Anda di halaman 1dari 11

SURAT KUASA

Dewi Kemala Sari, S.H., M.Kn


Pengertian Surat Kuasa

Surat Kuasa adalah surat yang didalamnya berisikan pelimpahan kekuasaan atau
wewenang dari seseorang atau bisa juga dari pejabat tertentu yang ditujukan kepada
seseorang atau pejabat lain.
Maka surat kuasa adalah surat yang memberikan wewenang kepada pihak lain
(penerima kuasa) untuk melakukan sesuatu yang menjadi hak pemberi kuasa.
Surat Kuasa juga merupakan bukti bagi penerima kuasa sebagai wakil dari si pemberi
kuasa.

Surat kuasa dibuat tujuannya bagi si pemberi kuasa apabila si pemberi kuasa tidak dapat
melakukan sendiri dan membutuhkan orang lain untuk melakukannya.
Dasar Hukum surat kuasa Pasal 1792 BW.

“Pemberian Kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seseorang memberikan


kekuasaan kepada seseorang lain yang menerimanya, untuk atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan”
Bentuk dan Isi Surat Kuasa.
a. Bentuk Surat Kuasa :
Menurut Pasal 1793 BW, bahwa kuasa dapat diberikan dan diterima dalam suatu
akta umum, dalam suatu tulisan dibawah tangan, bahkan dalam sepucuk surat ataupun
dengan lisan. Penerimaan suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dan dapat
disimpulkan dari pelaksanaan kuasa itu oleh si kuasa.

b. Isi pemberian kuasa :


Pasal 1795 BW, isi pemberian kuasa ada khusus dan umum.
Pasal 1797 BW, si penerima kuasa tidak diperbolehkan untuk melakukan sesuatu
apapun yang melampaui kuasanya, kekuasaan yang diberikan untuk menyelesaikan
suatu urusan dengan jalan perdamaian, sekali-kali tidak mengandung, kekuasaan untuk
menyerahkan perkaranya kepada putusan wasit.
JENIS- JENIS SURAT KUASA

a. Surat Kuasa Umum


b. Surat Kuasa Khusus
c. Surat Kuasa Istimewa
d. Surat Kuasa Perantara
e. Surat Kuasa Mutlak
f. Surat Kuasa Subsitusi
a. Surat Kuasa Umum
Berdasarkan Pasal 1796 BW, yang dinyatakan bahwa pemberian kuasa yang dirumuskan
dengan kata-kata umum, hanya meliputi perbuatan-perbuatan pengurusan. Tindakan
pengurusan itu meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan pemberi kuasa
atas harta kekayaannya.

b. Surat Kuasa Khusus


Surat kuasa yang mengatur suatu kepentingan atau lebih, sebagaimana diatur dalam Pasal
1795 BW. Suatu tindakan khusus menjelaskan tindakan apa saja yang boleh dilakukan oleh
penerima kuasa. Surat kuasa khusus bisa melakukan suatu tindakan penguasaan.

c. Surat Kuasa Istimewa


Surat Kuasa istimewa mengatur perihal pemberian surat kuasa dengan syarat-syarat yang
harus dipenuhi agar sah menurut hukum, yaitu :

Bersifat Limitatif, memberi kuasa istimewa yang hanya terbatas untuk tindakan tertentu yang
sangat penting, dan hanya dilakukan oleh orang yang bersangkutan secara pribadi. Lingkup
tindakannya hanya terbatas, misalnya : untuk mengucapkan sumpah tertentu atau sumpah
tambahan sesuai peraturan perundang-undangan, untuk memindahtangankan benda-benda milik
pemberi kuasa.
Surat kuasa istimewa harus berbentuk AKTA OTENTIK (akta Notaris), pemberian surat kuasa
hanya dapat diberikan dalam bentuk surat yang sah.
d. Surat Kuasa Perantara
Surat kuasa perantara disebut juga agen (agent). Pemberi kuasa sebagai
Principal memberi perintah (instruction) kepada pihak kedua dalam kedudukannya
sebagai agen atau perwakilan untuk melakukan perbuatan hukum tertentu dengan
pihak ketiga. Segala sesuatu yang dilakukan agen, mengikat principal sebagai
pemberi kuasa, sepanjang tidak bertentangan atau melampaui batas kewenangan
yang diberikan.

e. Surat Kuasa Mutlak


Surat kuasa mutlak yaitu surat kuasa yang mana si pemberi kuasa tidak dapat
mencabut kuasanya dari si penerima kuasa. Dengan demikian pemberian surat kuasa
mutlak mengabaikan Pasal 1813 jo Pasal 1814 BW Tentang berakhirnya pemberian
kuasa. Pemberi kuasa tidak dapat menarik kembali kuasanya tanpa kesepakatan oleh
penerima kuasa. Dapat disimpulkan surat kuasa mutlak merupakan pemberian
kuasa yang tidak dapat dicabut kembali dan tidak berakhir karena pemberi kuasa
atau penerima kuasa meninggal, dibawah pengampuan atau pailit.
f. Surat Kuasa Subsitusi
Kuasa Subsitusi adalah penggantian penerima kuasa melalui pengalihan, atau
dengan kata lain bahwa kuasa subsitusi adalah kuasa yang dapat dikuasakan kembali
kepada orang lain. Penerima kuasa dapat melimpahkan baik sebagian atau seluruhnya,
kekuasaan/wewenang yang diberikan kepadanya (subsitusi), dengan ketentuan bahwa
penerima kuasa telah diberikan hak subsitusi (dituangkan dalam surat kuasa) dengan
menyebutkan orang tertentu sebagai penggantinya bila penerima kuasa telah diberikan
hak subsitusi.

Pemberi kuasa bertanggung jawab terhadap orang yang telah ditunjuknya,


apabila : (Pasal 1803 BW)
a. Apabila penerima kuasa tidak diberikan hak subsitusi;
b. Apabila hak subsitusi tidak diikuti dengan penyebutan orang (nama) tertentu,
sedangkan penngantinya tersebut ternyata tidak cakap/tidak mampu.
Berakhirnya atau Pencabutan
Surat Kuasa
a. Berakhirnya surat kuasa :
Pasal 1813 BW, yang terdiri dari :
1. Ditariknya kembali kuasanya dari penerima kuasa;
2. Dengan pemberitahuan penghentian kuasanya oleh penerima kuasa;
3. Dengan meninggalnya, penhapusannya, atau pailitnya si pemberi kuasa maupun
penerima kuasa;
4. Telah terlaksananya kuasa tersebut;
5. Berakhir masa berlakunya surat kuasa

b. Pencabutan Surat Kuasa


Dilakukan secara tegas oleh pemberi kuasa, atau dilakukan secara diam-diam yang
dapat dilihat dari tindakan-tindakan pemberi kuasa, misalnya mengangkat kuasa.
Kewajiban Pemberi
Kewajiban-kewajiban penerima kuasa dan pemberi

Kuasa Pasal dan penerima


kuasa diatur dalam Pasal 1800-1803, Pasal 1805 dan
1807-1811 BW.

Kuasa
TUGAS
Membuat surat kuasa khusus dan surat kuasa subsitusi dengan
tujuan untuk mewakili Pemberi kuasa dalam perkara “perceraian”
dengan Pihak “Tuan RAHMADI” dan termohon “Nyonya WARDA” di
Pengadilan Agama Palu.

Tuan Rahmadi memberikan kuasa kepada “Nyonya GITA SARI’ untuk


mengurus segala penyelesaian perkara “perceraian” terhadap
“Nyonya Warda”.

Kemudian nyonya GITA SARI memberikan kembali kuasa (subsitusi)


kepada “Tuan ANDI BASO’ sebagai pengacara untuk menyelesaikan
perkara tuan Rahmadi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai