Anda di halaman 1dari 48

Pemeriksaan Neurologis

Refleks Superfisial

• Refleks dinding abdomen diperiksa dengan cara menggores kulit abdomen


dengan 4 goresan yang membentuk segi empat dengan titik-titik sudut di bawah
xifoid, di atas simfisis, dan di kanan kiri umbilicus. Umbilikus akan bergerak pada
setiap goresan.
• Refleks kremaster dilakukan dengan menggores kulit paha bagian dalam. Dalam
keadaan normal testis anak akan naik.
• Refleks dinding abdomen

• Refleks kremaster
Refleks tendon dalam
• Refleks tendon dalam biasa diperiksa pada tendon biseps, triseps,
patella dan Achilles.
• Pada reflex biseps terjadi fleksi sendi siku bila tendon biseps diketuk;
pada reflex triseps terjadi ekstensi sendi siku bila tendon triseps
diketuk.
• Refleks patella (knee jerk) diperiksa dengan mengetuk tendon
patela; normal akan terjadi ekstensi sendi lutut.
• Pada refleks tendon Achilles terjadi fleksi plantar kaki bila tendon
Achilles diketuk.
• Refleks biseps

• Refleks triseps
• Refleks patella

• Refleks achilles
Refleks patologis
• Terdapat pelbagai perasat untuk memeriksa terdapatnya reflex patologis,
tetapi hanya dikemukakan yang sering dilakukan pada bayi dan anak. Refleks
Babinski dilakukan dengan menggores permukaan plantar kaki dengan alat
yang sedikit runcing. Bila positif akan terjadi reaksi berupa ekstensi ibu jari
kaki disertai dengan menyebarnya jari-jari kaki yang lain.
• Refleks Oppenheim dilakukan dengan cara menekan sisi medial pergelangan
kaki; reaksi yang terjadi adalah seperti pada reflex Babinski. Pada
pemeriksaan refleks Hoffmann dilakukan ketukan pada falang terakhir jari
kedua; apabila positif akan terjadi fleksi jari pertama dan ketiga.
• Klonus pergelangan kaki diperiksa dengan melakukan dorsofleksi kaki pasien
dengan cepat dan kuat sementara sendi lutut diluruskan dengan tangan lain
pemeriksaan yang diletakkan pada fosa popliteal. Bila klonus positif terjadi
gerakan fleksi dan ekstensi kaki secara terus-menerus dan cepat.
• Refleks patologis

• Refleks Hoffman tromner


Tanda rangsang meningeal
• Terdapatnya rangsang meningeal dapat diperiksa dengan beberapa perasat,
antara lain pemeriksaan kaku kuduk, tanda Brudzinki I, Brudzinki II, dan parasat
Kernig.
Kaku kuduk (nuchal rigidity)
• Pasien dalam posisi telentang; bila lehernya ditekuk secara pasif terdapat
tahanan, sehingga dagu tidak dapat menempel pada dada, maka dikatakan kaku
kuduk psositif
Perasat Brudzinki I (Brudzinki’z neck sign)
• Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala pasien yang telentang, dan
tangan lain diletakkan di dada pasien untuk mencegah agar badan tidak
terangkat, kemudian kepala pasien difleksikan ke dada secara pasif (jangan
dipaksa)
Perasat Brudzinki II (Brudzinki’s
contralateral leg sign)
• Pasien yang telentang, fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan diikuti
oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut.
Perasat Kernig
• Pemeriksaan kernig ini ada bermacam-macam cara; yang biasa dipergunakan
ialah pada pasien dalam kondisi telentang dilakukan fleksi tungkai atas tegak
lurus, kemudian dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Dalam
keadaan normal tungkai bawah dapat membentuk sudut lebih dari 135° terhadap
tungkai atas.
Tanda tetani (Tanda Chvovsteck)
• Terdapatnya tetani dapat diperiksa dengan melakukan ketukan di depan telinga,
daerah keluar N. fasialis, dengan jari atau pengetuk reflex. Uji disebut positif bila
terdapat kontraksi sebagian atau seluruh otot yang dipersarafi oleh N. fasialis
ipsilateral.
Uji kekuatan dan tonus otot
• Uji kekuatan motoric hanya dapat dilakukan pada anak yang sudah dapat
mengerjakan instruksi pemeriksaan dan bersikap koperatif. Pada bayi dan anak
yang tidak bersikap koperatif hanya dapat dinilai kesan secara keseluruhan saja.
• Penilaian derajat kekuatan otot ini bermacam-macam. Ada yang
menggunakan nilai 100% ada yang menggunakan kode huruf:
‐ N : normal
‐ G : good
‐ F : fair
‐ P : poor
‐ T : trace
‐ O : zero
• Adapula yang menilai dengan angka 5 sampai 0:
‐ 5 : normal, dapat menggerakkan dan mengangkat anggota badan secara aktif dan dapat melawan
tekanan pemeriksaan dengan maksimal
‐ 4 : dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan gravitasi/dapat mengangkat anggota
gerak tetapi tidak dapat melawan tekanan secara maksimal
‐ 3 : dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan gravitasi/dapat mengangkat anggota
gerak tetapi tidak dapat menggerakkan anggota badan untuk melawan pemeriksaan
‐ 2 : dapat menggerakkan anggota gerak tetapi tidak kuat untuk menahan berat gravitasi/tidak
dapat mengangkat anggota gerak dan tidak dapat melawan tekanan pemeriksaaan
‐ 1 : terlihat atau teraba getaran kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan anggota gerak sama sekali
‐ 0 : paralisis, tidak ada konraksi otot sama sekali
Uji sensibilitas
• Sebelum dilakukan pemeriksaan yang sebenarnya, ditunjukkan lebih dahulu cara
yang akan dikerjakan kepada pasien.
Uji sentuhan
• Sepotong kain atau kapas disentuhkan kepada kulit yang diperiksa dan anak
menjawab apakah terasa tersentuh.
Uji rasa nyeri
• Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan jarum tajam dan tumpul. Kepada
pasien dengan mata terbuka ditunjukkan lebih dahulu caranya, yakni pasien akan
diminta membedakan ujung jarum tajam dan tumpul.
Uji perasaan vibrasi
• Uji dilakukan dengan garpu tala yang bergetar ditempelkan pada sendi jari, ibu
jari kaki, serta malleolus lateral dan medial.
Uji posisi
• Sambil menutup mata, anak disuruh mengatakan apakah jari tangan atau kakinya
digerakkan ke atas atau ke bawah.
Uji koordinasi
• Terdapatnya gangguan koordinasi sebeneranya sudah dapat dilihat saat anak
meraih mainan, merobek kertas, mengikat tali sepatu, atau mengancingkan baju.
Untuk anak yang sudah mengerti, uji koordinasi dapat dilakukan dengan uji jari-
ke-hidung atau tumit-ke-tulang-kering.
Pemeriksaan saraf otak
Saraf otak I (N. olfaktorius)

• Uji penciuman (sensasi bau) dilakukan pada anak yang sudah berusia lebih dari 5-
6 tahun, dengan jalan melakukan uji pada setiap lobang hidung secara terpisah
(salah satu lobang hidung tertutup), dengan mata tertutup.
Saraf otak II (N. optikus)
• Uji saraf otak II terdiri atas uji ketajaman penglihatan perimetri dan
pemeriksaan fundus (funduskopi). Uji ketajaman penglihatan secara
kasar dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kemampuan pasien
mengikuti wajah orang, responsnya terhadap mimic seseorang, serta
kemampuannya untuk mengambil mainan dan mengikuti benda yang
bergerak. Uji Perimetri dilakukan oleh ahli mata.
• Pemeriksaan fundoskopi memerlukan oftalmoskop yang baik, ruang
gelap, serta kesabaran pemeriksa. Untuk mengalihkan perhatian
pasien terhadap sinar, pasien diminta melihat gambar di dinding yang
berlawanan dengan pasien.
Saraf otak III, IV, VI(N.n okulomotorius,
troklearis, dan abdusens)
• Uji yang cukup sederhana adalah uji gerakan kedua mata uji akomodasi,
dan refleks cahaya. Uji gerakan bola mata dilaksanakan dengan cara
menggerakkan mainan, baterai ata pengukur lungkaran kepala yang
digoyang-goyangkan ke samping, atas, dan bawah digaris tengah,
kemudian juga diagonal.
• Uji akomodasi dilakukan dengan meminta pasien melihat benda yang
digerakkan mendekat dan menjauh; perhatikanlah pupil pasien apakah
mengecil bila melihat dekat serta membesar bila melihat jauh. Uji
diplopia dilakukan dengan menanyakan kepada pasien apakah melihat
satu atau lebih mainan yang digerakkan di depan pasien ke atas kiri,
atas kanan, bawah kiri dan bawah kanan.
Saraf otak V (N. trigeminus)
• Pemeriksaan untuk kelainan saraf ini adalah uji perasaan (sensasi)
dengan cara mengusapkan kapas, menggoreskan jarum, atau benda-
benda hangat atau dingin di daerah wajah; uji lain adalah terhadap
refleks kornea dan rahang. Uji refleks kornea dilakukan dengan kain
kasa atau kapas yang bersih yang disentuhkan pada kornea pasien,
bila saraf otak V intak maka mata akan berkedip.
• Refleks rahang (jaw jerk) dilakukan dengan menyuruh pasien
membuka mulut sedikit, kemudian letakkan jari di tengah-tengah
dagu pasien. Ketuklah jari tersebut dengan jari lainnya atau dengan
pengetuk refleks, dalam keadaan normal, dagu akan terangkat.
Saraf otak VII (N. fasialis)
• Pemeriksaan untuk saraf otak VII dilakukan dengan menyuruh pasien
tersenyum, meringis, bersiul. Membuka dan menutup mata, serta uji
refleks kornea serta uji mengecap (sensasi pengecap). Uji pengecap
dilakukan dengan cara meminta pasien menyebut bahan uji yang
digunakan dengan mata tertutup (bahan yang dipakai berupa gula,
garam, asam sitrat, dan kina).
Saraf otak VIII (N. akustikus)
• Saraf otak ini terdiri atas N. koklearis untuk pendengaran dan N.
vestibularis untuk keseimbangan. Uji ketajaman dilakukan dengan
menutup satu telinga kemudian memperdengarkan suara detik arloji
atau suara bisikan di telinga yang di uji; ini dikerjakan bergantian pada
kedua telinga.
Saraf otak IX (N. glosofaringeus)
• Pemeriksaan ini ditunjukkan untuk menilai kelainan-kelainan yang
timbul, berupa :
‐ Hilangnya refleks muntah
‐ Disfagia ringan
‐ Hilangnya sensasi mengecap (dengan uji pengecap)
‐ Deviasi uvula ke sisi yang baik
‐ Hilangnya sensasi faring, tonsil, tenggorokan bagian atas dan lidah bagian
belakang
‐ Hilangnya konstruksi dinding posterior faring ketika mengeluarkan suara “ah”
‐ hipersalivasi
Saraf otak X (N. vagus)
• Gangguan saraf otak ini dapat berupa gangguan motoric, sensorik,
dan vegetatif.
• Gangguan motoric berupa afonia (suara hilang), disfonia (gangguan
suara), disfagia (kesukaran menelan, biasanya bila anak minum
muntah kembali melalui hidung), spasme esophagus, dan paralisis
palatum mole (refleks muntah negatif).
• Gangguan sensorik yang dapat terjadi berupa nyeri dan paresthesia
pada faring dan laring, batuk dan sesak nafas.
• Gangguan vegetatif terdiri atas bradikardia, takikardia, dan dilatasi
lambung.
Saraf otak XII (N.hipoglosus)
• Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai kekuatan lidah dengan menyuruh
pasien menyorongkan ujung lidah ke tepi pipi kanan dan kiri melawan tahanan
jari tengan pemeriksaan.
Pemeriksaan neurologis pada neonatus
• Pemeriksaan neurologis pada neonates seharusnya dilakukan pada semua bayi,
baik yang sehat maupun sakit. Pada bayi sehat dilakukan pemeriksaan neurologis
untuk meyakinkan orang tua, bahwa bayinya benar-benar tidak menderita
kelainan neurologis.
Inspeksi
• Jangan memegang atau merangsang pasien, cukup memperhatikan
saja. Perhatikan terdapatnya malformasi, trauma fisis, dan kejang. Pda
bayi dengan riwayat kejang harus diperhatikan lebih teliti dan lama,
karena kejang pada neonates berbeda dengan pada bayi dan anak.
Pemeriksaan kepala
• Ubun-ubun besar dan sutura diraba secara lembut. Tentukanlah
ukurannya dan ketegangannya. Diameter ubun-ubun besar normal
adalah 2,1±1,5 cm, dan sutura tidak dapat dimasuki ujung jari.
Pemeriksaan saraf otak
• Pemeriksaan saraf otak pada neonatus agak berbeda dengan pada
anak. Tidak usah urut mulai saraf otak I dan seterusnya, akan tetapi
mana yang lebih dahulu dapat diperiksa dilakukan lebih dahulu.
Pemeriksaan motor
• Pemeriksaan motor yang penting adalah pemeriksaan tonus, yakni
tahanan otot terhadap regangan. Ada2 macam tonus, yaitu tonus
fasik dan tonus postural.
Tonus fasik
• Tonus fasik dilakukan dengan menguji tahanan anggota gerak dan
aktivitas refleks tendon. Neonatus predominan dalam posisi fleksi,
dan kalau dicoba diluruskan tahanannya minimal, mudah diluruskan
dan kemudian akan fleksi kembali, meski kadang tetap dalam posisi
ekstensi.
Tonus postural
• Tonus postural adalah tahanan terhadap tarikan gaya berat. Terdapat
3 macam pemeriksaan tonus postural, yaitu reaksi tarikan, suspens
vertical dan horizontal. Reaksi tarikan paling sensitive dan paling
berguna karena dapat dilakukan walaupun pasien dengan
endotracheal tube.
Pemeriksaan refleks neonatal primer

Refleks Moro

• Ini adalah suatu reaksi kejutan dengan menimbulkan


perasaan jatuh pada bayi. Bayi diletakkan dalam posisi
telentang, kemudian kepalanya dibiarkan jatuh dengan
cepat beberapa sentimeter dengan hati-hati ke tangan
pemeriksa.
Refleks tonic neck
• Bayi diletakkan dalam posisi telentang, kepala di garis tengah dan
anggota gerak dalam posisi fleksi, kemudian kepala ditengokkan ke
kanan. Dengan perasat ini akan terjadi ekstensi pada anggota gerak
sebelah kanan, dan fleksi pada anggota gerak kiri.
Refleks withdrawal
• Pemeriksaan refleks withdrawal dilakukan dengan jarum untuk
merangsang telapak kaki. Dalam keadaan normal akan terjadi fleksi
pada tungkai yang dirangsang dan ekstensi pada tungkai kontralateral,
tetapi ekstensi tungkai kontralateral ini tidak selalu ada.
Refleks plantar grasp
• Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan sesuatu (misalnya jari
pemeriksa) pada telapak kaki pasien, maka akan terjadi fleksi jari-jari
kaki.
Refleks palmer grasp
• Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan sesuatu pada telapak
tangan pasien, maka akan terjadi fleksi jari-jari.
Pemeriksaan oftalmoskopi
• Pemeriksaan oftalmoskopi dilakukan secara indirek dengan obat
midriatkum atau secara direk tanpa obat. Pemeriksaan direk lebih
baik dilakukan pada waktu pasien sedang menyusu, oleh karena
biasanya mata bayi terbuka.
Pemeriksaan sensibilitas
• Pemeriksaan sensibilitas jarang merupakan bagian pemeriksaan
neurologis pada neonates. Namun demikian pemeriksaan refleks
withdrawal, refleks rooting, refleks sentuhan dan rangsang sakit yang
menyebabkan bayi menangis dapat pula dibagai sebagai cara untuk uji
sensibilitas.
Pengukuran lingkar kepala
• Kepala pasien harus diam selama diukur. Pita pengukur ditempatkan
melingkar di kepala pasien melalui bagian yang paling menonjol di
bagian kepala belakang (protuberansia oksipitalis) dan dahi (glabela).
Daftar Pustaka
• Prof. Dr. dr. Iskandar Wahidiyat, Prof. Dr. dr. Sudigdo Sastroasmoro,
Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak, edisi ke-3. 2014.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai