Mata Kuliah Penunjang
- Anatomi Sistem Saraf
- Histologi Sistem Saraf
- Fisiologi Sistem Saraf
- Kelainan pada Sistem Saraf ( UMN)
- Neurofarmakologi
Mind Map
LEARNING ISSUES
1.Anatomi SSP
2.Histologi SSP
3.Fisiologi SSP
*Stroke hemmoragic,
https://opentextbc.ca/anatomyandphysiology/chapter/13-2-the-central-nervous-system/
Cerebral Cortex
https://opentextbc.ca/anatomyandphysiology/chapter/13-2-the-central-nervous-system/
https://opentextbc.ca/anatomyandphysiology/chapter/13-2-the-central-nervous-system/
Ascending pathway to the brain: Sensory
information travels from the body to the
spinal cord before reaching the brain. This
information ascends upwards using first,
second, and third order neurons. First
order neurons receive impulses from skin
and proprioceptors and send them to the
spinal cord. They then synapse with
second-order neurons. Second order
neurons live in the dorsal horn and send
impulses to the thalamus and cerebellum.
Lastly, third-order neurons pick up these
impulses in the thalamus and relay it to the
somatosensory portion of the cerebrum.
Somatosensory sensations are pressure,
pain, temperature, and the bodies senses.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542179/
LI 2 : Histologi SSP
Histologi
• SSP terdiri atas otak dan medula spinalis yang
masing- masing dibentuk oleh substansia alba (white
matter) dan substansia grisea (grey matter) tanpa
unsur-unsur jaringan ikat di antaranya.
• SSP mempunyai konsistensi seperti gel yang agak
padat.
• Substansia grisea terletak pada bagian tepi
(korteks/cortex) serebri (otak besar) dan serebelum
(otak kecil) serta bagian dalam ganglia basalis.
• Pada medulla spinalis, substansi alba terletak di
bagian tepi & substansia grisea terletak dibagian
tengah
Pelindung CNS - CSF
Cairan serebrospinal : cairan yang terdapat di
dalam ruang-ruang otak (ventrikel otak), yaitu:
• Ruang subarakhnoid
• Ventrikel otak
• Kanal sentralis medula spinalis
• Cairan dihasilkan oleh pleksus khoroid
• Mengandung : air, glukosa, asam amino, vit C,
B & asam folat.
• Direabsorpsi dari ruang subaraknoid ke dalam
darah vena melalui vilus araknoidalis.
• CSF berwama jemih dan mempunyai densitas
yang rendah.
• CSF terdiri atas 90% air dan ion-ion serta
sedikit sel yang mengalami deskuamasi
terkadang limfosit.
PELINDUNG CNS – SAWAR DARAH
OTAK
• Sawar darah otak merupakan sawar selektif yang terletak antara
substansi-substansi spesifik di dalam pembuluh darah dengan
jaringan saraf SSP.
• Merupakan suatu lapisan yang menseleksi pemasukan zat-zat atau
material ke dalam parenkim otak.
• Dibentuk oleh 3 komponen, yaitu:
• Dinding sel endotel
• Lamina basal sel endotel
• Kaki perivaskular astrosit
• Diantara sel-sel endotel kapiler terdapat taut sekap yang akan
melapisi celah antara sel-sel endotel kapiler darah dan mencegah
lewatnya zat-zat yang melintasi celah ini.
CNS - CEREBRUM
• Dibagi menjadi hemisfer kanan &
kiri.
• Secara histologis terdiri atas 6
lapisan yaitu :
1. Lap. Molekuler
2. Lap. Granular Luar
3. Lap. Sel-sel Piramid
4. Lap. Granular Dalam
5. Lap. Piramid / Ganglioner
6. Lap. Sel-sel multiform atau
polimorf
• Semua lapisan tidak mempunyai
batas yang tegas dan semua berisi
neuroglia.
CNS – CEREBELUM
• Korteks serebelum
terdiri atas 3 lapisan,
dari luar ke dalam
yaitu: 1. Sel Stellata
2. Sel Basket
1. Lap. Molekular
2. Lap.Ganglioner / Sel 3. Sel Purkinye
Purkinye 4. Sel Granula
3. Lap. Granular 5. Sel Stellata
6. Sel Solitarius
LI 3 : Fisiologi SSP
https://slideplayer.com/slide/6000449 https://slideplayer.com/slide/6000449
/ /
https://ib.bioninja.com.au/options/option-a-
https://courses.lumenlearning.com/cuny- neurobiology-and/a5-
csi-ap-1/chapter/synapses/ neuropharmacology/synaptic-transmission.html
https://slideplayer.com/slide/15511112 https://slideplayer.com/slide/10388774
/ /
https://jeevanshu.wordpress.com/2015/05/29/do-glial-cells-have-
any-role-in-creativity-and-genius-nearly-90-percent-of-the-brain- https://www.verywellhealth.com/what-are-
is-composed-of-glial-cells-not-neurons/
glial-cells-and-what-do-they-do-4159734
https://slideplayer.com/slide/6430828
/
http://encyclopedia.lubopitko- https://fineartamerica.com/featured
bg.com/The_Cerebral_Hemisphere /homunculus-map-spencer-
s.html sutton.html
https://medicoapps.org/m-
https://www.d.umn.edu/~jfitzake/Lectures/DM
functional-areas-of-cerebral-
ED/SpeechLanguage/CorticalS_LAreas/Corti
cortex/
calLanguageAreas.html
https://www.news-
https://quizlet.com/au/506732990/the-basal-
medical.net/health/What-is-the-
nuclei-diagram/
Thalamus.aspx
https://www.pinterest.com/pin/72690 https://integratedlistening.com/meet-
981471600152/ the-reticular-activating-system-ras/
https://web.duke.edu/brain/lab04/lab04.htm
l
https://www.researchgate.net/figure/Main-
https://www.pinterest.com/pin/15769642 ascending-and-descending-pathways-in-a-
4429529166/ rat-human-counterparts-of-these-
structures_fig1_228657329
LI 4 : Kelainan UMN
Definisi, Patfis, Tanda Gejala, PF, PP, Tatalaksana Farmako dan Non Farmako,
Prognosis
STROKE HEMORAGIK
• Stroke hemoragik (perdarahan - DM
intraserebral spontan) salah - Merokok, alkohol dan obat
satu jenis patologi stroke akibat - Obesitas
pecahnya pembuluh darah
intraserebral. - Asam urat
- Hiperkolestrol
• Etiologi:
- Penyakit jantung
- Tumor intracranial
- Riwayat trauma kepala
- Penyakit Moyamoya
- Penyalahgunaan alkohol dan
kokain
- Penggunaan obat anti
platelet dan antikoagulan &
gangguan pembekuan darah
• Faktor Resiko
- Hipertensi
2. Pemeriksaan fisik
• keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital.
• pemeriksaan kepala, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan
(THT), dada (terutama jantung), abdomen, dan ekstremitas.
• pemeriksaan tekanan darah bandingkan ekstremitas kanan
dan kiri, serta bagian tubuh atas dan bawah dengan cara
menghitung rerata tekanan darah arteri.
• Pola pernafasan
Buku ajar neurologi
Diagnosis
3. Pemeriksaan neurologis
• penilaian tingkat kesadaran dengan skala koma Glasgow (GCS), pemeriksaan
reflex batang otak (rekasi pipil terhadap cahaya, reflex kornea, dan reflex
okulosefalik)
• pemeriksaan nervus kranialis serta motoric untuk melihat trofi, tonus, dan
kekuatan otot.
• pemeriksaan reflex fisiologis dan reflex patologis
• pemeriksaan sensorik dan otonom
4. Pemeriksaan penunjang
• CT scan (gold standard)
• PP:
- EKG
- Pencitraan otak: CT scan kepala non kontras, CT angiofrafi atau MRI
dengan perfusi dan difusi serta MRA
- Doppler karotis & vertebralis
- Doppler transkranial
- Pemeriksaan Lab
Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing; 2014 .
Gejala Gejala
TIATipikal Gejala Atipikal
Kelemahan unilateral dari wajah, lengan,
tungkai Merasa Bingung
Perubahan sensasi unilateral Gangguan Kesadaran/sinkop
Disfasia Dizziness/pusing
Hemianopia Kelemahan umum/gejala sensoris
Guidelines for the Prevention of Stroke in Patients With Stroke and Transient Ischemic Attack. 2014
Tatalaksana Non-Farmako
• Mengatur pola makan dgn gizi seimbang
• Tatalaksana nutrisi:
• Rendah lemak
• Tinggi serat
• Konsumsi byk buah segar & sayuran (5 porsi per hari) & wholegrain
• Kurangi makanan instan & tinggi natrium
• Batasi natrium
• Berhenti merokok & membatasi konsumsi alcohol (bagi ps yg merokok &
mengonsumsi alcohol)
• Melakukan aktivitas fisik (ex: sepeda, jalan cpt, berlari, / berenang)
INFARK SEREBRAL
Etiologi
● Infark otak disebabkan oleh tiadanya
oksigen atau nutrien atau 1. Penyakit jantung
terganggunya metabolisme. 2. Hipotensi
● Tiap penyebab infark (anoksia, iskemia
atau hipoglikemia) memiliki gambaran 3. Cardiac arrest
khas tersendiri. Patofisiologi
● Infark anoksik disebabkan oleh
● Antara darah dan otak terdapat berbagai sistem
tiadanya oksigen walaupun sirkulasi
darah tetap normal. penghalang yang mengatur lewatnya substansi antara
● Infark hipoglikemik terjadi bila kadar darah dan otak dalam rangka pemeliharaan homeostasis.
glukosa darah turun di bawah angka ● Sistem pengaturan endotelial-astrositik mungkin
kritis selama periode yang terpengaruh secara tidak seimbang sehingga
berkepanjangan.
● Infark iskemik yg menyebabkan mengakibatkan perbedaan kecepatan aliran masuk-keluar
terjadinya hipoksia sekunder, berbagai substansi.
terganggunya nutrisi selular dan ● Salah satu atau keduanya dpt terganggu → disfungsi sel-sel
kematian sel otak. otak
Harsono, 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Patofisiologi infark otak sebagai akibat obstruksi vena berbeda dengan obstruksi arteri
Harsono, 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Infark Serebral
Pemeriksaan penunjang
Gambaran klinis dan prognosis
● Yang paling umum → defisit neurologik yg ● Pemeriksaan urin, darah, EKG, CT-scan,
progresif. laju endap darah, profil koagulasi dan
● Perburukan situasi trjdi scr bertahap pd 1/3 hitung jenis.
jumlah penderita, 2/3 lainnya muncul sebagai
TIA yg kemudian berkembang jadi defisit Terapi
neurologik menetap. ● Penanganan bergantung pd tahap
● Umur lanjut, hipertensi, coma, komplikasi
kardiorespirasi, hipoksia, hiperkapnia dan perkembangannya.
hiperventilasi neurogenik → faktor prognosis 1. Tahap akut
yg tdk menggembirakan. a. Hemodilusi
● Infark di wilayah arteri serebri media →
● Salah satu upaya untk ↓ viskositas plasma
edema masif dgn herniasi otak (biasa terjadi
dlm waktu 72 jam pertama pasca infark). dgn mengeluarkan eritrosit,
membebaskan aliran darah melalui kapilar
yg terganggu di daerah iskemik.
Harsono, 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Infark Serebral
● Salah satu cara: melakukan venaseksi dan dalam e. Pentoksifilin
waktu yg bersamaan diberikan bahan plasma-
expanding untk cegah terjadinya hipovolemia. 2. Tahap pasca-akut
● Bahan yg srg dipakai: dekstran dgn berat molekul ● Fisioterapi dimulai sedini mungkin, bahkan
rendah.
● Terapi ini bersifat selektif. segera setelah terjadi serangan.
b. Antikoagulan ● Obat-obat sprti: pentoksifilin (2x400mg);
● Pemberiannya msh bersifat kontroversi baik dlm codergocrine mesylate (3-4,5 mg/hr);
hal manfaat maupun risikonya. nicegolin (30 mg/hr); dsb.
c. Kontrol trhdp edema otak
●
Pemberian obat diperlukan perhatian
kortikosteroid bermanfaat untk edema intestisial.
khusus ttg kondisi fisik, laboratorik dan
d. Antogonis kalsium
● kontra- indikasinya
Nimodipin → mencegah membanjirnya kalsium ke
dalam sel (calcium influx). ● Pemberian antikonvulsan perlu
dipertimbangkan pd kasus-kasus infark
kortikal.
ENSEFALOPATI HIPERTENSI
• Ensefalopati hipertensi merupakan suatu sindrom • Sekitar 20 – 30% orang dewasa dinegara
akibat dari peningkatan tekanan arteri mendadak berkembang menderita hipertensi.
tinggi yang dapat mempengaruhi fungsi otak.
• Di Amerika, dari 60 juta orang dengan hipertensi,
• Didahului oleh sakit kepala yang berat dan diikuti kurang dari 1% berkembang menjadi ensefalopati
oleh konvulsi, mual, muntah, perubahan hipertensi. Morbiditas dan mortalitas penderita
penglihatan, dan menurunkan kesadaran. ensefalopati hipertensi dihubungkan dengan
derajat kerusakan target organ.
• Hipertensi ensefalopati selalu disertai oleh resisten
pembuluh darah yang meningkat. Kondis ini juga • Ensefalopati hipertensi sering terjadi pada individu
diketahui sebagai krisis hipertensi atau emergensi usia pertengahan dengan riwayat hipertensi yang
hipertensi, dimana tekanan darah yang tinggi lama. Prevalensi laki-laki lebih banyak dari
dihubungkan dengan kegagalan organ. perempuan dan frekuensinya bervariasi pada etnis.
Etiologi
• Penyebab yang sering dari ensefalopati hipertensi adalah 7. Obat-obat simpatomimetik seperti cocain, amphetamines,
akibat peningkatan tekanan darahmendadak pada phencyclidine/PCP, dan lysergic acid diethylamide/LSD
penderita dengan hipertensi kronis.
8. Eklampsi, preeklampsi
• Beberapa kondisi yang diprediksi dapatmeningkatkan
tekanan darah dan menyebabkan gejala klinis dari 9. Head trauma, infark cerebri
ensefalopati hipertensi seperti : 10. Collagen vascular disease
1. Chronic renal parenchymal disease 11. Autonomic hyperactivity
2. Acute glomerulonephritis 12. Vasculitis
3. Renovascular hypertensive 13. Ingestion of tyramine-containing food atau tricyclic
4. Withdrawal dari obat-obat hipertensi seperti clonidine antidepressants yang dikombinasi denganmonoamine
oxidase inhibitors/MAOIs
5. Ensefalitis, meningitis
6. Pheochromacytoma, rennin-secreting tumor
Patofisiologi 1. Reaksi autoregulasi yang berlebihan (The
overregulation theory of hypertensive
encephalopathy)
• a) darah : rutin, creatinine, elektrolit a) sangkaan kelainan renal : IVP, Renal angiography
(kasus tertentu), biopsi renald(kasus tertentu).
• b) urine : Urinelisa dan kultur urin
b) menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah
• c) EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi
neurologi : Spinal tab, CAT Scan.
• d) Foto dada : apakah ada edema paru (dapat
c) Bila disangsikan Feokhromositoma : urin 24 jam
ditunggu setelah pengobatan terlaksana)
untuk Katekholamine, metamefrin, venumandelic
• e) Pemeriksaan CT scan atau MRI kepala dapat Acid (VMA).
menunjukkan adanya edema pada bagian otak dan
d)Pemeriksaan CT scan atau MRI kepala : Edema
ada tidaknya perdarahan
otak biasanya terdapat pada bagian posterior otak
namun dapat juga pada batang otak.
