Anda di halaman 1dari 14

PENGANTAR FARMAKOLOGI 2 :

FARMAKODINAMIK

Disampaikan pada perkuliahan di


Prodi D III Keperawatan Tegal
FARMAKODINAMIK
 mempelajari efek obat dan mekanisme kerja obat didalam tubuh,
baik dari segi fisiologi dan biokimia selular
Contoh : obat difenhidramin
Respon Obat (Benadryl)  suatu antihistamin.

 Efek primer : mengatasi gejala


alergi

 Efek sekundernya : menekan


susunan saraf pusat yang
menyebabkan rasa kantuk.
 Efek sekunder ini tidak diinginkan
jika pemakai obat sedang
Efek fisiologis Efek fisiologis mengendarai mobil atau beraktivitas
PRIMER SEKUNDER lain, tetapi pada saat tidur, efek ini
menjadi diinginkan karena
Efek yang Efek yang bisa menimbulkan sedasi ringan.
diinginkan diinginkan / tidak
FARMAKODINAMIK

Pengaruh obat pada tubuh atau respon biologik terhadap obat :


1. Mula, Puncak dan Lama Kerja Obat
2. Efek Terapetik, Efek Samping, Reaksi yang merugikan dan Efek
Toksik

Variabel utamanya adalah : dosis,frekwensi dan lama pemakaian


Variabel sekundernya adalah: kondisi pasien (fisiologis,patologis
dan tingkat morbiditas)
1. MULA, PUNCAK DAN LAMA KERJA OBAT

Berakhir sampai
mencapai
konsentrasi efektif
Puncak kerja terjadi minimum (MEC =
saat konsentrasi Minimum
tertinggi dalam Effective
plasma Concentration)

Dimulai saat obat


memasuki plasma

MULA KERJA OBAT


• Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis.
• Beberapa obat menghasilkan efek dalam beberapa menit, tetapi yang lain dapat memakan
waktu beberapa hari atau jam
• Kerja obat dapat berlangsung beberapa jam, hari, minggu, atau bulan.
• Lama kerja tergantung dari waktu paruh obat  jadi waktu paruh merupakan pedoman yang
penting untuk menentukan interval dosis obat.
• Obat-obat dengan waktu paruh pendek, sepertipenisilin G (t ½-nya 2 jam), diberikan
beberapakali sehari; obat-obat dengan waktu paruh panjang, seperti digoksin (36 jam),
diberikan sekali sehari.
• Jika sebuah obat dengan waktu paruh panjang diberikan dua kali atau lebih dalam sehari, maka
terjadi penimbunan obat di dalam tubuh dan mungkin dapat menimbulkan toksisitas obat.
• Jika terjadi gangguan hati atau ginjal, maka waktu paruh obat akan meningkat. Dalam hal ini,
dosis obat yang tinggi atau seringnya pemberian obat dapat menimbulkan toksisitas obat.
TABEL WAKTU PARUH OBAT
OBAT WAKTU PARUH (t ½)
(Jam)
Aspirin 0,25 - 2
Klorpromazi 30
Diazepam 30 – 80
Digoksin 36
Furosemid 1,5
Lidocain 2
Fenitoin 10 – 40
Propanolol 4
Teofilin 9
MEKANISME KERJA OBAT
Perangsangan atau • Akan meningkatkan kecepatan aktivitas sel atau meningkatkan sekresi dari kelenjar
penekanan • Akan menurunkan aktivitas sel dan mengurangi fungsi organ tertentu

Penggantian • Obat pengganti, seperti insulin, menggantikan senyawa-senyawa tubuh yang esensial

Pencegahan atau • Mencegah atau membunuh organisme menghambat pertumbuhan sel bakteria
membunuh organisme

• Laksatif dapat mengiritasi dinding kolon bagian dalam, sehingga meningkatkan


Iritasi peristaltik dan defekasi.
2. EFEK TERAPETIK, EFEK SAMPING, REAKSI
YANG MERUGIKAN DAN EFEK TOKSIK
 Paliative ; Mengurangi gejala penyakit tetapi tidak
EFEK TERAPEUTIK berpengaruh terhadap penyakit itu sendiri. Contoh:
Morphin sulfat atau Aspirin untuk rasa nyeri.
disebut juga efek yang diinginkan
adalah efek utama yang menjadi alasan  Curative ;Menyembuhkan kondisi atau suatu penyakit.
Contoh: Penicilline untuk infeksi.
obat diresepkan.
 Supportive ;Mendukung fungsi tubuh sampai
didefinisikan juga sebagai sebuah penatalaksaan lain atau respon tubuh ditangani. Contoh:
Norepinephrine bitartrate untuk tekanan darah rendah &
konsekuensi dari suatu penanganan medis, aspirin untuk suhu tubuh tinggi.
di mana hasilnya dapat dikatakan  Substitutive ;Menggantikan cairan atau substansi yang
bermanfaat atau malah tidak diharapkan. ada dalam tubuh. Contoh: Thyroxine untuk
hypothryroidism, insulin untuk diabetes mellitus.
 Chemoterapeutik ; Merusak sel-sel maligna. Contoh:
Busulfan untuk leukemia.
 Restorative ; Mengembalikan kesehatan tubuh. Contoh:
vitamin & suplement mineral.
Hasil yang tidak diharapkan ini disebut
EFEK SAMPING
EFEK SAMPING OBAT
 Merupakan efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek obat yang diinginkan.
 Semua obat mempunyai efek samping, baik yang diingini maupun tidak.
 Istilah efek samping dan reaksi yang merugikan kadang dipakai bergantian.
 Efek samping biasanya dapat diprediksikan

CONTOH :Difenhidramin memiliki efek terapeutik berupa pengurangan sekresi


selaput lendir hidung sehingga melegakan hidung, sedangkan efek sampingnya adalah
mengantuk. Namun ketika difenhidramin digunakan untuk mengatasi masalah sukar tidur,
maka efek terapeutik difenhidramin adalah mengantuk dan efek sampingnya adalah
kekeringan pada selaput lendir
EFEK SAMPING terjadi karena interaksi yang rumit antara obat
dengan sistem biologis tubuh, antar individu bervariasi.
Efek samping obat bisa terjadi antara lain :
Penggunaan lebih dari satu obat sehingga interaksi antara obat menjadi
tumpang tindih pengaruh obat terhadap organ yang sama
Obat-obat yang punya efek saling berlawanan terhadap organ tertentu
EFEK SAMPING OBAT (ESO)
Terjadi karena interaksi yang rumit antara obat dengan sistem biologis tubuh, antar
individu bervariasi.
Efek samping obat bisa terjadi antara lain

Tipe A : ESO yg bersifat Farmakologik.


Sebab : - dosis/KOP/”frekwensi” yg terlalu besar
- kepekaan sistem yg jadi sasaran obat meningkat.
ESO ini dapat dikendalikan dg menurunkan dosis/”frekwensi”

Tipe B : ESO Nonfarmakologik


- Imunologik
- Inflamatorik
- Metareaksi ; efek yg timbul berlainan samasekali €
paradoksal. Penyebab kelainan genetik.
ESO ini tidak dapat dikendalikan

Catatan : Perhatian khusus pada kehamilan,Lansia dan Balita.


EFEK TOKSIK
• Efek toksik atau toksitas suatu obat dapat diidentifikasi melalui
pemantauan batas terapetik obat tersebut dalam plasma.
• Jika kadar obat melebihi batas terapetik  maka efek toksik
kemungkinan besar akan terjadi akibat dosis yang berlebih atau
penumpukan obat
• Efek toksik dapat menyebabkan kecacatan / kematian
CONTOH KASUS :
Dalam suatu IGD RS, datang seorang penderita ASMA berat, di mana
sebagai tindak lanjut diagnosis dan evaluasi klinik diputuskan untuk
memberikan terapi teofilin per infus (drip). Dengan melihat beratnya
serangan asma yang diderita, dokter menginginkan kadar teofilin segera
mencapai kadar terapetik. Untuk itu, kecepatan pemberian tetesan infuse
juga harus diperhitungkan agar kadar obat dalam darah sesuai yang
diharapkan. Karena dengan menambah kecepatan yang sudah
diperhitungkan tadi, kadar terapetik obat dalam segera tercapai. Pada
contoh di atas, kadar terapeutik bisa dicapai dengan memperhitungkan
kecepatan infus.
Terima kasih…
Mari perdalam materi,
Dengan belajar mandiri…

Anda mungkin juga menyukai