Anda di halaman 1dari 20

BAB 2

Standar Profesional Akuntan


Publik dan Kode Etik Profesi
Akuntan Publik
1. Perkembangan Standar Profesional
Akuntan Publik
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri atas lima
standar, yaitu:
1) Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA).
2) Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi (IPSAT).
3) Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang
dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi
dan Review (IPSAR).
4) Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).
5) Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang dilengkapi
dengan Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSM).
2. Sepuluh Standar Auditing
• Standar auditing yang telah ditetapkan & disahkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia terdiri atas 10 standar yang
dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar, yaitu:
• (Standar-standar ini dalam banyak hal sering berhubungan &
saling tergantung satu sama lain).
a. Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang / lebih yang memiliki
keahlian & pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit & penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat & saksama.
(lanjutan)

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya & jika


digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit & menemukan
sifat, saat, & lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh
melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, &
konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
(lanjutan)
c. Standar Pelaporan
1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan
keuangan telah disusun sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan / menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut
dalam periode sebelumnya.
3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan / suatu
asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
3. Penjelasan Masing-Masing Standar
Auditing
Standar Umum
 Bersifat pribadi & berkaitan dengan persyaratan
auditor & mutu pekerjaannya, dan berbeda dengan
standar yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
lapangan & laporan.
 Berlaku sama dalam pelaksanaan pekerjaan lapangan
& laporan.
Standar Umum Pertama – Standar Kualitas Auditor
 Ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam
standar auditing ini, jika tidak memiliki pendidikan serta
pengalaman memadai dalam bidang auditing.
 Pendidikan formal auditor independen dan pengalaman
profesionalnya saling melengkapi satu sama lain.
 Untuk menjadi seorang Partner KAP, yang berhak menandatangani
audit report, seseorang harus mempunyai nomor register negara
akuntan (registered accountant) dan mulai tahun 1998 harus
mempunyai predikat Bersertifikat Akuntan Publik (BAP) sekarang
harus lulus ujian CPA, dgn gelar CPA (Signing).
 Di bawah jenjang parner, ada audit manager, supervisor, senior,
asisten yang tidak harus seorang akuntan beregister namun harus
pernah mempelajari akuntansi, perpajakan, dan auditing.
 Selain itu seorang auditor harus mengikuti Pendidikan Profesi
Berkelanjutan (continuing professional education) yang diadakan di
KAP sendiri, oleh IAI / di seinar dan lokakarya.
Standar Umum Kedua
 Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
 Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya
tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya
untuk kepentingan umum. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan
memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun
sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan
sikap tidak memihak yang justru sangat penting untuk
mempertahankan kebebasan pendapatnya.
 Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor
independen sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan
publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun jika terdapat bukti
bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang, bahkan
kepercayaan masyarakat dapat juga menurun disebabkan oleh
keadaan yang oleh mereka yang berpikiran sehat (reasonable)
dianggap dapat mempengaruhi sikap independen tersebut.
(lanjutan)
 Profesi akuntan publik telah mentapkan dalam Kode Etik
Profesi Akuntan Publik, agar anggota profesi menjaga dirinya
dari kehilangan persepsi independensi dari masyarakat.

Pengertian independen bagi akuntan publik (external auditor) dan


internal auditor ada 3 jenis independensi:
1) Independent In Appearance (independensi dilihat dari
penampilannya di struktur organisasi perusahaan)
2) Independent In Fact (independensi dalam kenyataannya /
dalam menjalankan tugasnya)
In fact, akuntan publik seharusnya independen, sepanjang
dalam menjalankan tugasnya memberikan jasa profesional, bisa
menjaga integritas dan selalu mentaati kode etik. Profesi akuntan
publik dan standa profesional akuntan publik.
(lanjutan)
3) Independent In Mind (independensi dalam pikiran)
Misalnya seorang auditor mendapatkan temuan audit yang
memiliki indikasi pelanggaran / korupsi / yang memerlukan
audit adjustment yang material. Kemudian dia berpikir untuk
menggunakan audit findings untuk memeras auditee. Walaupun
baru dipikirkan, belum dilaksanakan, in mind auditor sudah
kehilangan independensinya.
Standar Umum Ketiga
 Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan
& melaksanakan pekerjaaannya dengan menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan saksama.
Penggunaan kemahiran profesional dengan kecermatan dan
kesaksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional
yang bekerja dalam organisasi auditor independen.
 Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat & saksama
menyangkut apa yang dikerjakan auditor & bagaimana
kesempurnaan pekerjaannya tersebut.
 Kecermatan & kesaksamaan yang wajar.
(lanjutan)
 Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat & saksama
untuk melaksanakan skeptisme profesional. Skeptisme
profesional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan & melakukan evaluasi secara kritis bukti
audit.
 Kecukupan bukti.
 Auditor tidak menganggap bahwa manajemen adalah tidak
jujur, namun juga tidak menganggap bahwa kejujuran
manajemen tidak dipertanyakan lagi. Skeptisme profesional.
 Tujuan auditor independen adalah untuk memperoleh bukti
kompeten yang cukup untuk memberikan basis yang
memadai baginya dalam merumuskan suatu pendapat.
Standar Pekerjaan Lapangan
 Berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan akuntan
di lapangan, mulai dari perencanaan audit &
supervisi, pemahaman & evaluasi pengendalian
intern, pengumpulan bukti-bukti audit melalui
compliance test, substantive test, analytical review,
sampai selesainya.

Standar Pekerjaan Lapangan Pertama


 Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-
baiknya.
 Standar ini berisi pedoman bagi auditor dalam
membuat perencanaan & melakukan supervisi.
Standar Pekerjaan Lapangan Kedua
 Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit & menentukan sifat,
saat, & lingkup pengujian yang akan dilakukan.
 Standar ini menjelaskan mengenai unsur-unsur pengendalian
intern & bagaimana cara auditor mempertimbangkan
pengendalian intern tersebut dalam merencanakan &
melaksanakan suatu audit.

Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga


 Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, & konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.
(lanjutan)
 Standar ini menjelaskan mengenai cara-cara yang harus
dilakukan oleh auditor dalam mengumpulkan bahan bukti yang
cukup & kompeten untuk mendukung pendapat yang harus
diberikan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan yang
diauditnya.

Asersi.
• Asersi adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam
komponen laporan keuangan.
a. Asersi tentang keberadaan / keterjadian berhubungan
dengan apakah aset / utang satuan usaha ada pada tanggal
tertentu & apakah transaksi yang dicatat telah terjadi
selama periode tertentu.
(lanjutan)
b. Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah
semua transaksi & akun yang seharusnya disajikan dalam
laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya.
c. Asersi tentang hak & kewajiban berhubungan dengan
apakah aset merupakan hak perusahaan & utang merupakan
kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.
d. Asersi tentang penilaian / alokasi berhubungan dengan
apakah komponen-komponen aset, kewajiban, pendapatan, dan
biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada
jumlah yang semestinya.
e. Di dalam memperoleh bukti audit yang mendukung asersi
dalam laporan keuangan, auditor independen merumuskan
tujuan audit spesifik ditinjau dari sudut asersi tersebut.
Standar Pelaporan
Standar Pelaporan Pertama
 Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
 Standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang
digunakan dalam standar pelaporan pertama dimaksudkan
meliputi tidak hanya prinsip dan praktik akuntansi, tetapi
juga metode penerapannya.
 Istilah “standar akuntansi yang berlaku umum” adalah
padanan dari frasa “generally accepted accounting
principles” dan suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup
konvensi, aturan, & prosedur yang diperlukan untuk
membatasi akuntansi. (SAK Umum, SAK ETAP, SAK
EMKM, SAK AS, SAP)
Standar Pelaporan Kedua
 Disebut sebagai standar konsistensi.
 Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan
dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
 Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan
jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan di
antara dua periode dipengaruhi secara material oleh
perubahan standar akuntansi, auditor akan mengungkapkan
perubahan tersebut dalam laporannya.
Standar Pelaporan Ketiga
 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
auditor.
 Penyajian laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi
mencakup pengungkapan informatif yang memadai atas hal-hal
material. Hal-hal tersebut mencakup bentuk, susunan, isi laporan
keuangan, dan catatan atas laporan keuangan.

Standar Pelaporan Keempat


 Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
(opini) mengenai laporan keuangan secara keseluruhan / suatu
asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
 Akuntan dapat dikaitkan dengan laporan keuangan. Laporan
keuangan disebut telah diaudit bila akuntan telah menerapkan
prosedur audit yang cukup memungkinkannya melaporkan laporan
tersebut.
4. Kode Etik Profesi Akuntan Publik
 Kode Etik Profesi Akuntan Publik adalah pedoman
bagi para anggota Insititut Akuntan Publik Indonesia
untuk bertugas secara bertanggung jawab & objektif.

Penyataan Etika Profesi


 Kode Etik Akuntan Indonesia terdiri atas 8 bab (11
pasal) dan 6 pernyataan etika profesi.

Anda mungkin juga menyukai