Tatalaksana
1. Nitroprusside 4. Labetolol
Dilatasi arteriolar dan vena, dapat diberikan intravena secara Golongan alpha dan beta-adrenergic blocker, diberikan secara
infuse. intravena bolus atau infusion awal dengan 20 mg diikuti dengan
20-80 mg setiap10 menit sampai total dosis 300 mg.infusion 0,5
Dosis awal adalah 0,25 sampai 0,5 ug/kg per menit, dosis -2 mg/menit
maksimal 8 sampai 10u g/kg per menit. Kerja nitroprusside
dalam beberapa detik dan lamanya hanya 2-5 menit 5. Fenoldapan
Anatomi Berorientrasi Klinis Edisi Kelima Jilid 3. Moore KL, Dalley AF. Penerbit Erlangga. P 35-9
Etiologi Patofisiologi
S&s:
• Muntah
• Pingsan
• Nyeri leher (meningismus) CT scan
• Fotopobia (dapat mendeteksi >95% kasus SAH dalam 48 jam
sesudah serangan)
• Sakit kepala (parah dan
mendadak)
Manisfestas Klinis Komplikasi Neurologis
• Nyeri kepala mendadak – • Ruptur berulang
intensitas maksimal dalam waktu
segera atau menit dan • Hidrosefalus
berlangsung selama beberapa jam
sampai hari • Vasospasme
• Tanda rangsang meningeal – mual, • Hiponatremia (cerebral
muntah, fotofobia, kaku kuduk
• Penurunan kesadaran sementara
salt-wasting syndrom)
(50 % kasus SAH) atau menetap • Bangkitan (seizzure)
• Serangan epileptik pada 6 % kasus
SAH • Perluasan perdarahan ke
• Defisit neurologis fokal berupa intraparenkim
disfasia, hemiparesis,
hemihipestesia
• Kematian mendadak terjadi pada
10 % kasus SAH
2 Nyeri kepala yang sedang sampai berat, kaku duduk dan tidak ada defisit,
neurologis kecuali pada saraf kranial.
3 Bingung, penurunan kesadaran, defisit lokal ringan.
Stupor, hemiparesis ringan sampai dengan berat, deserebrasi, gangguan
4 fungsi vegetatif.
5 Koma dalam, deserabrasi, moribund appearance.
Epidemiologi
Robbins Basic
Pathology. 10th ed
Meningioma
• Predominan tumor jinak yg bersal dari sel • Atypical meningiomas (WHO grade II): mitosis
meningoepitelial arachnoid, biasanya terjadi pada meningkat, inti mencolok, selularitas meningkat,
dewasa & menempel dengan dura patternless growth, rasio nucleus: sitoplasma tinggi,
nekrosis
• Meningioma (WHO grade I): masa well-defined pada
dura yg menekan otak, bisa ekstensi ke overlying bone. • Anaplastic (malignant) meningiomas (WHO grade III):
Pola histologic berupa meningothelial (kumpulan mirip sarcoma/ karsinoma high grade, mitosis jauh
padat sel spiral tanpa tampak membrane sel), lebih banyak dibanding atipikal
fibroblastic (sel lonjong dgn banyak deposisi kolagen),
transitional (gabungan meningothelial & fibroblastic),
psammomatous (banyak psammoma bodies) &
secretory (ruang mirip kelenjar mengandung material
eosinofilik)
Robbins Basic
Pathology. 10th ed
Tumor Metastasis
• Paling sering: paru-paru,
payudara, kulit
(melanoma), ginjal, GIT
• Metastasis membentuk
masa berbatas tegas,
biasanya pada grey-white
matter junction &
menimbulkan edema
lokal. Batas tumor &
parenkim otak juga jelas
pada mikroskop, dengan
gliosis reaktif disekitarnya.
Robbins Basic Pathology. 10th ed
TRAUMATIC BRAIN INJURY
● Traumatic Brain Injury (TBI) is a disruption in the normal function of the
brain that can be caused by a blow, bump or jolt to the head, the head
suddenly and violently hitting an object or when an object pierces the
skull and enters brain tissue.
Observing one of the following clinical signs constitutes alteration in the
normal brain function:
● Loss of or decreased consciousness
● Loss of memory for events before or after the event (amnesia)
● Focal neurological deficits such as muscle weakness, loss of vision,
change in speech
● Alteration in mental state such as disorientation, slow thinking or
difficulty concentrating
Traumatic Brain Injury
● Severity measured by Glassglow Coma Scale within 48 hours of injury
Epidural Hematoma
● Terjadi perdarahan diantara tulang tengkorak & durameter.
● Perdarahan lebih sering dari cabang arteri meningea media yg robek
● Arteri meningea media yg msk didalam tengkorak melalui foramen spinosum
& jalan antara durameter & tulang di permukaan & os cranium
● Perdarahan tsb menimbulkan hematoma epidural.
● Karna perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus
keluar 🡪 makin lama makin besar 🡪 deficit neurologis fokal / global.
● Ketika kepala terbanting / terbentur 🡪 penderita mungkin pingsan sebentar &
sgr sadar lagi.
● Dlm waktu bbrp jam, penderita akan merasa nyeri kepala progresif memberat
🡪 lalu kesadaran menurun. (masa antara dua penurunan kesadaran ini selama
penderita sadar stlh tjd kecelakaan adalah lusid interval)
● Gejala klinis:
● Ada periode lusid interval
● Penurunan kesadaran, bs sampai koma
● Bingung, susah bicara
● Nyeri kepala hebat, penglihatan kabur
● Keluar darah dari hidung/telinga
● Mual,pusing,berkeringat,pucat
●
Pemeriksaan neurologis:
● Penurunan kesadaran (GCS)
● Tanda herniasi otak (clushing synd: hipertensi, bradikardia dan hipoventilasi), rangsang meningeal tidak dilakukan
● Darah lengkap, ureum creatinine, SGOT/SGPT, PT/APTT utk mengetahui faktor pembekuan darah, serum elektrolit
● Pemeriksaan laboratorium:
● Darah lengkap, ureum creatinine, SGOT/SGPT, PT/APTT utk mengetahui faktor pembekuan darah, serum elektrolit
●
Pemeriksaan penunjang:
● CT-Scan kepala
○ Gambaran hiperdense di epidural dengan bentuk bikonveks dan bs melihat gambaran fraktur tulang kepala
○ MRI kepala 🡪 terutama utk melihat EDH di infra tentorial (cerebellum & batang otak)
Tatalaksana
● Resusitasi ABC (airway, breathing dan circulation)
● Cegah peningkatan TIK : bedrest, bed elevasi 30◦, pemberian mannitol
20% (dosis 1-3 mg/kgBB/hr). Bisa menggunakan furosemide 40mg/hr IV
● Antikejang (fenitoin 200 mg) (dalam 24 jam pertama) dilanjutkan 3-4
x100mg/hr
● Indikasi terapi operatif
○ Vol hematom >30ml
○ Keadaan ps memburuk
○ Pendorongan garis tengah >3mm
Subdural Hematoma
● Subdural hematoma akut 🡪 perdarahan yang mengumpul diantara
duramater dan arakhnoid yang disebabkan regangan dan robekan vena-
vena drainase yang berjalan melintang-menggantung (bridging veins)
dirongga subdural antara permukaan kortikal otak dengan sinus
duramatris.
● Subdural hematoma akut -> terjadi pada 5-25% penderita cedera kepala
berat, M:F = 3:1
● Subdural hematoma kronis 🡪 1-5,3 kasus per 100.000 orang per tahun,
M:F = 2:1
● Subdural hematoma akut yang dihubungkan dengan faktor usia(>60
tahun) 🡪 resiko trauma tumpul kepala dan atrofi serebral akibat kurang
elastisitas bridging veins
Gejala Klinis
● Mirip dengan perdarahan epidural 🡪 namun memiliki gejala klinis yang sering ditemui berupa kejang
● Tanda klinis herniasi lebih jarang ditemukan daripada perdarahan epidural
● Pada SDH 🡪 hematom umumnya berada di sisi kontralateral fraktur tengkorak
● SDH akut
○ Interval lusid 🡪 hanya ada pada <30% kasus 🡪 sering berkaitan dengan kasus kontusio dan laserasi otak
● SDH subakut
○ Penurunan fungsi neurologis sejalan dengan besarnya hematom yang terbentuk 🡪 ditemukan hemiparesis
kontralateral (50%), ipsilateral (25%), angka kematian 25%
● SDH kronik
○ Perubahan status mental, disfungsi neurologis fokal, peningkatan tekanan intrakranial, dan kejang fokal,
dapat mengalami perubahan tingkat kesadaran yang fluktuatif (bukan gejala utama)
PP
● CT scan
● MRI
Daftar Pustaka
• Young, B., & Heath, J. W. (2005). Wheather’s Functional Histology. Churchill Livingstone.
• Buku Ajar Neurologi- FK UI
• Simmons BB, dkk. Am Fam Physic 2012.
• Kim & Bae. Management of intracerebral hemorrhage. Journal of Stroke 2017;19(1):28-39
• https://emedicine.medscape.com/article/1164341-overview
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5288992/
• Munir B. Neurologi dasar. Sagung seto
• Adams & Victors. Principles of Neurology 10th ed.
• Clinical Oncology 4th ed
• Robbins Basic Pathology. 10th ed