Anda di halaman 1dari 6

Pertemuan III:

MEMAHAMI FILSAFAT ILMU


A. Pengertian Filsafat Ilmu (Mustansyir dan Munir: 49)
Ada berbagai definisi para ahli tentang filsafat ilmu. Empat definisi yang
paling representatif:
1. Robert Ackermann: filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang
pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang dibandingkan dengan
pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.
2. Lewis White Beck: filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-
metode pemikiran ilmiah, serta mencoba menetapkan nilai dan
pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3. Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat
yang menelaah secaera sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-
metodenya, konsep-konsepnya, dan praanggapan-praanggapannya, serta
letaknya dalam kerangka umum dari cabang pengetahuan intelektual.
4. May Brodbeck: filsafat ilmu sebagai analisis yang netral secara etis dan
filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
Pertemuan III:
A. Pengertian Filsafat Ilmu.
Keempat definisi tersebut memperlihatkan ruang lingkup
atau cakupan yang dibahas dalam filsafat ilmu:
a. Komparasi kritis sejarah perkembangan ilmu.
b. Sifat dasar ilmu pengetahuan.
c. Metode ilmiah.
d. Praanggapan-praanggapan ilmiah.
e. Sikap etis dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Dari kelima faktor itu, yang paling banyak dibicarakan,
terutama adalah sejarah perkembangan ilmu, metode
ilmiah dan sikap etis dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
Pertemuan III:
A. Pengertian Filsafat Ilmu.
 Sejarah perkembangan ilmu memaparkan berbagai wacana yang
berkembang di seputar temuan-temuan ilmiah sesuai dengan periodesasi-
periodesasi. Setiap periode menampakkan kekhasannya masing-masing,
sehingga perbandingan secara kritis antara satu periode dengan periode
yang lain akan memperlihatkan kekayaan peradigma ilmiah sepanjang
sejarah perkembangan ilmu.
 Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan
pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknis untuk memperoleh
pengetahuan baru atau memperkembangkan pengetahuan yang ada.
Metode ilmiah pada umumnya diartikan sebagai prosedur yang
dipergunakan oleh para ilmuwan dalam pencarian sistematis terhadap
pengetahuan baru dan peninjauan kembali pengetahuan yang telah ada.
 Sikap etis dalam pengembangan ilmu pengetahuan merupakan salah satu
isu penting dalam filsafat ilmu, terutama untuk menjawab persoalan
apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak. Ada dua kubu yang saling
berhadapan: satu pihak beranggapan bahwa ilmu itu harus bebas nilai,
dan pihak lain beranggapan bahwa ilmu itu tidak mungkin bebas nilai,
karena terkait dengan kepentingan sosial.
Pertemuan III:
B. Tujuan dan Implikasi Filsafat Ilmu: (Mustansyir dan Munir: 51-53).
1. Tujuan:
a. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang
menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah.
b. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi
dan metode keilmuan.
c. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan.
2. Implikasi:
d. Bagi seseorang yang mempelajari filsafat ilmu, diperlukan pengetahuan
dasar yang memadai tentang ilmu, supaya para ilmuwan memiliki
landasan berpijak yang kuat.
e. Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir
“menara gading”, yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa
mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal,
setiap aktivitas keilmuan nyaris tidak dapat dilepaskan dari konteks
kehidupan sosial masyarakat.
Pertemuan IV:
C. Objek Filsafat Ilmu: (Mustansyir: 44 – 48)
1. Objek Material (pokok bahasan) filsafat ilmu adalah ilmu
pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun
secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
Perbedaan antara Pengetahuan dengan Ilmu Pengetahuan:
 Pengetahuan bersifat umum dan didasarkan atas
pengalaman sehari-hari (semua manusia terlibat dalam
pengetahuan dengan perangkat inderawinya).
 Sedangkan ilmu pengetahuan bersifat khusus dengan ciri-
ciri: sistematis, metode ilmiah tertentu, serta dapat diuji
kebenarannya. Tidak semua orang terlibat dalam aktivitas
ilmiah ini, karena ada prasyarat yang harus dimiliki oleh
seorang ilmuwan:
Pertemuan IV:
Prasyarat seorang Ilmuwan:
1. Prosedur ilmiah yang harus dipenuhi agar hasil kerja ilmiah itu
diakui oleh para ilmuwan lainnya.
2. Metode ilmiah yang dipergunakan, sehingga kesimpulan atau
hasil temuan ilmiah itu bisa diterima (entah sementara atau
seterusnya) oleh para ilmuwan, terutama bidang ilmu yang
sejenis.
3. Diakui secara akademis karena gelar atau pendidikan formal
yang ditempuhnya.
4. Ilmuwan harus memiliki kejujuran ilmiah sehingga tidak
mengklaim hasil temuan ilmuwan lain sebagai miliknya.
5. Ilmuwan yang baik harus mempunyai rasa ingin tahu (curiosity)
yang besar, sehingga senantiasa tertarik pada perkembangan ilmu
yang terbaru dalam rangka mendukung profesionalitas
keilmuannya.

Anda mungkin juga menyukai