Anda di halaman 1dari 20

NOLA RIZKY ADHALIA

04031181823013

Mata Kuliah : BEDAH PADA ANAK


Dosen pembimbing : Drg. Ulfa Yasmin, Sp.KGA
ABSEN GANJIL
Sub Tema :

1. DEVELOPMENTAL
2. SOFT TISSUE 3. ULCERATION
LESSION
NODULES
1. DEVELOPMENTAL LESSION
A. Fissure Tongue
Terletak di Dorsal dan lateral lidah. Lidah pada pasien ini
pecah-pecah, fisur tegak lurus dengan batas lateral. Meskipun ini
biasanya dianggap sebagai variasi dari kondisi normal, tetapi ini
adalah kondisi yang umum ditemukan pada anak-anak dengan
sindrom Down. Beberapa pasien dengan fisur lidah juga memiliki
lidah geografis tongue.

Fissure Tongue
B. Retro Cuspid Papillae ( RCP )

Papilla retrocuspid merupakan nola biasanya berwarna merah


muda berukuran sekitar 1-3 mm. Kadang-kadang disalahartikan
sebagai kondisi patologis lain seperti abses gingiva.
Lokasi :
Lingual attached gingiva, berdekatan dengan gigi taring rahang
bawah. Papilla retrocuspid pada gingiva
lingual mandibular
C. Geographic Tongue
Kondisi ini juga disebut glositis migrans, eritema migrans atau
ruam lidah. Tampak sebagai area depapilasi dan eritema dengan
margin keratin yang menumpuk di tepi lateral dan permukaan
dorsal lidah. Lesi muncul sebagai area seperti peta (oleh karena
itu disebut 'geografis') dan dapat berubah dalam distribusinya
selama periode waktu tertentu (karenanya disebut 'migrasi').
Daerah yang terkena dapat kembali normal dan lesi baru muncul
di berbagai tempat di lidah.
Kortikosteroid topikal bisa diberika bagi anak-anak dengan rasa Geographic Tongue
sakit. 
D. Gingiva Overgrowth
Gingival overgrowth adalah pembesaran dari attached
gingiva karena bertambahnya jumlah sel. Gingival overgrowth
adalah penyakit yang sangat umum pada anak-anak. Pembesaran
gingiva akibat obat lebih sering terjadi pada anak-anak dan
remaja dibandingkan pada orang dewasa.
Gingiva Overgrowth
Perawatan dilakukan sesuai dengan etiologi penyebab gingival
overgrowth. Tapi perawatan yang paling umum adalah
menghilangkan factor penyebab dan faktor predisposisi, serta
menjaga kebersihan rongga mulut.
 
 
2. SOFT TISSUES NODULES
A. Inflamasi mukokel

Kista mukosa yang paling umum terjadi di rongga


mulut, kista ekstravasasi mukosa timbul dari kerusakan
saluran salah satu kelenjar ludah minor di bibir (bawah)
atau pipi. Seringkali disebabkan oleh menggigit bibir
atau luka ringan lainnya, lendir menumpuk di jaringan
ikat yang dikelilingi oleh jaringan fibrosa. Kebanyakan
mukocoel adalah pembengkakan kebiruan yang
Mucocele labial pada anak laki-laki
berbatas tegas.
berusia 1 tahun
 Pengobatan :
 Beberapa kista sembuh secara spontan.
 Eksisi bedah
B. Irritation Fibroma

Fibroma muncul secara klinis sebagai nodul dengan permukaan


halus atau terkadang permukaan ulserasi. Warnanya seperti mukosa
di sekitarnya dan terasa kencang saat diraba. Lokasi yang paling
sering adalah lokasi mukosa yang mudah mengalami trauma, seperti
mukosa bukal, mukosa labial, dan lidah lateral.

Penanganan : Eksisi konservatif.


Iritation Fibroma di bibir atas anak
laki-laki usia 6 tahun
C. Peripheral Ossifying Fibroma

Peripheral ossifying fibroma adalah neoplasma jinak yang diduga


muncul dari sel-sel di ligamentum periodontal atau periosteum, oleh
karena itu, mereka terlihat hampir secara eksklusif pada gingiva

Lesi muncur sebagai nodul, terutama pada gingiva rahang atas


anterior, dan mungkin mengalami ulserasi sekunder.
Warna tanpak seperti mukosa sekitarnya atau kadang bisa tampak
merah.
Tanda dan gejala - Lesi reaktif yang keras dan tidak nyeri.
Peripheral Ossifying Fibroma
Perawatan - Pencabutan total (ke periosteum) dan eliminasi faktor
pemicu dari gigi yang berdekatan, Penggunaan eksisi laser.
Lebih umum di pasien yang lebih muda dan pada wanita
D. Pyogenic Granuloma

Granuloma piogenik oral muncul sebagai nodul, berukuran mulai


dari beberapa milimeter sampai 2 cm, dengan warna merah cerah
dan permukaan halus atau ulser. Dalam beberapa kasus, mereka
dapat membesar dengan cepat ukurannya, menjadi keganasan.
Tempat tersering adalah gingiva, terutama gingiva labial anterior
rahang atas. Tempat umum lainnya adalah bibir, lidah, mukosa bukal,
dan langit-langit.

Papula dan nodul; mungkin mengalami ulserasi sekunder berwara


Merah. Granuloma Piogenik pada anak
berusia 9 tahun.
Pengobatan :
• Eksisi lesi.
• Terapi steroid intralesi untuk lesi rekuren. Tingkat kekambuhan hingga 16%.
E. Peripheral Giant Cell Granuloma

Lesi ini muncul secara klinis sebagai nodul jaringan lunak dengan
permukaan halus atau ulserasi. Biasanya terletak di papila gigi
interproksimal pada aspek bukal atau lingual dan berukuran sekitar 2
cm.

 Tempat - Eksklusif pada gingiva yang menempel / mukosa alveolus edentulus,


terutama di anterior.
 Morfologi - Papula dan nodul, sering mengalami ulserasi sekunder.
 Tanda dan gejala - Lesi tegas dan tidak nyeri (nonneoplastik) reaktif. Peripheral Giant Cell Granuloma
 Pengobatan - pencabutan menyeluruh (ke periosteum) dan eliminasi faktor
pemicu dari gigi yang berdekatan.
3. ULCERATIVE
A. Traumatic Ulcer

Ulserasi bibir setelah anestesi blok mandibular

Ini adalah salah satu penyebab paling umum dari


ulser traumatis. Karena menggigit bibir mereka
setelah anestesi blok mandibular.

Ulserasi oral traumatis akibat menggigit bibir


setelah injeksi blok mandibula
 
 

Riga–Fedé ulceration

Merupakan ulserasi permukaan ventral lidah yang


disebabkan oleh trauma dari gerakan protrusif dan
retrusif terus-menerus pada gigi seri bawah. Setelah
menjadi temuan umum dalam kasus batuk rejan,
sekarang terlihat hampir secara eksklusif pada anak-
anak dengan cerebral palsy.

Penanganan : Riga–Fedé ulceration pada permukaan ventral lidah yang


 Rapikan tepi insisal yang tajam atau letakkan kubah resin
timbul akibat gesekan pada gigi seri mandibular.
komposit di atas gigi.
 Pada kasus yang parah, pencabutan gigi dapat
dipertimbangkan.
 
B. Recurrent Aphthous Ulceration

Recurrent aphthous ulceration (RAU) terdapat tiga jenis diidentifikasi:


● Minor aphthae.
● Major aphthae
● Herpetiform ulceration.

Sebagian besar kasus terjadi pada minor aphthae, dengan ulser


dangkal berukuran hingga 5 mm dan muncul pada mukosa yang tidak
berkeratin. Ada cairan kuning tengah yang khas dengan batas
eritematosa. Ulser sembuh dalam 10-14 hari tanpa jaringan parut.

Penyebab RAU masih diperdebatkan. Beberapa penelitian


Gambar. A. Minor recurrent aphthae pada anak remaja perempuan.
menunjukkan bahwa RAU dikaitkan dengan keadaan defisiensi nutrisi Lesi ini sangat menyakitkan. Investigasi hematologi mengungkapkan
sehingga pemeriksaan hematologis dapat membantu. Pada aphthae tingkat folat yang rendah, yang bila dikoreksi dapat menghilangkan
mayor mukosa yang berkeratin mungkin juga terlibat, ulkus mungkin ulserasi lebih lanjut. B, C Major recurrent aphthous ulceration adalah
lebih besar, bertahan lebih lama dan sembuh dengan jaringan parut. kondisi yang melemahkan dan sembuh dengan jaringan parut. Ulkus
anak perempuan ini diatasi dengan steroid sistemik.
 Diagnosa
- Penampilan dan riwayat klinis.
- Tes darah darah lengkap, pemeriksaan zat besi.
 
 Pengobatan Recurrent aphthous ulceration :
● Perawatan gejala dengan obat kumur:
 chlorhexidine gluconate 0,2%, 10 mL 3 x 1
 obat kumur minocycline, 50 mg dalam 10 mL air tiga kali sehari selama 4 hari untuk anak di atas 8 tahun
 benzydamine hydrochloride 1.2% dan obat kumur chlorhexidine (Diffl am C).
● Steroid topikal:
 Triamcinolone.
 Inhaler asma beclometasone dipropionate atau fl uticasone propionate disemprotkan ke tukak
 salep betametason (Diprosone OV).
● Kortikosteroid sistemik hanya pada sebagian besar kasus ulserasi aphthous mayor yang parah.
● Herpetiform ulceration baik merespons obat kumur minocycline.
● Biopsi hanya boleh dipertimbangkan jika ada keraguan tentang diagnosis klinis.
DAFTAR PUSTAKA
Cameron, Angus C, dan Richard P Widmer. Handbook Of Pediatric Dentistry. London: Elsevier. 2008.
 
Fuoad, Suri Ali A., dan Shishir Ram Shatty. “Oral Mucosal Lesions in Children”. Interventions in Pediatric
Dentistry: Open Access Journal. 2018; 1(1): 12-14.
 
Rajashekhara, BS dkk. “Retrocuspid Papillae: A Study on Its Prevalence”. Research Journal of
Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences. 2015; 6(3): 1632-1636.
 
Doufexi, Aikaterini, dkk. Gingival Overgrowth in Children: Epidemiology, Pathogenesis, and
Complications. A Literature Review of Journal Periodontology University of Connecticut Health Center.
2005; 76 (1): 3-10.
 
Pinto, Andres, dkk. Pediatric Soft Tissue Oral Lesions. Dent Clin N Am 58 (2014) 437–453.
 
 
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai