Refleks Superfisial
• Refleks kremaster
Refleks tendon dalam
• Refleks tendon dalam biasa diperiksa pada tendon biseps, triseps,
patella dan Achilles.
• Pada reflex biseps terjadi fleksi sendi siku bila tendon biseps diketuk;
pada reflex triseps terjadi ekstensi sendi siku bila tendon triseps
diketuk.
• Refleks patella (knee jerk) diperiksa dengan mengetuk tendon
patela; normal akan terjadi ekstensi sendi lutut.
• Pada refleks tendon Achilles terjadi fleksi plantar kaki bila tendon
Achilles diketuk.
• Refleks biseps
• Refleks triseps
• Refleks patella
• Refleks achilles
Refleks patologis
• Terdapat pelbagai perasat untuk memeriksa terdapatnya reflex patologis,
tetapi hanya dikemukakan yang sering dilakukan pada bayi dan anak. Refleks
Babinski dilakukan dengan menggores permukaan plantar kaki dengan alat
yang sedikit runcing. Bila positif akan terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari
kaki disertai dengan menyebarnya jari-jari kaki yang lain.
• Refleks Oppenheim dilakukan dengan cara menekan sisi medial pergelangan
kaki; reaksi yang terjadi adalah seperti pada reflex Babinski. Pada
pemeriksaan refleks Hoffmann dilakukan ketukan pada falang terakhir jari
kedua; apabila positif akan terjadi fleksi jari pertama dan ketiga.
• Klonus pergelangan kaki diperiksa dengan melakukan dorsofleksi kaki pasien
dengan cepat dan kuat sementara sendi lutut diluruskan dengan tangan lain
pemeriksaan yang diletakkan pada fosa popliteal. Bila klonus positif terjadi
gerakan fleksi dan ekstensi kaki secara terus-menerus dan cepat.
• Refleks patologis
• Uji penciuman (sensasi bau) dilakukan pada anak yang sudah berusia lebih dari 5-
6 tahun, dengan jalan melakukan uji pada setiap lobang hidung secara terpisah
(salah satu lobang hidung tertutup), dengan mata tertutup.
Saraf otak II (N. optikus)
• Uji saraf otak II terdiri atas uji ketajaman penglihatan perimetri dan
pemeriksaan fundus (funduskopi). Uji ketajaman penglihatan secara
kasar dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kemampuan pasien
mengikuti wajah orang, responsnya terhadap mimic seseorang, serta
kemampuannya untuk mengambil mainan dan mengikuti benda yang
bergerak. Uji Perimetri dilakukan oleh ahli mata.
• Pemeriksaan fundoskopi memerlukan oftalmoskop yang baik, ruang
gelap, serta kesabaran pemeriksa. Untuk mengalihkan perhatian
pasien terhadap sinar, pasien diminta melihat gambar di dinding yang
berlawanan dengan pasien.
Saraf otak III, IV, VI(N.n okulomotorius,
troklearis, dan abdusens)
• Uji yang cukup sederhana adalah uji gerakan kedua mata uji akomodasi,
dan refleks cahaya. Uji gerakan bola mata dilaksanakan dengan cara
menggerakkan mainan, baterai ata pengukur lungkaran kepala yang
digoyang-goyangkan ke samping, atas, dan bawah digaris tengah,
kemudian juga diagonal.
• Uji akomodasi dilakukan dengan meminta pasien melihat benda yang
digerakkan mendekat dan menjauh; perhatikanlah pupil pasien apakah
mengecil bila melihat dekat serta membesar bila melihat jauh. Uji
diplopia dilakukan dengan menanyakan kepada pasien apakah melihat
satu atau lebih mainan yang digerakkan di depan pasien ke atas kiri,
atas kanan, bawah kiri dan bawah kanan.
Saraf otak V (N. trigeminus)
• Pemeriksaan untuk kelainan saraf ini adalah uji perasaan (sensasi)
dengan cara mengusapkan kapas, menggoreskan jarum, atau benda-
benda hangat atau dingin di daerah wajah; uji lain adalah terhadap
refleks kornea dan rahang. Uji refleks kornea dilakukan dengan kain
kasa atau kapas yang bersih yang disentuhkan pada kornea pasien,
bila saraf otak V intak maka mata akan berkedip.
• Refleks rahang (jaw jerk) dilakukan dengan menyuruh pasien
membuka mulut sedikit, kemudian letakkan jari di tengah-tengah
dagu pasien. Ketuklah jari tersebut dengan jari lainnya atau dengan
pengetuk refleks, dalam keadaan normal, dagu akan terangkat.
Saraf otak VII (N. fasialis)
• Pemeriksaan untuk saraf otak VII dilakukan dengan menyuruh pasien
tersenyum, meringis, bersiul. Membuka dan menutup mata, serta uji
refleks kornea serta uji mengecap (sensasi pengecap). Uji pengecap
dilakukan dengan cara meminta pasien menyebut bahan uji yang
digunakan dengan mata tertutup (bahan yang dipakai berupa gula,
garam, asam sitrat, dan kina).
Saraf otak VIII (N. akustikus)
• Saraf otak ini terdiri atas N. koklearis untuk pendengaran dan N.
vestibularis untuk keseimbangan. Uji ketajaman dilakukan dengan
menutup satu telinga kemudian memperdengarkan suara detik arloji
atau suara bisikan di telinga yang di uji; ini dikerjakan bergantian pada
kedua telinga.
Saraf otak IX (N. glosofaringeus)
• Pemeriksaan ini ditunjukkan untuk menilai kelainan-kelainan yang
timbul, berupa :
‐ Hilangnya refleks muntah
‐ Disfagia ringan
‐ Hilangnya sensasi mengecap (dengan uji pengecap)
‐ Deviasi uvula ke sisi yang baik
‐ Hilangnya sensasi faring, tonsil, tenggorokan bagian atas dan lidah bagian
belakang
‐ Hilangnya konstruksi dinding posterior faring ketika mengeluarkan suara “ah”
‐ hipersalivasi
Saraf otak X (N. vagus)
• Gangguan saraf otak ini dapat berupa gangguan motoric, sensorik,
dan vegetatif.
• Gangguan motoric berupa afonia (suara hilang), disfonia (gangguan
suara), disfagia (kesukaran menelan, biasanya bila anak minum
muntah kembali melalui hidung), spasme esophagus, dan paralisis
palatum mole (refleks muntah negatif).
• Gangguan sensorik yang dapat terjadi berupa nyeri dan paresthesia
pada faring dan laring, batuk dan sesak nafas.
• Gangguan vegetatif terdiri atas bradikardia, takikardia, dan dilatasi
lambung.
Saraf otak XII (N.hipoglosus)
• Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai kekuatan lidah dengan menyuruh
pasien menyorongkan ujung lidah ke tepi pipi kanan dan kiri melawan tahanan
jari tengan pemeriksaan.
Pemeriksaan neurologis pada neonatus
• Pemeriksaan neurologis pada neonates seharusnya dilakukan pada semua bayi,
baik yang sehat maupun sakit. Pada bayi sehat dilakukan pemeriksaan neurologis
untuk meyakinkan orang tua, bahwa bayinya benar-benar tidak menderita
kelainan neurologis.
Inspeksi
• Jangan memegang atau merangsang pasien, cukup memperhatikan
saja. Perhatikan terdapatnya malformasi, trauma fisis, dan kejang. Pda
bayi dengan riwayat kejang harus diperhatikan lebih teliti dan lama,
karena kejang pada neonates berbeda dengan pada bayi dan anak.
Pemeriksaan kepala
• Ubun-ubun besar dan sutura diraba secara lembut. Tentukanlah
ukurannya dan ketegangannya. Diameter ubun-ubun besar normal
adalah 2,1±1,5 cm, dan sutura tidak dapat dimasuki ujung jari.
Pemeriksaan saraf otak
• Pemeriksaan saraf otak pada neonatus agak berbeda dengan pada
anak. Tidak usah urut mulai saraf otak I dan seterusnya, akan tetapi
mana yang lebih dahulu dapat diperiksa dilakukan lebih dahulu.
Pemeriksaan motor
• Pemeriksaan motor yang penting adalah pemeriksaan tonus, yakni
tahanan otot terhadap regangan. Ada2 macam tonus, yaitu tonus
fasik dan tonus postural.
Tonus fasik
• Tonus fasik dilakukan dengan menguji tahanan anggota gerak dan
aktivitas refleks tendon. Neonatus predominan dalam posisi fleksi,
dan kalau dicoba diluruskan tahanannya minimal, mudah diluruskan
dan kemudian akan fleksi kembali, meski kadang tetap dalam posisi
ekstensi.
Tonus postural
• Tonus postural adalah tahanan terhadap tarikan gaya berat. Terdapat
3 macam pemeriksaan tonus postural, yaitu reaksi tarikan, suspens
vertical dan horizontal. Reaksi tarikan paling sensitive dan paling
berguna karena dapat dilakukan walaupun pasien dengan
endotracheal tube.
Pemeriksaan refleks neonatal primer
Refleks Moro