Anda di halaman 1dari 31

17172_large.

jpg

TANGGAP DARURAT
BENCANA BANJIR
Definisi Banjir
Bencana Banjir adalah bencana yang paling
sering melanda Indonesia. Curah hujan diatas
normal dan adanya pasang naik air laut
merupakan penyebab utama terjadinya banjir.
Selain itu faktor ulah manusia juga berperan
penting seperti penggunaan lahan yang tidak
tepat, pembuangan sampah ke dalam sungai,
pembangunan pemukiman di daerah dataran
banjir dan sebagainya.
Adapun banjir terbagi menjadi 3 kategori:
Banjir (genangan)
Banjir bandang
Banjir rob, akibat naiknya permukaan air
laut.
BANJIR DI KUNINGAN
Kelompok 1
Ulfah Azizah
Baskara Yudha
Nita Novita
Anggina Fitrialianti Damanik
Widy Lillah Pratiwi Nugraha
Rizka Chaerunnissa Utamie Budiman
Bahaya :
Banjir
Faktor Kerentanan
Secara Fisik
- saluran air berupa transporter mengalami kerusakan
- sungai yang dangkal
-kurang kuatnya kontruksi bangunan dan rumah-
penduduk yang berada di tepi sungai

Secara Prilaku
-Membuang sampah ke sungai
- Kurangnya kontroling pada saluran air
Faktor Kemampuan
Warga mampu kembali pulih dengan
cepat. Hal ini dibuktikan dengan
pembersihan dan pendataan sisa-sisa banjir
oleh warga.
Faktor Pemicu
Faktor yang memicu terjadinya banjir di
daerah Kuningan yaitu curah hujan yang
tinggi.
Dampak
- Warga mengalami kerugian materi
- Listrik padam di 7 Desa
- Kehilangan anak karena terbawa arus
banjir
- Aktivitas belajar dan mengajar terganggu
17172_large.jpg

TANGGAP DARURAT
BENCANA BANJIR
Manajemen Bencana
1. Pencegahan
2. Mitigasi
3. Kesiapan
4. Peringatan Dini
5. Tanggap Darurat
6. Bantuan Darurat
7. Pemulihan
Pencegahan
• Melakukan pelebaran dan pendalaman
sungai
• Memperluas daerah resapan air
• Membuat rambu larangan membuang
sampah ke sungai/sembarangan
Mitigasi
Jenis-jenis Mitigasi Bencana Banjir

1. Mitigasi Struktural

Mitigasi Struktural adalah upaya yang dilakukan


demi meminimalisir bencana seperti dengan melakukan
pembangunan danal khusus untuk mencegah banjir dan
dengan membuat rekayasa teknis bangunan tahan bencana,
serta infrastruktur bangunan tahan air.
Beberapa contoh yang dapat dilakukan dengan metode
mitigasi struktural adalah :
•Membangun tembok pertahanan dan tanggul

•Mengatur kecepatan aliran dan debit air 

•Membersihkan sungai dan pembuatan sudetan

•Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi


lahan
Lanjutan..

• Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai


serta di daerah banjir.
• Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari
pemukiman laut.
• Program penghijauan daerah hulu sungai selalu dilaksanakan
serta mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir. 
2. Mitigasi Non-Struktural

Mitigasi non-struktural adalah upaya yang dilakukan selain


mitigasi struktural seperti dengan perencanaan wilayah dan & asuransi.
Dalam mitigasi non-struktural ini sangat mengharapkan dari
perkembangan teknologi yang semakin maju. Harapannya adalah
teknologi yang dapat memprediksi, mengantisipasi & mengurangi
resiko terjadinya suatu bencana.
Beberapa contoh yang dapat dilakukan dengan metode mitigasi non-struktural adalah :
•Pembentukan LSM

•Melakukan Pelatihan dan Penyuluhan 

•Membentuk Kelompok Kerja atau POKJA 

•Mengevaluasi Tempat Rawan Banjir

•Memperbaiki Sarana dan Prasarana 

•Menganalisa Data-data yang Berkaitan dengan Banjir 

•Membuat Mapping 
Lanjutan..

• Menguji Peralatan dan Langkah Selanjutnya

• Menyiapkan Persediaan Sandang, Papan dan Pangan

• Membuat Prosedur Operasi Standar Bencana Banjir 

• Mengadakan Simulasi Evakuasi

• Mengadakan Rapat 
Kesiapan
Beberapa kesiapan yang dapat dilakukan terhadap bencana banjir
:
•Membuat Tanggul Kecil di depan rumah
•Membuat Biopori di tiap rumah warga
•Mengadakan Program kerja bakti tiap seminggu sekali
Peringatan Dini
• Prinsip utama peringatan dini adalah :
“Memberikan informasi cepat, akurat, tepat sasaran,
mudah diterima, mudah dipahami, terpercaya dan
berkelanjutan.”
• Komponen dalam Peringatan Dini
• Prediksi
• Interpetasi
• Respon dari pengambilan keputusan
Peringatan Dini
• Pemantau awal dalam peringatan dini banjir lebih
didominasi oleh petugas pemantau tinggi muka air di
pintu air sungai yang berada di hulu (Petugas dari
Dinas PU), selain muka air mereka juga memantau
curah hujan di daerah tersebut.
Peringatan Dini
• Pembawa berita atau informasi adalah orang atau institusi
yang menyambungkan informasi dari pemantau /pengguna
berita(masyarakat yang rawan banjir).
– Crisis Center Satuan Koordinasi Pelaksana Penanganan
Banjir dan Pengungsi (Satkorlak PBP), Petugas Posko
Bencana, Lurah, Satlinmas, Kelurahan, Ketua RT / RW,
dan Tokoh Masy.
• Media Penyampai dapat menggunakan Handphone, HT,
Telepon Rumah, Fax, Internet,TV, dan Video Conference
Peringatan Dini
Beberapa kegiatan peringatan dini yang dapat dilakukan pada
bencana banjir :
•Pencatatan data curah hujan dan pengukuran ketinggian air
sungai yang dilakukan secara manual dan otomatis
•Informasi pintu air sebagai salah satu informasi peringatan dini
banjir selain prakiraan cuaca dari BMG.
Tanggap Darurat
 Assesment cepat dan pemetaan daerah banjir untuk
meentukan kebutuhan apa saja yang di harus disediakan dan
berapa jumlah relawan yang harus di kerahkan, serta
pemberian instruksi untuk evakuasi warga
 Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari
terseret arus banjir.
 Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana.
 Mengungsi ke daerah aman atau posko banjir sedini mungkin saat
genangan air masih memungkinkan untuk dilewati, Segera amankan
barang-barang berharga ke tempat yang lebih tinggi.

 Jika air terus meninggi petugas menghubungi instansi yang terkait dengan

penanggulangan bencana seperti Crisis Center Satuan Koordinasi


Pelaksana Penanganan Banjir dan Pengungsi (Satkorlak PBP),
Petugas Posko Bencana, Lurah, Satlinmas, Kelurahan, Ketua RT /
RW, dan Tokoh Masy.
 .
Bantuan Darurat
• Pembuatan Posko Tanggap Darurat Banjir
– Fasilitas MCK
– Fasilitas air bersih
– Logistik
• Handuk, alat mandi, alat cuci, dll
• Makanan/minuman
Pemulihan
a. Rehabilitasi

1. Perbaikan lingkungan daerah bencana;

2. Perbaikan prasarana dan sarana umum;

3. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;

4. Pemulihan sosial psikologis;

5. Pelayanan kesehatan;
6. Rekonsiliasi dan resolusi konflik;

7. Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;

8. Pemulihan keamanan dan ketertiban;

9. Pemulihan fungsi pemerintahan; dan

10. Pemulihan fungsi pelayanan publik


b. Rekonstruksi

1.pembangunan kembali prasarana dan sarana terutama


saluran transporter air yang rusak;

2.pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; contohnya


dengan memperdalam volume sungai;

3.pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat

4.penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan


peralatan yang lebih baik dan tahan bencana;
5. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat;

6. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;

7. Peningkatan fungsi pelayanan publik; atau

8. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.


Terima Kasih ...

Anda mungkin juga menyukai