Anda di halaman 1dari 20

RUPTUR BULI

Anatomi
Secara anatomi bentuk buli-buli terdiri atas 3
permukaan,
1. Permukaan superior yang berbatasan dengan rongga
peritoneum
2. Permukaan inferiolateral
3. Permukaan posterior
Permukaan superior merupakan lokus minoris (daerah
terlemah) dinding buli-buli.
Faktor resiko
• Kecelakaan lalu lintas
• Cedera deselerasi akibat jatuh dari ketinggian
• Cedera tumpul akibat perkelahian
• Cedera luka tusuk
• Tembakan pistol
• Trauma obstetri
• Trauma ginekologi, pasca vaginal atau abdominal
histerektomi
MEKANISME CIDERA

Benturan langsung pada buli-buli yang penuh mengakibatkan


peningkatan tekanan intravesice
Klasifikasi
Ruptur Buli
Ruptur Buli Intraperitoneal Ruptur Buli Ekstraperitoneal
Robeknya fundus buli sehingga urine Terjadi akibat tertusuk oleh fragmen
mengalir ke rongga peritoneal tulang pelvis yang mengalami fraktur.
Fragmen ini akan mencederai dinding
buli sebelah inferiolateral dan terjadi
ekstravasasi urine ke rongga
ekstraperitoneal

Ruptur Buli intraperitoneal bersamaan Ruptur Buli ekstraperitoneal

Jika tidak mendapatkan perawatan dengan segera 10-20% akan berakibat


kematian karena peritonitis atau sepsis.
Ruptur Buli Intraperitoneal Ruptur Buli Ekstraperitoneal
Trias Ruptur Buli
• Gross hematuri
• Nyeri suprapubik
• Kesulitan atau ketidak mampuan miksi
Diagnosis
Anamnesis
Keluhan :

• Ada riwayat trauma yang khas, adanya patah tulang


panggul.
• Nyeri suprapubik
• Ketegangan otot dinding perut bawah
• Tidak bisa berkemih
• Kadang disertai hematuria
• terdapat hematom abdomen bag bawah
Pemeriksaan Fisik
Ruptur Buli intraperitoneal Ruptur Buli Ekstraperitoneal

Rangsang peritoneum (+) • Fraktur pelvis yang disertai


• Distensi abdomen perdarahan hebat, sehingga sering
• Defans muskuler timbul syok hemoragik
• Rebound tenderness • Rangsang peritoneum (-).
• Tidak adanya bising usus
Rektal Toucher (RT)

untuk menyingkirkan kemungkinan terjadinya cedera rektum dan pada pria perlu
dilakukan untuk mengevaluasi posisi prostat. Apabila prostat mengalami “high
riding” atau sedikit elevasi, kecurigaan mengarah pada cedera urethra proksimal
yang disertai disrupsi buli buli.
Pemeriksaan Penunjang
Uji pembilasan buli Radiologi

Tes Buli, adalah dengan memasukkan cairan Pemeriksaan BNO (foto polos abdomen)
fisiologi NaCl 100 ml ke dalam VU melalui adakah terlihat adanya fraktur pelvis.
kateter dan dikeluarkan lagi , jika yang keluar Pemeriksaan Sistogram , bila ruptur
kurang dari 100 ml maka tes buli (+), artinya ekstraperitoneal terlihat gambaran
ada ruptur buli / ruptur VU.  ekstravasasi tampak seperti nyala api
pada daerah perivesikal. Bila ruptur
 intraperitoneal terlihat kontras masuk ke
ringga abdomen

Laboraturium

Urine : hematuria (seringkali gross, jarang mikroskopik)


Kultur urin
Sistografi

Ruptur buli ekstraperitoneal Ruptur buli intraperitoneal


Tatalaksana
Tindakan Bedah
Extraperitoneal Ruptures
• Pemasangan kateter
• Laparatomy

Intraperitoneal Ruptures
Surgical bladder repair
Ruptur buli intraperitoneal

Dilakukan eksplorasi laparotomi untuk mencari robekan pada buli-buli


serta kemungkinan cedera pada organ lain

Jika tidak dioperasi ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum dapat


menyebabkan peritonitis

Rongga intraperitoneum dicuci, robekan pada buli-buli dijahit 2 lapis,


kemudian dipasang kateter sistostomi yang dilewatkan di luar sayatan
laparotomi.
Ruptur buli ekstraperitoneal

Robekan yang sederhana (ekstravasasi minimal) dianjurkan untuk

memasang kateter selama 7 – 10 hari

Penjahitan buli-buli dengan pemasangan kateter sistostomi

Jika bersamaan dengan ruptur buli terdapat cedera organ lain yang

membutuhkan operasi, sebaiknya dilakukan penjahitan buli-buli dan

pemasangan kateter sistostomi

Jika ahli ortopedi memasang plat untuk memperbaiki fraktur pelvis, mutlak

harus dilakukan penjahitan buli-buli guna menghindari tejadinya

pengaliran urine ke fragmen tulang yang telah dioperasi


Catatan

Untuk memastikan bahwa buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter


uretra atau kateter sistostomi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
sistografi guna melihat kemungkinan masih adanya ekstravasasi urine.
Sistografi dibuat pada hari ke-10-14 pasca trauma. Jika masih ada
ekstravasasi kateter sistostomi dipertahankan sampai 3 minggu.
Indikasi dilakukan operasi bedah segera pada
ruptur buli
• Cedera intraperitoneal dari trauma eksterna
• Cedera tusuk atau cedera iatrogenik
• Drainase buli buli yang tidak adekuat atau terdapat bekuan darah
pada urin
• Cedera leher buli buli
• Cedera rektum atau vaginal
• Patah tulang pelvis terbuka
• Patah tulang pelvis yang membutuhkan fiksasi internal
• Fragmen tulang yang mengarah ke buli buli
Algoritma
Komplikasi
• Sepsis
• Abses pelvis
• Peritonitis
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai