
Contoh perhitungan SHK
• Jumlah seluruh bayi baru lahir di Kabupaten A
20.000. Bayi baru lahir umur 48 – 72 jam yang
diambil sampel darah tumitnya untuk dilakukan
skrining hipotiroid kongenital pada bulan Januari
adalah 50 bayi, 10 sampel reject dan dilakukan
pengambilan ulang, dengan hasil positif SHK 5
orang.
• Jumlah neonatus yang mendapatkan pemeriksaan
SHK pada bulan Januari adalah 50 bayi baru lahir.

22
Penyebab Kesakitan
NEONATAL Post neonatal ANAK BALITA
NO.
(0-28 hr) (29hr-11 bln) (12-59bln)
Tetanus
1 Diare Diare
Neonatorum
2 Pneumonia Pneumonia Pneumonia
3 Ikterus Campak Campak
4 Diare Difteri Malaria
5 Kelainan Bawaan Malaria Difteri
6 Lain - lain Lain - lain DBD

7 Lain-lain
23
Penyebab Kematian
NEONATAL Post neonatal ANAK BALITA
NO.
(0-28 hr) (29hr-11 bln) (12-59bln)
1 BBLR Pneumonia Diare
2 Asfiksia Diare Pneumonia
Tetanus Kelainan
3 Malaria
Neonaturum Saluran Cerna
4 Sepsis Tetanus Campak
Kelainan Saraf
5 Kelainan Bawaan DBD

6 Malaria Difteri
7 Lain - lain Lain-lain 24
DEFINISI OPERASIONAL
Persentase puskesmas yang melaksanakan Stimulasi  Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

A. Definisi Operasional
1)Persentase puskesmas yang melaksanakan Stimulasi  Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) adalah Puskesmas yang
memberi pelayanan SDIDTK pada Balita dan Anak Pra sekolah
sesuai standar di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun.
2)Balita adalah anak usia 0 – 59 bulan.
3)Anak Pra sekolah adalah anak usia 60 - 72 bulan.
4)Pelayanan SDIDTK pada Balita dan Anak Pra sekolah sesuai
standar adalah pelayanan SDIDTK 2 kali pertahun.
5)Dalam melaksanakan SDIDTK, Puskesmas bekerjasama dengan
institusi yang melakukan pelayanan anak usia dini seperti TK/RA,
Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak dan Satuan PAUD
Sejenis.
6. Pelayanan SDIDTK:
a) Pemantauan pertumbuhan: melakukan pengukuran
antropometri (berat badan dan panjang badan atau tinggi
badan) serta pengukuran lingkar kepala
b) Pemantauan perkembangan: menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP) yang meliputi motorik kasar,
motorik halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian; Tes Daya Dengar (TDD); Tes Daya Lihat (TDL)
a)Jika ada keluhan atau kecurigaan pada perilaku anak, maka
dilakukan pemeriksaan untuk gangguan mental emosional,
autisme serta gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktifitas.
Intervensi dini dilakukan bila ditemukan penyimpangan atau
gangguan perkembangan. Jika setelah dilakukan intervensi dini
tidak ada perbaikan, maka dilakukan rujukan kepada tenaga
kesehatan yang lebih memiliki kompetensi atau ke fasilitas
kesehatan rujukan. Rujukan dilakukan secara berjenjang.
SDM yang melaksanakan SDIDTK selain tenaga
kesehatan adalah Pendidik TK/RA, Kelompok Bermain,
Tempat Penitipan Anak dan Satuan PAUD sejenis yang
telah dilatih SDIDTK.
Bila pelaksana SDIDTK non tenaga kesehatan
menemukan penyimpangan, segera dirujuk ke tenaga
kesehatan.
B. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan kesehatan sesuai standar adalah Pelayanan
Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 2 kali
pertahun (setiap 6 bulan)
C. Rujukan
1) Pedoman dan Instrumen Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan
Kesehatan Dasar
2) Buku Kesehatan Ibu dan Anak

D. SDM
1) Tenaga kesehatan : Bidan, Perawat dan Dokter
2) Ahli gizi
3) Pendidik TK/RA, Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak
dan Satuan PAUD Sejenis yang sudah dilatih SDIDTK
• Indikator ini mengukur kesiapan puskesmas dan jejaringnya
yang mampu melaksanakan SDIDTK ditinjau dari
ketersediaan SDM, Skrining Kit SDIDTK, KPSP & formulir
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Jumlah puskesmas yang melaksanakan


pelayanan SDIDTK sesuai standar dalam
Persentase
1 tahun
puskesmas yang
melaksanakan
Stimulasi  Deteksi = X 100%
dan Intervensi Dini Jumlah seluruh puskesmas dalam 1
Tumbuh Kembang tahun
(SDIDTK)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai