Anda di halaman 1dari 20

Kelompok

4
Maternitas
Infeksi Post Partum
Nama Anggota
Denis Dwi Oktafianingtyas
Indah Nur’aini
Qothrunnadaa
Yuli Novitasari
Chori B S
Definisi

Infeksi adalah berhubungan dengan


berkembang-biaknya mikroorganisme dalam
tubuh manusia yang disertai dengan reaksi
tubuh terhadapnya (Indriyani dan Asmuji, 2014 ).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau
demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis
pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari
setelah abortus atau persalinan

Infeksi postpartum adalah keadaan yang


mencakup semua peradangan alat-alatgenetalia
dalam masa nifas (Anggraini, Yetti, 2010).
Etiologi
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam
tubuh pada saat berlangsungnya proses persalinan.
Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat
persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan
masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Infeksi ini
terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh
pada saat berlangsungnya proses persalinan.

Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat


persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan
masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. infeksi ini
tidak menimbulkan penyakit pada persalinan, kelahiran,
atau pascapersalinan. Hampir 30 bakteri telah
diidentifikasi ada disaluran genital bawah

Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara


lain adalah Streptococcus haemoliticus anaerobic,
Staphylococcus aureus, Escherichia Coli, Clostridium
Welchii
Cara terjadinya infeksi post partum
01 Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup
sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi
membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke
dalam uterus

02 Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena


kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau
tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya.

03 Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman


patogen, berasal dari penderita-penderita dengan
berbagai jenis infeksi

04 Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab


infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan
pecahnya ketuban
Manifestasi Klinik
Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat
vasodilatasi dan tumor (benngkak) karena eksudasi. Ujung
syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan sehingga
terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan
mengakibatkan gangguan faal, dan reaksi umum antara
lain berupa sakit kepala, demam dan peningkatan denyut
jantung
Jenis-jenis Infeksi Post Partum

INFEKSI UTERUS SYOK BACTEREMIA PERITONITIS INFEKSI SALURAN


KEMIH
Endometritis,
Miometritis,
Parametritis
Pemeriksaan Penunjang

Hitung darah lengkap Kultur uterus dan vagina

12
34
Urinalisis USG
Penatalaksanaan

Perlukaan-perlukaan jalan lahir


Mengurangi atau mencegah faktor-faktor
karena tindakan baik pervaginam
predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan 01 04
maupun perabdominam dibersihkan,
kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit
dijahit sebaik-baiknya dan menjaga
yang diderita ibu.
sterilitas
Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari
atau dikurangi dan dilakukan hati-hati Mencegah terjadinya perdarahan banyak,
karena dapat menyebabkan pecahnya 02 05 bila terjadi darah yang hilang harus segera
ketuban diganti dengan tranfusi darah

Menyelesaikan persalinan dengan Alat-alat dan kain-kain


trauma sedikit mungkin. 03 06 yang dipakai dalam
persalinan harus steril
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, alamat.

2. Keluhan utama : Adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka.

3. Riwayat penyakit dahulu : Apakah klien dan keluarga pernah menderita penyakit yang sama.

4. Riwayat penyakit sekarang : Klien mengalami infeksi alat kelamin

5. Riwayat seksual : Termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan seksual pada saat ini,
frekuensi aktifitas seksual secara umum.

6. Gaya hidup :penggunaan obat intravena atau pasangan yang menggunakan obat intravena; merokok,
alcohol, gizi buruk, tingkat stress yang tinggi.
7. Pemeriksaan fisik bagian luar,
Meliputi :
a. Inspeksi :
1. Rambut pubis, distribusi, bandingkan sesuai usia perkembangan klien
2. Kulit dan area pubis, adakah lesi eritema, visura, lekoplakia, dan eksoria.
3. Labia mayora, minora, klitoris, meatus uretra terhadap pembengkakan ulkus, keluaran, dan nodul.

b. Pemeriksaan bagian dalam


1. inspeksi : Serviks : ukuran, laserasi, erosi, nodula, massa, keluaran, dan warnanya
2. Palpasi :
Raba dinding vagina : nyeri tekan dan nodula
Serviks : posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas, dan nyeri tekan
Uterus : ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobilitas.
Ovarium : ukuran, mobilitas, bentuk, konsistensi, dan nyeri tekan.
B. Diagnose Keperawatan

• Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi


• Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (episiotomi)
• Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolism
• Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
a. Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang Klien mengatakan :Menunjukkan ekspresi
wajah rileks dan merasa nyaman
b. Intervensi :

1) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksasi.distraksi,relaksasi,kompres, Berikan instruksi bila


perlu.
Rasional : relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut, yang memperberat nyeri.

2) Kolaborasi dalam pemberian analgetik


Rasional : Metode IV sring digunakan pada awal untuk memaksimalkan efek obat

3) Pertahankan posisi semifowler sesuai indikasi untuk mengetahui tingkatan nyeri


Rasional : Memudahkan drainase atau luka karena gravitasi dan membantu meminimalkan nyeri karena
gerakan.
 

2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (episiotomy)


a. Hasil yang diharapkan : tidak ada tanda-tanda infeksi (color, tumor, dolor dan
fungsiolesa), tanda-tanda vital dalam bats normal
b. Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda infeksi. Rasinoal : mengetahui adanya tanda-tanda infeksi

2) Menganjurkan pasien untuk berendam di air hangat. Rasional : mencegah terjadinya infeksi

3) Anjurkan pasien untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh genetalia. Rasional : membantu
mencegah/ menghalangi penyebaran infeksi

4) Catat jumlah dan bau lochea atau perubahan yang abnormal. Rasional : lochea normal mempunyai bau amis,
lochea yang purulent dan bau busuk menunjukkan adanya infeksi

5) Anjurkan pada pasien untuk mencuci perineum dengan menggunakan sabun dari depan ke belakang dan untuk
mengganti pembalut sedikitnya setiap 4 jam sekali. Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal memasuki
vagina atau uretra

6) Kolaborasi untuk pemberian antibiotic. Rasional ; mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan
 
3. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolism
a. Hasil yang diharapkan : Suhu tubuh klien dalam batas normal, tidak
mengalami komplikasi, suhu tubuh 36-37˚C
b. Intervensi
1) Pantau suhu klien (derajat dan pola), perhatikan menggigil atau diaphoresis. Rasional : Suhu 38,90- 41, 10C
menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola demam dapat membentu dalam diagnosis, misalnya kurva
demam lanjut berakhir lebih dari 24jam menunjukkan pneumonia pneumokokal.

2) Pantau suhu lingkungan, batasi/ tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi. Rasional : Suhu ruangan atau
jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal

3) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik (aspirin, asetaminofen) a. untuk mengtahui keadaan umum klien.
Rasional : untuk mempermudah dalam pemberian tindakan
 
 
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
a. Hasil yang diharapkan : Kesadaran terhadap perasaan, dan cara yang sehat untuk menghadapi masalah,
kecemasan klin berkurang, klien tidak tampak sedih, klien tampak rileks.
b. Intervensi :

1)Evaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal, dan nonverbal klien. Dorong ekspresi bebas akan emosi
Rasional : Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat, meningkatkan perasaan sakit, penting pada prosedur
diagnostic dan kemungkinan pembedahan

2) Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan


Rasional : mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
 
 
 
EVALUASI

01 Nyeri akut teratasi dengan skala


0-1

Resiko infeksi teratasi dengan tidak adanya


02 tanda-tanda infeksi

04 Ansietas teratasi
Hipertermi teratasi dengan tanda suhu tubuh
03 36’50C – 37’50C
Analisa Jurnal
A. Judul : “The Effect of Sitz Bath of Hydro-Alcoholic Extract of Myrrh Gum on
Episiotomy Wound Healing in Nulliparous Women”
B. Tahun : 2019
C. Penulis : Zahra Sarbaz; M.Sc. , Zahra Yazdanpanahi; M.Sc. , Ayda Hosseinkhani;
M.D. , Farzaneh Nazari; M.D. , Marzieh Akbarzadeh; M.Sc.
D. Analisis :

• P = Responden penelitian ini sebanyak 60 wanita di Salman Farsi Hospital, Bushehr


• I = Pada kelompok intervensi dilakukan pemberian sitz bath dengan ekstrak hidroalkoholik
myrrh, sedangkan pada kelompok control diberikan Normal Saline selama 7 hari
• C = Perbedaan hasil skala REEDA setelah perlakuan pada kedua kelompok menunjukkan
bahwa penyembuhan luka episiotomy kelompok intervensi pada hari ke-3 setelah melahirkan
setengahnya hamper sembuh. Sedangkan pada kelompok control perlu waktu sampai hari ke
10
• O = Terdapat perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata kemerahan, memar, dan skala
REEDA pada kedua kelompok pada hari ketiga, ketujuh dan kesepuluh setelah melahirkan (p
<0,05). Ada perbedaan yang signifikan antara skor rata-rata memar pada hari ke-10 dan
keluarnya luka pada hari ke 7 dan 10. Terdapat efek pada responden yang diberikan sitz bath
dengan ekstrak myrrh yaitu penyembuhan luka episiotomy semakin membaik dan lebih cepat.
• T = Penelitian ini dilakukan pada Juli-Desember 2017
Analisa Jurnal
A. Judul : “A comparative study to assess the effectiveness of medicated and non-
medicated sitz bath on episiotomy wound healing among postnatal mothers at govt.
Smgs maternity hospital, Jammu”
B. Tahun : 2018
C. Penulis : Jyoti Kapoor, Rita
D. Analisis :

• P = Responden penelitian ini sebanyak 60 ibu pasca melahirkan, yang terbagi menjadi 2
kelompok
• I = Pada kelompok intervensi dilakukan pemberian medicated sitz bath,
• C=-
• O = Hasil dari kedua kelompok, baik intervensi maupun control sama sama memberikan hasil
yang baik dalam proses penyembuhan luka episiotomy. Sehingga sitz bath dapat disarankan
pada ibu pasca melahirkan untuk membantu penyembuhan luka episiotomy.
T = Penelitian ini dilakukan pada Januari 2018
Thank You

Anda mungkin juga menyukai